Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah Partisipasi dalam Program Pemberdayaan Masyarakat yang ada di RW 20 Kelurahan Citrodiwangsan. Peneliti menggunakan metode riset kualitatif . Responden dalam penelitian ini yaitu kader dan warga RW 20 Kelurahan Citrodiwangsan. Data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi. Penelitian ini menghasilkan tiga temuan. Pertama, partisipasi perencanaan masih tergolong kurang pro aktif dalam mengedukasi warga dikarenakan masih banyak RT yang tidak bisa mewadahi dan mengedukasi masyarakat untuk aktif dalam kegiatan Posyandu Gerbangmas. Kedua, terkait partisipasi pelaksanaan kegiatan masih banyak masyarakat yang memandang sebelah mata kegiatan ini meskipun seluruh warga telah diikutkan secara menyeluruh, hal ini karena kurangnya sosialisasi dari pengurus kader. Ketiga, faktor penghambat yaitu kurangnya memahami arti partisipasi yang rendah dimana masyarakat masih sibuk dengan kesibukannya sendiri serta kurangnya peran RT untuk mendorong masyarakatnya dalam memberikan pengertian akan pentingnya kegiatan posyandu. Oleh karena itu, dari beberapa masalah-masalah yang telah peneliti temukan maka peneliti memiliki saran yang bertujuan untuk memaksimalkan kader maupun RT dalam mengajak masyarakat. Saran tersebut diantaranya adalah pelaksanaan posyandu dilaksanakan pada hari libur, kegiatan posyandu tidak hanya ditempatkan pada satu titik tetapi dijadwalkan untuk berpindah ketempat kawasan lainnya dan memanfaatkan fasilitas media sosial untuk memberikan sosialisasi dan informasi kesehatan balita dan lansia.
Kata kunci: masalah partisipasi, program pemberdayaan masyarakat, partisipasi perencanaan, partisipasi pelaksanaan, faktor penghambat partisipasi
This study aims to determine the problem of participation in the Community Empowerment Program in RW 20 Citrodiwangsan Village. Respondents in this study were cadres and residents of RW 20 Citrodiwangsan Village. Data were collected by interview and observation. This study resulted in three findings. First, planning participation is still classified as less proactive in educating residents because there are still many RTs that cannot accommodate and educate the public to be active in Gerbangmas Posyandu activities. Second, with regard to participation in the implementation of activities, there are still many people who underestimate this activity even though all residents have been included as a whole, this is due to the lack of socialization from the cadre management. Third, the inhibiting factor is the lack of understanding of the meaning of low participation where the community is still busy with their own activities and the lack of the role of the RT in encouraging the community to provide an understanding of the importance of posyandu activities. Therefore, from some of the problems that researchers have found, the researcher has suggestions that aim to maximize cadres and RTs in inviting the community. These suggestions include that the implementation of posyandu is carried out on holidays, posyandu activities are not only placed at one point but are scheduled to move to another area and utilizing social media facilities to provide socilization and health information for toddlers and the elderly.
Keywords: participation problems, community empowerment programs, planning participation, implementation participation, inhibiting factors for participation