AbstrakPemilihan umum merupakan salah satu Peristiwa penting yang akan menentukan arah perjalanan sebuahnegara. Ada 12 parti politik yang bertanding dalam pemilihan umum 2014. Pelaksanaan pemilihan umumtidak dapat dipisahkan dengan media,kerana media menjadi salah satu cara bagi parti politik untukmendapatkan pemilih. Di Indonesia, hubungan antara politik dengan media menjadi lebih rumit keranasebahagian besar ahli politik parti juga merupakan pemilik media massa nasional. Sudah menjadi sifatmedia, untuk selalu akan menyuarakan kepentingan pemiliknya. Namun, pada pemilihan umum 2014ada fenomena yang menarik iaitu luasnya penggunaan media sosial, seiring dengan meningkatnyapenggunaan internet di Indonesia. Maka, kempen politik bergeser dari ruang fizik menuju ruang maya.Jika pada pemilihan umum sebelum ini kempen politik selalu melibatkan massa yang besar, pawai atauorasi di tempat, terbuka, namun kali ini kempen yang dilakukan adalah lebih bersifat individu. Kempendilakukan melalui telefon pintar, komputer riba dan gajet yang lain. Dengan media sosial, masyarakatbukan lagi penonton yang pasif tetapi aktif. Masyarakat boleh menjadi penyampai maklumat dan bukanhanya sebagai penonton, sehingga dominasi media massa konvensional runtuh. Salah satu fenomenayang menonjol adalah munculnya Tokoh Joko Widodo, yang popular dengan nama Jokowi, sebagai salahsatu calon presiden dari Parti Demokrasi Indonesia Perjuangan. Jokowi berjaya menggunakan mediasosial untuk bekempen, walaupun partinya tidak memiliki media massa.
Abstract
General election is one of the crucial moments that will determine the development of a country. Thereare 12 political parties competing in the 2014 Indonesian national elections. The elections cannot beseparated with the media, because political parties use media in their campaign to influence voters. InIndonesia, the relationship between politics and the media becomes more complicated because most ofthe party’s political elites are also the owner of the national mass media. It is the nature of media, to alwaysbe voicing the interests of its owner. However, in the 2014 elections there is an interesting phenomenon:the increasing use of social media, along with the increasing penetration of the Internet in Indonesia. Thus,the political campaign shifted from physical space to the virtual space. If in the previous elections, politicalcampaigns always involve huge masses and rhetorics in the open space; in this election the campaigncarried more personal. Now, campaigns are conducted through smart phones, laptops and other gadgets.With social media, people are no longer passive but active audience. People can be a message producerand not just as an audience, so the conventional media dominance collapsed. One of the prominentphenomenon is the rising popularity of the president candidates from the Partai Demokrasi IndonesiaPerjuangan, Joko Widodo, who is popularly known as Jokowi. Jokowi has successfully used social mediafor the campaign, even though his political party does not have the mass media.