scholarly journals “EFEKTIFITAS PELVIC ROCKING EXERCISE DENGAN PEANUT BALL TERHADAP PERCEPATAN KALA I FASE AKTIF PERSALINAN IBU MULTIGRAVIDA

2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 441
Author(s):  
Ratna Dewipermata Sari ◽  
Fera Yuli Setyaningsih
Keyword(s):  

Persalinan minim trauma merupakan dambaan dari ibu bersalin baik ibu primigravida maupun multigravida. Bidan sebagai provider dituntut untuk dapat memberikan pelayanan komprehensif dengan berbagai tehnik yang mampu mempercepat proses persalinan. Pelvic rocking exercise dengan memanfaatkan peanut ball sebagai metode alternative non farmakologis yang dianjurkan untuk mempercepat kala I fase aktif persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelvic rocking exercise dengan kombinasi peanut ball terhadap percepatan kala I persalinan pada ibu multigravida. metode  penelitian menggunakan  analitik  quasi eksperiment, dengan tehnik pengambilan sampel dengan consecutive sampling, dengan menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi dengan jumlah sampel 24 ibu bersalin multigravida yang datang di PMB lilis Suyawati selama bulan januari sampai dengan maret 2021. Hasil analisis uji man whitney didapatkan hasil ρ  value  0,006  (ρ<0,05) dengan selisih waktu 45 menit, yang  dapat diartikan bahwa lama persalinan kala 1 dengan menggunakan tehnik PRE (pelvic rocking exercise) dengan peanut ball lebih pendek apabila dibandingkan dengan yang tidak melakukan tehnik PRE (pelvic rocking exercise) dengan peanut ball selama masa kala I persalinan sehingga metode ini sangat efektif untuk diterapkan bagi ibu bersalin guna mempercepat proses persalinan dan mengurangi angka kejadian section caesarea.

2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Yunita Mansyah Lestari ◽  
Suzy Yusna Dewi ◽  
Aulia Chairani

ABSTRAK   Alexithymia ditandai dengan ketidakmampuan dalam mengenali dan mengekpresikan emosi serta pemikiran yang berorientasi eksternal sehingga mereka memiliki hubungan interpersonal yang buruk. Remaja dengan alexithymia cenderung menjadi kecanduan media sosial.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Alexithymia terhadap kecanduan media sosial pada remaja di Jakarta Selatan. Subjek penelitian adalah remaja yang berusia 13-19 tahun dan tinggal di Jakarta selatan. Pengambilan data menggunakan metode consecutive sampling dan snowball sampling dengan menyebar kuesioner menggunakan link googleform. Jumlah subjek penelitian sebanyak 207 orang (41 = laki-laki, 166 = perempuan). Skala yang digunakan adalah Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) dan Social Media Disorder (SMD). Analisa data menggunakan metode chi-square pada SPSS 25. Hasil penelitian didapatkan 85 orang mengalami alexithymia, 88 mengalami kecanduan dan 62 orang mengalami alexithymia dan kecanduan media sosial. p-value didapatkan 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada remaja di Jakarta Selatan. Kata Kunci :Alexithymia, Kecanduan Media Sosial, Remaja     ABSTRACT   Alexithymia is characterized by an inability to recognize and express emotions and have external oriented thoughts so that they have poor interpersonal relationships. Teenagers with alexithymial tend to become addicted to social media. This study aims to determine the relationship between Alexithymia towards social media addiction in adolescents in South Jakarta. The research subjects were adolescents aged 13-19 years and lived in south Jakarta. Retrieval of the data was using consecutive sampling and snowball sampling method by distributing questionnaires using the googleform link. The number of research subjects was 207 people (41 = men, 166 = women). The scale was used is the Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) and Social Media Disorder (SMD). Data analysis using the chi-square method in SPSS 25. The results showed that 85 people had alexithymia, 88 were addicted and 62 people had alexithymia and were addicted to social media. p-value obtained is 0,000. This means that there is a relationship between Alexithymia and Social Media Addiction in adolescents in South Jakarta. Keyword : Adolescents, Alexithymia, Social Media Addiction


2017 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Niken Sukesi

Penyakit Diabetes Melitus dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berat. Komplikasi dari Diabetes Melitus ini meliputi jantung iskemik, serebrovaskuler, gagal ginjal, ulkus pada kaki, gangguan penglihatan. Komplikasi yang paling sering terjadi adanya perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik. Salah satu jenis olahraga yang dianjurkan dengan diabetes mellitus adalah senam kaki. Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh senam kaki terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus. Desain dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan rancangan Pre and Post Test Without Control. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan instrument observasi senam kaki untuk menilai senam kaki, dan alat menilai kadar gula darah yaitu glucometer, kapas dan jarum. Rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan senam kaki mengalami penurunan dan ada pengaruh kadar gula darah sebelum dengan sesudah dilakukan senam kaki pada pasien diabetes melitusKata Kunci: Senam Kaki, Kadar Gula Darah THE EFFECT OF GYMNASTIC FEET TOWARD THE BLOOD SUGAR LEVEL FOR THE DIABETICSDiabetes Mellitus causes the complication case. It concludes the heart iskemik, serebrovaskuler, cronic kidney disease, ulcus on the feet, and the impairment of sight. The complication often causes the changing of pathological in certain place such as feet. The one of recommended sport for diabetics is gymnastic feet. Gymnastic feet is an experience for diabetics or not in order to prevent the wound and launch the blood circulation. The research objective is to analyze the effect of gymnastic feet to blood sugar level for diabetics. The research design is using experiment quasy with pre and post test without control. It is using consecutive sampling as the sample of collecting technique, and using observation of gymnastic feet as the collecting data technique to assess the blood sugar level, those are glucometer, cotton, and needle. The average of blood sugar level is decrease after doing the gymnastic feet. Moreover, there is differences between after and before doing the gymnastic feet for diabetics.Key Words : Gymnastic Feet, Blood sugar level


2016 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 138-144
Author(s):  
Ina Edwina ◽  
Rista D Soetikno ◽  
Irma H Hikmat

Background: Tuberculosis (TB) and diabetes mellitus (DM) prevalence rates are increasing rapidly, especially in developing countries like Indonesia. There is a relationship between TB and DM that are very prominent, which is the prevalence of pulmonary TB with DM increased by 20 times compared with pulmonary TB without diabetes. Chest X-ray picture of TB patients with DM is atypical lesion. However, there are contradictories of pulmonary TB lesion on chest radiograph of DM patients. Nutritional status has a close relationship with the morbidity of DM, as well as TB.Objectives: The purpose of this study was to determine the relationship between the lesions of TB on the chest radiograph of patients who su?er from DM with their Body Mass Index (BMI) in Hasan Sadikin Hospital Bandung.Material and Methods: The study was conducted in Department of Radiology RSHS Bandung between October 2014 - February 2015. We did a consecutive sampling of chest radiograph and IMT of DM patients with clinical diagnosis of TB, then the data was analysed by Chi Square test to determine the relationship between degree of lesions on chest radiograph of pulmonary TB on patients who have DM with their BMI.Results: The results showed that adult patients with active pulmonary TB with DM mostly in the range of age 51-70 years old, equal to 62.22%, with the highest gender in men, equal to 60%. Chest radiograph of TB in patients with DM are mostly seen in people who are obese, which is 40% and the vast majority of lesions are minimal lesions that is equal to 40%.Conclusions: There is a signifcant association between pulmonary TB lesion degree with BMI, with p = 0.03


1970 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Dwi Handayani ◽  
Aat Sriati ◽  
Efri Widianti

Halusinasi merupakan gejala positif yang paling sering dialami oleh pasien dengan gangguan jiwa. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan bagian dari terapi modalitas yang diberikan pada pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi dengan tujuan tercapainya kemandirian pasien. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu melihat gambaran tingkat kemandirian pasien dalam mengontrol halusinasi setelah mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Sebanyak 42 orang menjadi responsden dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Proses pengumpulan data menggunakan metode observasi, yang dalam pelaksanaannya peneliti dibantu oleh numerator. Analisis data dengan persentase dan dideskripsikan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kemandirian pasien dalam mengontrol halusinasi setelah mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah supportive28,6%, partially 61,9%, dan wholly9,5%. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar tingkat kemandirian pasien adalah partiallysehingga perlu dikembangkan strategi-strategi dalam upaya peningkatan kinerja perawat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sehingga dapat menumbuhkan kemandirian pasien.Kata kunci: Halusinasi, tingkat kemandirian, terapi aktivitas kelompok, stimulasi persepsi AbstractHallucinations are positive symptoms most commontly experienced bypatients with psychiatric disorders. Perceptual stimulation therapy group activities are part of the therapeutic modalities that are given to patients with schizophrenia who experienced hallucinations in order to achieve independence of patient. This is a descriptive study which saw the picture of the level of independence of the patients in the control hallucinations after following stimulation group activity. The sampling technique used was consecutive sampling, in which 42 people were interviewed. The process of data collection using the method of observation, which in practice researchers assisted by the numerator. Analysis of the data with the percentage and frequency distribution are described in the table. The result showed that the level of independence of patient hallucinations in controlling halluciantions after following stimulation group activity therapy activity perception is supportive 28.6%, partially 61,9%, and wholly 9,5%. Based on the findings that majority of patients a level of independence that is partially, developed strategies necessary in an effort to increase the performance of nurses in the implementation of nursing actions that can foster patient independence.Key words:Level of independence, hallucination, therapeutic group activity stimulation perception


1970 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Laeli Farkhah ◽  
Suryani S ◽  
Taty Hernawaty

Caregiver merupakan orang yang bertanggung jawab memberikan perawatan secara langsung dalam segala situasi,baik saat pasien kambuh atau tidak kambuh. Beberapa faktor caregiver yang berhubungan dengan kekambuhanpasien skizofrenia adalah dukungan keluarga, pengetahuan tentang pengobatan skizofrenia, peristiwa kehidupan yang penuh stres, dan kualitas hidup caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor caregiver yang berhubungan dengan kekambuhan pasien skizofrenia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitikdengan rancangan crosssectional. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling sebanyak 30 orang. Datadikumpulkan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment untukmelihat hubungan antara dua variabel dan uji regresi logistik untuk menentukan faktor yang dominan berhubungan dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia. Hasil penelitian menunjukkan semua variabel memiliki hubungan dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia. Variabel dukungan keluarga memiliki hubungan yangkuat dengan arah hubungan yang negatif (r = -0,630). Variabel pengetahuan keluarga memiliki hubungan yangsedang dengan arah hubungan yang negatif (r = -0,820). Variabel kualitas hidup memiliki hubungan yang sangatkuat dengan arah hubungan yang negatif (r = -0,560). Variabel peristiwa hidup penuh stres memiliki hubunganyang sedang dengan arah hubungan yang positif (r = 0,447). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwafaktor caregiver yang paling dominan berhubungan dengan dengan kekambuhan adalah kualitas hidup dengannilai r = -0,560 dan koefisien determinannya (r2) yaitu 0,768 yang memiliki kekuatan hubungan (OR) 25,093.Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup caregiver merupakan faktor yang paling dominanterhadap kekambuhan. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat berperan aktif dalam meningkatkan kualitashidup caregiver dan pentingnya caregiver support group dalam rangka meningkatkan kualitas hidup caregiver.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 256-263
Author(s):  
Abdul Qodir

Penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis dipercaya dapat mengontrol tekanan darah dan mencegah komplikasi, tetapi banyak pasien hipertensi tekanan darahnya tidak terkontrol. Hal tersebut dikarenakan kepatuhan yang buruk dalam melaksanakan rekomendasi gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan faktor yang berhungan dengan kepatuhan melaksanakan rekomendasi modifikasi gaya hidup. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional di pukesmas dinoyo Kota Malang tahun 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive Sampling. Kuesioner yang digunakan meliputi : karakteristik demografi, pengetahuan dan rekomendasi mofifikasi gaya hidup pasien hipertensi. Hubungan antara rekomendasi modifikasi gaya hidup dengan variabel independen dianalisis menggunakan uji chi square dan analisis regresi logistik. 140 pasien hipertensi berpartisipasi dalam penelitian ini (60 laki-laki, 80 wanita). Prevalensi kepatuhan adalah 28,6 %. Tingkat pengetahuan berhubungan signifikan  dengan kepatuhan melaksanakan rekomendasi gaya hidup (p=0,00). Jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup (p= 0,06; p=0,21; p=0,87). Pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup. Management of pharmacological and non-pharmacological is believed to control blood pressure and prevent complications,  but many hypertensive patients have uncontrolled blood pressure. This is due to poor adherence to recommended lifestyle modifications. This study was aimed to determine the factors associated with adherence to recommended lifestyle modifications of hypertensive patients. A cross-sectional study was conducted in Pukesmas Dinoyo Malang in 2019. Consecutive Sampling was used to select study subjects. The questionnaire included information about demographic characteristics, knowledge, practice of lifestyle-modification measures. Associations between adherence to lifestyle modification and independent variables were analyzed using chi square and multivariate logistic regression analysis. 140 hypertensive patients participated in the study (60 men, 80 women). The prevalence of adherence was 28.6%. The level of knowledge was significant associated with adherence to recommended lifestyle modifications (p = 0.00). Genders , age, and educational level were no significant associated with to recommended lifestyle modifications (p= 0.06; p=0.21; p=0.87). Knowledge was significant associated with adherence to recommended lifestyle modifications of hypertensive patients.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 152
Author(s):  
Adi Antoni ◽  
Yanna Wari Harahap

Abstrak   Latar belakang: Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronik dan menjadi masalah global. Salah satu komplikasi yang ditimbulkan dari DM adalah luka kaki diabetic. Langkah awal dalam perawatan luka kaki diabetic adalah mencuci luka. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keefektifan dari rebusan daun jambu biji sebagai cairan pencuci luka terhadap tingkat malodor pada luka kaki diabetic. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan rancangan one group pretests-posttest only. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel 16 orang. Kriteria sampel yang digunakan adalah klien luka kaki diabetic, tingkat malodor 1-10 dengan NRS. Alat ukur yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (NRS). Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji paired t test. Hasil: tingkat malodor sebelum intervensi pencucuan luka menggunakan rebusan daun jambu biji rata-rata sebesar 4.40 dan sesudah intervensi sebesart 2.44 dengan p value < 0.001. Selisih tingkat malodor antara sebelum dan sesudah intervensi sebesar 1.96. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daun jambu dapat digunakan sebagai cairan pencuci luka dalam mengatasi tingkat malodor pada luka kaki diabetik. Kesimpulan : daun jambu biji dapat digunakan sebagai cairan pencuci luka pada luka kaki diabetic. Perawat diharapkan dapat memanfaatkan daun jambu biji sebagai salah satu alternatif dalam pencucian luka kronik khususnya luka kaki diabetik.   Kata kunci: Daun Jambu Biji, Tingkat Malodor, Luka Kaki Diabetik   Abstract   Background: Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease and a global problem. One of the complications that arise from DM is diabetic foot ulcer. The first step in treating diabetic foot ulcer is washing the wound. The purpose of this study was to determine the effectiveness of guava leaf decoction as a washing fluid for malodor levels in diabetic foot ulcer. Method: The research design used was quasy experiment with one group pretests-posttest only design. The sampling technique used was consecutive sampling with a sample of 16 people. Sample criteria used were diabetic foot ulcer clients, malodor level 1-10 with NRS. The measuring instrument used is the Numeric Rating Scale (NRS). Analysis of the data used in this study used paired t test. Results: the level of malodor before intervening in wound washing using guava leaf decoctions on average was 4.40 and after the intervention was 2.44 with p value <0.001. The difference in the level of malodor between before and after the intervention was 1.96. The results of this study indicate that guava leaves can be used as a washing fluid in dealing with malodor levels in diabetic foot ulcer. Conclusion: Guava leaves can be used as a washing fluid for diabetic foot wounds. Nurses are expected to be able to use guava leaves as an alternative in washing chronic wounds, especially diabetic foot injuries.   Key words: Guava Leaf, Malodor Level, Diabetic foot ulcer.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 402
Author(s):  
Iskim Luthfa ◽  
Nurul Fadhilah

<p><em>People with diabetes mellitus are at risk of developing complications, so that it affects the quality of life. These complications can be minimized through self-care management. This study aims to determine the relationship between self management with the quality of life for people with diabetes mellitus. This research is a kind of quantitative research with correlation study. This research used cross sectional design. The sampling technique uses non probability with estimation consecutive sampling. The number of respondents in this research are 118 respondents. Instrument for measuring self management used diabetes self management questionnaire (DSMQ), and instruments to measure quality of life used quality of life WHOQOL-BREEF. The data obtained were processed statistically by using spearman rank test formula and p value of 0,000 There is a significant relationship of self management with the quality of life of people with diabetes mellitus.</em></p><p> </p><p><em>Penderita </em><em>Diabetes mellitus </em><em>beresiko mengalami komplikasi yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Komplikasi tersebut dapat diminimalkan melalui manajemen perawatan diri (self management). Penelitian ini bert</em><em>ujuan </em><em>untuk</em><em> menganalisis hubungan self management dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus. </em><em>Jenis p</em><em>enelitian ini </em><em>adalah</em><em> deskriptif korelasi</em><em> dengan desain cross sectional</em><em>. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability </em><em>sampling </em><em>dengan pendeka</em><em>t</em><em>an consecutive sampling</em><em>.</em><em> </em><em>J</em><em>umlah </em><em>sampel sebanyak</em><em> </em><em>118 responden.</em><em> </em><em>Instrumen </em><em>penelitian </em><em>untuk mengukur self management </em><em>menggunakan</em><em> </em><em>diabetes self management questionnaire</em><em> (DSMQ), </em><em>dan instrumen untuk mengukur kualitas hidup menggunakan </em><em>quality of life </em><em>WHOQOL-BREEF.</em><em> Analisis data menggunakan spearman rank dan didapatkan hasil nilai </em><em>p value 0,000</em><em> dan r 0,394.Terdapat </em><em>hubungan </em><em>antara </em><em>self management</em><em> dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus</em><em> dengan arah korelasi positif.</em></p>


2018 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 568
Author(s):  
Ainal Mardiah ◽  
Arni Amir ◽  
Andi Friadi ◽  
Ellyza Nasrul

<p><em>Iron deficiency anemia is anemia caused by iron deficiency in the blood. Maternal iron deficiency affects the low iron reserves in neonates </em><em>and it also influences on </em><em>Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF) </em><em> which affects cognitive function.</em><em> </em><em>The purpose of this study was to determine the difference mean of BDNF in neonates from normal pregnant women and pregnant women with iron deficiency. </em><em>The design of this research was Cross Sectional</em><em> </em><em>design. This research was conducted in Community Health Center of Lubuk  Buaya, Ambacang Community Health Center, Community Health Center of Ikur Koto Health Center and Biomedical Laboratory of Andalas University on February 2017 to April 2018. There were 42 pregnant women was selected as sample e of this research. The samples were chosen by Consecutive Sampling. Then, the sample is divided into two groups: normal pregnant women and pregnant women with iron deficiency anemia. BDNF are examined by the ELISA. Next, the data were analyzed by using T test. The levels of BDNF neonates in normal pregnant group was 3.65(ng/ml) and the anemia pregnant group was 1.74(ng/ml) (p &lt;0.05). There was significant difference of BDNF levels in neonates from normal pregnant women and pregnant women with iron deficiency anemia. </em><em>The conclusion of this study is there is a difference of average BDNF in neonates from normal pregnant women and pregnant women with iron deficiency.</em></p><p> </p><p>Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi dalam darah. Defisiensi besi  maternal berdampak pada rendahnya cadangan besi pada neonatus dan berdampak terhadap ekspresi Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF) yang berpengaruh pada fungsi kognitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata kadar BDNF pada neonatus dari ibu hamil normal dan ibu hamil defisiensi besi. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Lubuk Buaya, Puskesmas Ambacang, Puskesmas Ikur Koto dan Laboratorium Biomedik Universitas Andalas pada bulan Februari 2017 – Juli 2018. Sampel Penelitian adalah ibu hamil sebanyak 42 orang yang dipilih secara Consecutive Sampling, sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu ibu hamil normal dan ibu hamil anemia defisiensi besi. BDNF diperiksa dengan metode ELISA. Data dianalisa menggunakan uji T test. Kadar BDNF neonatus pada ibu kelompok normal adalah 3,65(ng/ml) dan kelompok ibu anemia adalah 1,74(ng/ml) (p&lt;0,05). Terdapat perbedaan bermakna kadar BDNF pada neonatus dari ibu hamil normal dan ibu anemia defisiensi besi. <em></em></p>


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Elmi Nuryati

Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu itu ternyata berbahaya bagi kesehatan seperti layaknya polutan dari pembakaran mineral dan mesin kendaraan bermotor. Polutan dari  kayu bakar dalam industry pembakaran genteng dapat menjadi salah satu penyebab infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan penggunaan kayu bakar dalam industry pembekaran genteng dengan kejadian ISPA pada daerah home industri  Desa Pandansari Selatan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun 2017. Jenis penelitian adalah analitik komparatif dengan desain crosectional. Populasi dalam penelitian ini semua warga desa Pandansari Selatan kecamatan sukoharjo dengan jumlah sampel 80 responden. Teknik sampling yang digunakan consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara. Analisis data dilakukan secara bivariat dengan menggunaka uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara penggunaan kayu bakar dalam industry pembakaran genteng dengan kejadian ispa dengan p value >  0,05, nilai OR 2,206. Hal tersebut menunjukkan bahwa kayu bakar yang menghasilkan asap sangat berbahaya dan berperan besar dalam menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan akut. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document