The power of lists: the Women’s Press science fiction and the making of a genre

2021 ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Rosy Mack
1974 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 47-48
Author(s):  
ALICE M. PADAWER-SINGER

2018 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 1-11
Author(s):  
Bahtiar
Keyword(s):  

Teknologi merupakan segala sesuatu sarana yang digunakan untuk memudahkah kehidupan manusia dalam menjaga kelangsungan hidup. Perkembangan teknologi juga sebagai indicator kemajuan suatu peradaban manusia pada setiap masanya dan itu menjadi dasar untuk perubahan dan perkembangan teknologi kedepannya. Kemajuan sebuah teknologi sangat berimplikasi pada perubahan kehidupan manusia baik secara positif maupun negative. Besarnya pengaruh dari teknologi membuat manusia terus melakukan berbagai pengembangannya untuk menciptakan teknologi-teknologi baru demi memudahkan kehidupan manusia dalam berbagai hal. Sebagaimana plot dalam film (science fiction) dengan judul “Jumper”, dalam film ini menggambarkan bagaimana pengaruh sains dan teknologi yang diimajinasikan terhadap masyarakat mampu membuka hubungan jarak jauh secara fisik seperti pesan suara atau gambar melalui teknologi frekuensi atau jaringan dengan kemampuan “teleportasi” (perpindahan fisik atau tubuh manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam waktu yang sangat cepat). Selanjutnya komunikasi merupakan interaksi dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan makna mengenai hal yang diperbincangkan dan mengistilahkannya dengan komunikatif. selain membangun interaksi social, komunikasi juga sebuah proses penyampaian informasi kepada khalayak untuk diketahui dan dipahami. Sehingga penyebaran informasi tersebut melahirkan sebuah tatanan kehidupan social atau budaya yang baru ditengah masyarakat (peradaban), sesuai dengan tuntutan dan tuntunan perubahan jaman (masa)


CounterText ◽  
2016 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 15-30
Author(s):  
Stefan Herbrechter

The article takes its cue from Olivier Rey's recent book Une question de taille (a question of size) and develops the idea of humanity ‘losing its measure, or scale’ in the context of contemporary ecological catastrophe. It seems true that the current level of global threats, from climate change to asteroids, has produced a culture of ambient ‘species angst’ living in more or less constant fear about the survival of the ‘human race’, biodiversity, the planet, the solar system. This indeed means that the idea of a cosmos and a cosmology may no longer be an adequate ‘measurement’ for scaling the so far inconceivable, namely a thoroughly postanthropocentric world picture. The question of scale is thus shown to be connected to the necessity of developing a new sense of proportion, an eco-logic that would do justice to both, things human and nonhuman. Through a reading of the recent science fiction film Interstellar, this article aims to illustrate the dilemma and the resulting stalemate between two contemporary ‘alternatives’ that inform the film: does humanity's future lie in self-abandoning or in self-surpassing, in investing in conservation or in exoplanets? The article puts forward a critique of both of these ‘ecologics’ and instead shows how they depend on a dubious attempt by humans to ‘argue themselves out of the picture’, while leaving their anthropocentric premises more or less intact.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document