Modern people have a demanding and busy life. Jakarta is not an exception. Whose people is growing rapidly in terms of socio economic standing into middle class.This class requires different types and patterns of usage of space. They prefer to live in suburubia, spends time in malls instead of local places, and usually have 9-5 jobs.The mall’s role as a public space is problematic as it can siphon away public life that could’ve happen in local place which can shape a strong sense of place and character. Other than that, malls also requires a significant energy commitment to get to it, doesn’t create community around it, exclusive to lower class people, etc. A local third place is proposed as a solution. To pull back public life into the suburbia. Something smaller in scale, making the visitors into people not mere consumer. A personal place, A place that forms communities, a palce that is local so people don’t have to spend a lot of energy going to the place. A place that is open to all. A Third place. In this final project, the chosen site is right in the middle of a housing complex in Pulomas. Local residents would only have to walk no more than 5 minutes to visit the place. It provides public spaces that are in demand by local residents, such as food hall, gym, study space, archery hall, eventspace, etc in smaller scale. Public life that is stolen from the mall is taken back into the local place, creating a sense of place and community. AbstrakMasyarakat modern memiliki tuntutan kehidupan yang sibuk dan padat. Tidak terkecuali penduduk Jakarta. Yang strata sosio-ekonominya bertumbuh secara cepat menjadi kalangan menengah ke atas. Kalangan ini memiliki kebutuhan ruang dan pola penggunaan ruang yang berbeda. Mereka memilih untuk tinggal di perumahan, menghabiskan waktu di mall dibanding di tempat yang lokal, dan umumnya memiliki pekerjaan 9-5. Penggunaan mall sebagai tempat publik berpotensi menjadi masalah, ketika kehidupan publik yang bisa menjadi karakter suatu tempat di alihkan ke tempat yang anonim seperti mall. Kurangnya kehidupan publik mengikis sense of place dan social capital yang dimiliki sebuah tempat. Selain itu mall juga membutuhkan komitmen energi yang besar untuk mencapai mall, pengunjung yang tidak menjalin komunitas, ekslusifitas terhadap kalangan menengah kebawah, dlsb. Third place yang lokal di usulkan sebagai solusi, untuk menarik kembali kehidupan publik di perumahan. Sebuah tempat yang mempunyai skala lebih kecil, menjadikan pengunjungnya sesama manusia, personal, membentuk komunitas, lokal sehingga kita tidak perlu banyak energi untuk mengunjungi tempat itu, dan terbuka bagi semua, sebuah third place. Di proyek tugas akhir ini, dipilih site tepat di tengah perumahan, di Pulomas. Warga lokal hanya tinggal jalan kaki tidak lebih dari 5 menit untuk mencapai site. Menyediakan tempat publik skala kecil yang dibutuhkan oleh warga lokal seperti food hall, gym, ruang studi, lapangan panahan, eventspace, lounge, dll. Kehidupan publik yang sebelumnya dicuri oleh mall dan tempat lain dilokalisasikan, menciptakan sebuah sense of place, dan sense of community.