scholarly journals UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK BIJI KETUMBAR (Coriandrum sativum) SEBAGAI REPELLENT NYAMUK Aedes aegypti

2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Nurul Jubaedah ◽  
Winarko . ◽  
Fitri Rohmalia

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Surabaya semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu pencegahan untuk menurunkan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menggunakan repellent. Repellent dapat dibuat dari bahan alami yaitu ketumbar (Coriandrum sativum)yang di ekstrak. Ketumbar (Coriandrum sativum) memiliki kandungan linalool yang terkenal sebagai bahan yang dapat mencegah nyamuk Aedes aegypti untuk menggigit. Kandungan linalool pada ketumbar (Coriandrum sativum) sebesar 60-70%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis efektifitas ekstrak biji ketumbar sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti.            Jenis penelitian ini eksperimen murni dengan desain penelitian Rancangan Eksperimen Sederhana (posttest only with control group design). Kelompok perlakuan diberi perlakuan dengan dosis bertingkat. Terdapat 5 perlakuan repellent dari ekstrak ketumbar (Coriandrum sativum) terhadap nyamuk Aedes aegypti yaitu 0%, 45%, 50%, 55%, dan 60% dengan replikasi sebanyak 4 kali. Kondisi yang dikendalikan yaitu suhu, kelembaban dan karakteristik nyamuk. Teknik pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi eksperimental dan wawancara. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara analitik menggunakan uji One way ANOVA dan menggunakan analisis probit.            Nyamuk Aedes aegypti yang kontak paling sedikit yaitu 1 ekor pada konsentrasi 60%. Suhu dan kelembaban ruang penelitian homogen. Tidak ada perbedaan jumlah nyamuk kontak pada  konsentrasi ekstrak biji ketumbar 0%, 45%, 50%, 55%, dan 60%. Konsentrasi yang paling efektif dari hasil probit yaitu konsentrasi 60% dengan daya tolak sebesar 98% dan daya proteksi lama waktu yang memenuhi standar WHO selama 2 jam. Saran untuk peneliti selanjutnya agar meningkatkan konsentrasi untuk mendapatkan daya proteksi 100%. Penelitian terhadap jenis nyamuk yang lainnya seperti nyamuk Culex sp, Anopheles sp, Mansonia sp dan Aedes albopictus. Membuat repellent ekstrak biji ketumbar dalam bentuk krim atau gel.           Kata kunci : ekstrak ketumbar, nyamuk Aedes aegypti, dan repellent

2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 440
Author(s):  
Kharisma Putra D ◽  
Hasmiwati Hasmiwati ◽  
Arni Amir

Salah satu upaya untuk mengurangi kasus DBD adalah dengan pengendalian vektor DBD dengan larvisida. Temephos merupakan salah satu insektisida yang telah digunakan lebih dari 30 tahun dan berfungsi mengendalikan larva vektor. Penggunaan temephos yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan penurunan kerentanan pada vektor DBD.  Tujuan penelitian ini  adalah untuk  menilai  status  kerentanan larva Aedes aegypti di tiga kecamatan di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan post  test  only  with  control  group design. Telur diambil dan dipelihara di laboratorium hingga mencapai larva instar III/IV. Uji kerentanan untuk temephos dilakukan berdasarkan standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan pada Kecamatan Kuranji, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 10%, 0,01 mg/L sebesar 45%, 0,02 mg/L sebesar 86%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Koto Tangah, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 24%, 0,01 mg/L sebesar 48%, 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Padang Timur pada konsentrasi 0,005 mg/L didapatkan kematian larva sebesar 12%, pada 0,01 mg/L sebesar 43%, pada 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada 0,03 mg/L sebesar 100%. Hasil uji One way-Anova adalah bermakna dengan nilai p<0,05 pada ketiga kecamatan dan LC99 sedikit diatas 0,02 mg/L. Simpulan penelitian ini adalah status kerentanan Aedes aegypti terhadap temephos di tiga kecamatan berkisar antara rentan dan toleran, belum mencapai resisten sehingga temephos masih dapat digunakan dalam pengendalian vektor DBD.


2017 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 244-254
Author(s):  
Ratna Pramurditya ◽  
Aris Santjaka ◽  
Arif Widyanto

Pengendalian Aedes sp tanpa insektisida dapat digunakan dengan perangkap telur (Ovitrap). KecamatanPurwokerto Selatan dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Kabupaten Banyumas tahun 2015 (92 kasus,1 orangmeninggal), Kelurahan yang tinggi kasus DBD yaitu Kelurahan Teluk dengan 22 kasus DBD. Penelitian inimenjawab jenis atraktan dan jenis bahan ovitrap mana yang paling baik untuk menarik nyamuk. Jenis penelitian iniyaitu eksperimen semu (Quasi Experiment) rancangan postest dengan kelompok kontrol (non randomized postestonly control group design). Sampel penelitian ini digunakan kriteria inklusi yaitu rumah penderita (3 rumah)dengan rumah disekitar rumah penderita dalam radius 200m yaitu 27 rumah (1 rumah diberi 3 perlakuan ovitrap).Analisis univariat (perhitungan jumlah telur nyamuk pada ovistrip) dan analisis bivariat (uji ANOVA Faktorial).Jumlah telur nyamuk yang paling banyak pada jenis atraktan air rendaman jerami (1.933 butir) dan jenis bahanovitrap gelas plastik (1436 butir). Spesies nyamuk yang ditemukan Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Hasilanalisis anova faktorial jenis atraktan 0,00 (p) 0,05 (α), significant Ho ditolak jadi ada perbedaan jumlah telurAedes sp yang terperangkap pada masing-masing jenis atraktan (air rendaman jerami, air rendaman gula dan airsetempat). Jenis bahan ovitrap 0,187 (p) 0,05 (α), Ho diterima jadi tidak ada perbedaan antara jumlah telurnyamuk dengan jenis bahan ovitrap (tempurung, gelas plastik dan kaleng). Interaksi jenis atraktan dan jenis bahanovitrap 0,155 (p) 0,05 (α), Ho diterima, tidak ada perbedaan interaksi jenis atraktan dan jenis bahan ovitrap.Atraktan dengan air rendaman jerami 20% paling baik digunakan untuk tempat bertelur nyamuk, sedangkan untukjenis ovitrap gelas plastik dengan atraktan air rendaman jerami paling baik digunakan. Penggunaan atraktan airrendaman jerami 20% dengan ovitrap gelas plastik dalam menangkap telur nyamuk dapat diterapkan padamasyarakat.


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 37-45
Author(s):  
HAIDINA ALI

Deman Berdarah Dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan virus dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes.Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan vektor utama penularan penyakit DBD. Pencegahan penyakit DBD dilakukan dengan memutus mata rantai penularan. Insektisida hayati terbukti berpotensi mengendalikan vektor. Penelitian ini diketahuinya efektivitas ekstrak buah pinang muda (Areca catechu L.) terhadap kematian larva nyamuk Aedes sp. Metode penelitian ini true eksperimen dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Penelitian menunjukkan presentase rata-rata kematian larva pada konsentrasi 2000 ppm sebesar 39,2%, konsentrasi 3000 ppm sebesar 72%, konsentrasi 4000 ppm sebesar 84,8% dan konsentrasi 5000 ppm sebesar 100%. Hasil Uji One Way Anova diperoleh p-value = 0,000 (p = < 0,05) sehingga dinyatakan ada perbedaan signifikan pada jumlah larva yang mati pada berbagai konsentrasi dan hasil Uji Bonferroni diperoleh konsentrasi yang paling efektif terhadap kematian larva nyamuk Aedes sp pada konsentrasi 5000 ppm. Diharapkan penelitian selanjutnya menemukan formulasi buah pinang muda yang lebih aplikatif sehingga penggunaannya lebih mudah dimasyarakat.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 440
Author(s):  
Kharisma Putra D ◽  
Hasmiwati Hasmiwati ◽  
Arni Amir

Salah satu upaya untuk mengurangi kasus DBD adalah dengan pengendalian vektor DBD dengan larvisida. Temephos merupakan salah satu insektisida yang telah digunakan lebih dari 30 tahun dan berfungsi mengendalikan larva vektor. Penggunaan temephos yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan penurunan kerentanan pada vektor DBD.  Tujuan penelitian ini  adalah untuk  menilai  status  kerentanan larva Aedes aegypti di tiga kecamatan di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan post  test  only  with  control  group design. Telur diambil dan dipelihara di laboratorium hingga mencapai larva instar III/IV. Uji kerentanan untuk temephos dilakukan berdasarkan standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan pada Kecamatan Kuranji, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 10%, 0,01 mg/L sebesar 45%, 0,02 mg/L sebesar 86%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Koto Tangah, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 24%, 0,01 mg/L sebesar 48%, 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Padang Timur pada konsentrasi 0,005 mg/L didapatkan kematian larva sebesar 12%, pada 0,01 mg/L sebesar 43%, pada 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada 0,03 mg/L sebesar 100%. Hasil uji One way-Anova adalah bermakna dengan nilai p<0,05 pada ketiga kecamatan dan LC99 sedikit diatas 0,02 mg/L. Simpulan penelitian ini adalah status kerentanan Aedes aegypti terhadap temephos di tiga kecamatan berkisar antara rentan dan toleran, belum mencapai resisten sehingga temephos masih dapat digunakan dalam pengendalian vektor DBD.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Kharisma Putra ◽  
Hasmiwati Hasmiwati ◽  
Arni Amir

Salah satu upaya mengurangi kasus DBD adalah pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan larvisida temephos. Penggunaan temephos yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan penurunan kerentanan pada vektor DBD. Tujuan penelitian ini adalah menilai status kerentanan larva Aedes aegypti di tiga kecamatan di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan post test only with control group design. Telur diambil dan dipelihara di laboratorium hingga mencapai larva instar III/IV. Uji kerentanan untuk temephos dilakukan berdasarkan standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan pada Kecamatan Kuranji, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 10%, 0,01 mg/L sebesar 45%, 0,02 mg/L sebesar 86% dan konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Koto Tangah, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 24%, 0,01 mg/L sebesar 48%, 0,02 mg/L sebesar 99%, dan konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Padang Timur pada konsentrasi 0,005 mg/L didapatkan kematian larva sebesar 12%, pada 0,01 mg/L sebesar 43%, pada 0,02 mg/L sebesar 99% dan konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Hasil uji One way-Anova adalah bermakna dengan nilai p<0,05 pada ketiga kecamatan dan LC99 sedikit diatas 0,02 mg/L. Simpulan penelitian ini adalah status kerentanan Aedes aegypti terhadap temephos di tiga kecamatan berkisar antara rentan dan toleran, belum mencapai resisten sehingga temephos masih dapat digunakan dalam pengendalian vektor DBD, namun perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus, sehingga resistensi vektor tidak terjadi.


2019 ◽  
Vol 14 (4) ◽  
pp. 2481
Author(s):  
Siti Zainatun Wasilah

Ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola L) berpotensi sebagai larvasida alami karena mengandung senyawa kimia flavonoid, alkaloid, saponin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas larvasida ekstrak buah belimbing manis terhadap larvasida Aedes aegypti  sp dan Culex sp serta nilai LC50 setelah pengamatan 24 jam. Penelitian ini menggunakan konsentrasi dengan vareasi konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, 3,5%  dan 1 kontrol negatif menggunakan air kran dan 1 kontrol positif menggunakan temefos 0,01%. Jenis Penelitian ini adalah  penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group design, jumlah sampel larva keseluruhan sebanyak 525 larva instar III Aedes aegypti dan 525 larva instar III Culex sp. Kemudian akan dihitung mortalitas larva setelah 24 jam. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis one way annova. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ditemukan kematian pada control negatif. Persentase rerata kematian pada konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, 3,5% larva Aedes aegypti  yaitu 0; 10,68; 21,36 ;30,68 ;54,68 ;61,36 dan larva Culex sp yaitu 14,67 ;14,67 ;21,34 ;57,34 ;60. Dari hasil uji Annova didapatkan P<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna antara jumlah kematian larva Aedes aegypti maupun larva Culex sp  dengan berbagai konsentrasi ekstrak belimbing manis (Averrhoa carambola L) yang diberikan.Nilai LC50 dari uji probit berturut turut untuk larva Aedes aegypti maupun larva Culex sp adalah 3,035% dan 2,92%. Dapat di simpulkan bahwa ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola L) efektif dalam membunuh larva Culex sp daripada larva larva nyamuk Aedes aegypti


2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
MENTARI AMENDA SAPUTRI ◽  
HERIN SETIANINGSIH

<p class="Default">Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Gaya hidup masyarakat terutama dalam mengkonsumsi diet yang tidak sehat dapat meningkatkan kadar LDL yang dapat menyebabkan  penyakit kardiovaskular. Rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>)<em> </em>yang banyak dibudidayakan di Indonesia mengandung flavonoid dan triterpenoid yang diduga dapat menurunkan kadar LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) <em> </em>terhadap kadar LDL pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni laboratorik dengan rancangan penelitian <em>Post Test Control Group Design. </em>Sampel yang digunakan adalah 24 ekor tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang dibagi ke dalam tiga kelompok: kelompok yang diberi diet standar selama 28 hari (K1), kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari (K2), dan kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari dan pada hari ke-15 sampai hari ke-28 diberi ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) dengan dosis 140mg/200grBB/hari (K3). Hasil analisis statistik <em>One Way Anova </em>menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar LDL yang signifikan antara ketiga kelompok pada penelitian ini (p&lt;0,001). Kadar LDL pada K2 (=16,00±3,29) meningkat secara bermakna dibandingkan dengan K1 (=10,62±1,77). Sedangkan kadar LDL pada K3 (=6,88±2,42) menurun secara bermakna dibandingkan dengan K2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) berpengaruh terhadap kadar LDL darah pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak.</p><p><strong>Kata kunci</strong> : diet tinggi lemak, LDL, <em>Kappaphycus alvarezii</em></p>


Author(s):  
Michael Josef Kridanto Kamadjaja ◽  
Sherman Salim ◽  
Birgitta Dwitya Swastyayana Subiakto

Objective: This study was to determine OPG and RANKL expression after hydroxyapatite (HA) scaffold from crab shells (Portunus pelagicus) application in tooth socket of Cavia cobaya. Methods: This study was a post-test only control group design. Twenty four Cavia cobaya was divided into 4 groups. The lower left incisor was extracted and given a combination of HA and gelatin scaffold. Experimental animals were sacrificed on the 7th and 14th day. The amount of OPG and RANKL expression was calculated under a light microscope at 1000x magnification. The statistical analysis was done by One Way ANOVA Test and Tukey HSD. Results: Compared to other groups, the lowest and the highest level of OPG and RANKL were in P14 group. Conclusion: HA scaffold from crab shells (Portunus pelagicus) can increase OPG expression and decrease RANKL expression in the process of regenerating alveolar bone after tooth extraction.


Author(s):  
Dwi Sulistia Ningrum ◽  
Siwi Pramatama Mars Wijayanti ◽  
Kuswanto Kuswanto

Aedes aegypti is the main vector which transmits Dengue virus as causing agent of Dengue Haemmorhagic Fever (DHF). Chemical control of Ae. aegypti have an impact on the environment and humans, also burden a high cost. One of the efforts to reduce the negative impact of synthetic insecticide, which is to find out alternative natural insecticide from plant-based insecticides. The purpose of this research is to determine the killing power of the rhizome bangle extract to Ae. aegypti larvae. This research was a quasi-experimental design with post test only control group design. The concentration of extract rhizome bangle used were 0%; 0.125%; 0.25%; 0.5%; 0.75% and 1%. The mosquito sample used in this study were instar III of Ae. aegypti larvae as many as 600 larvae. Data analysis used univariate and bivariate (probit and Kruskal Wallis test). The results showed that there was an effect of the concentration of extract rhizome bangle against the mortality of Ae. aegypti larvae with p=0,002 (p<0,05). Extract rhizome bangle effectively killed Ae. aegypti larvae with LC50 and LC90 were 0.148 % and 0.338 %, with the most effective concentration is 1%. Based on this research, extract rhizome bangle has a larvicidal effect on Ae. aegypti, so it can be used as an alternative method to minimize the usage of chemical larvicides that easily applied by the community.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 106
Author(s):  
Qatrinida Qatrinida ◽  
Norfai Norfai ◽  
Kasman Kasman

DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Upaya pencegahan yang dilakukan saat ini menggunakan insektisida berbahan dasar kimia yang dapat merusak lingkungan juga menimbulkan resistensi. Penggunaan larvasida alami dari tumbuhan dapat menjadi alternatif insektisida, salah satunya adalah jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) yang dapat dijadikan sebagai insektisida alami karena adanya kandungan senyawa aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kematian, perbedaan rerata kematian larva Aedes albopictus serta mengetahui Lethal Time dan Lethal Concentration. Jenis penelitian ini merupakan penelitian true eksperimental dengan posttest only control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian larva 100% lebih cepat pada konsenrasi 8% yaitu setelah 6 jam pengujian. Hasil Uji Kruskal Wallis untuk melihat perbedaan rerata kematian larva setiap jam kelompok perlakuan ekstrak jahe merah dengan kelompok kontrol menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan rerata kematian larva (0,000 < 0,05). Hasil uji probit Lethal Time menunjukkan bahwa diperlukan waktu 2,196 jam dalam mematikan 50% larva dan 4,788 jam dalam mematikan 99% larva dengan konsentrasi 8% sedangkan Lethal Concentration menunjukkan bahwa diperlukan konsentrasi sebesar sebesar 0,772% dalam mematikan 50% larva dan 1,973% dalam mematikan 99% larva setelah 9 jam pengukuran. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan ekstrak jahe merah yang aman dan layak pakai namun tidak menghilangkan senyawa yang ada pada ekstrak jahe merah.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document