Telah dilakukan percobaan untuk menentukan tahapan palatogenesis pada mencit (Mus
musculus L.) yang rentan terhadap efek polutan 2,3,7,8-Tetraklorodibenzo-p-dioksin (TCDD).
Percobaan dirancang mengikuti Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial (4X3). Empat
puluh delapan ekor mencit bunting dicekok TCDD dengan dosis 0 (kontrol), 5, 10, atau 20 μg/kg
bb. Perlakuan diberikan pada hari kebuntingan (Hk) 9−10, 11−12, atau 13−14. Mencit kontrol
dicekok pelarut saja (98,5% minyak wijen + 1,5% DMSO). Pada Hk 18 mencit dibius lalu
dibunuh dengan teknik cervical dislocation, persentase fetus cleft palate (cp) dihitung, derajat
penutupan palatum diberi skor, preparat dengan ketebalan 6 µm dibuat, dan mikrostruktur
kraniofasial diamati. Hasil menunjukkan, pemberian TCDD antara hari ke 9 dan 12
menginduksi cacat cp, dengan kecenderungan hasil tertinggi pada pemberian Hk 9ï€10.
Perlakuan TCDD dosis 10 atau 20 μg/kg bb pada Hk 9ï€10 menghasilkan fetus cacat cp >90%.
Persentase fetus cp tetap tinggi pada pemberian Hk 11ï€12, khususnya pada kelompok dosis 20
μg/kg bb (87,3%). TCDD dosis terendah (5 μg/kg bb) menginduksi cp dominan bercelah sempit,
menunjukkan adanya hambatan pada tahap fusi. Dosis 10 dan 20 μg/kg bb menginduksi cp
bercelah sedang atau lebar, mengisyaratkan terjadi hambatan pada tahap inisiasi atau elevasi.
Disimpulkan, seluruh tahapan palatogenesis rentan terhadap efek TCDD, namun tahap paling
rentan adalah tahap fusi palatum.