JURNAL TERUNA BHAKTI
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

31
(FIVE YEARS 31)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Agama Kristen Teruna Bhakti

2622-5085, 2622-514x

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Thomson F. E. Elias ◽  
Wiesye A. Wattimury

This study aims to see how the role of the church in relation to cultural symbols, specifically the native language (land), of an area, to serve as a means of contextual theology. This study uses descriptive qualitative research, which is conducted in an interview method with key respondents. The church in its ministry must be able to understand that the cultural richness of a place is a means of preaching the gospel. It is in this process that the language of the land must be used as a means of preaching the Gospel in order to create a contextual theology. Abstrak Penelitian ini, bertujuan untuk melihat bagaimana peran gereja dalam hubungan-nya dengan simbol-simbol kebudayaan, secara khusus bahasa asli (tanah), suatu daerah, untuk dijadikan sebagai sarana teologi kontekstual. Penelitian ini, menggunakan penelitian kualitatif desriptif, di mana dilakukan dalam metode wawancara, terhadap responden kun-ci. Gereja dalam pelayanannya harus mampu memahami bahwa kekayaan budaya suatu tempat, merupakan sarana untuk memberitakan Injil. Dalam proses inilah maka bahasa ta-nah haruslah dipakai sebagai sarana pemberitaan Injil untuk terciptanya teologi yang kontekstual.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 36
Author(s):  
Desti Samarenna

The Law of Love is at the heart of the Christian faith mentioned by Jesus in Matthew 22: 37-40. Within the framework of national life, Christians also continue to carry out their responsibility to live and practice the values of Pancasila as the basis of national life. As Christians, the practice of Pancasila cannot be separated from implementing the Law of Love. This article is a literature review with a qualitative approach to the text of Matthew 22: 37-40 about love for God and love for humans. The purpose of writing is to apply the text of Matthew 22: 37-40 in the context of living Pancasila as a philosophy of living together within the framework of nationalism. The method that the author uses is a description of the text analysis of Matthew 22: 37-40, to provide an explanation and understanding of Matthew's view of faith and its relation to Pancasila, where the value of the One and Only Godhead is the basis of humanity that builds, maintains and develops Indonesian unity. In conclusion, loving God to become and others becomes the basis for being together as a form of living Pancasila. Abstrak Hukum Kasih merupakan inti dari iman Kristen yang disebutkan oleh Yesus dalam Matius 22:37-40. Dalam kerangka hidup berbangsa, maka orang Kristen pun tetap melakukan tanggung jawabnya untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar hidup berbangsa. Sebagai orang Kristen, maka pengamalan Pancasila tidak lepas dari mengimplementasikan Hukum Kasih. Artikel ini merupakan kajian literatur dengan pendekatan kualitatif terhadap teks Matius 22:37-40 tentang kasih kepada Allah dan kasih terhadap manusia. Tujuan penulisan adalah menerapkan teks Matius 22:37-40 dalam konteks menghayati Pancasila sebagai falsafah hidup bersama dalam kerangka nasionalisme. Metode yang penulis lakukan adalah deskripsi analisis teks Matius 22:37-40, untuk memberikan penjelasan dan pemahaman pandangan Matius tentang iman dan kaitannya dengan Pancasila di mana nilai keTuhanan Yang Maha Esa menjadi basis kema-nusiaan yang membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan Indonesia. Kesim-pulannya, mengasihi Allah menjadi dan sesama menjadi dasar untuk bersama sebagai bentuk penghayatan Pancasila.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 48
Author(s):  
Arozatulo Telaumbanua

The task of Christian religion teachers is not just teaching but also leaders of their students. The task of the Christian religion teacher is complex so as to enable his leadership to focus more on the concept of service that brings students more disciplined and quality. The Christian teacher as a leader who serves is to give his time, energy, thoughts, and life as an educator. Qualified Christian religion teachers are able to lead their students with exemplary leadership and love. Serving leadership, Christian religious teachers attach great importance to teaching that leads students to better understand the meaning of their lives as Christians. The concept of Christian religious teacher leadership is intended to focus more on the leadership of student characters. Character leadership is the goal of Christian religious education to produce great leaders and characters like the Lord Jesus Christ. In this study, the authors use library research methods, namely books and literature as a source of data. Abstrak Tugas guru agama Kristen tidak hanya sekadar mengajar tetapi juga pemimpin bagi muridnya. Tugas guru agama Kristen adalah kompleks sehingga memungkinkan kepemimpinannya lebih fokus pada konsep pelayanan yang membawa muridnya lebih disiplin dan berkualitas. Guru agama Kristen sebagai pemimpin yang melayani adalah memberikan waktu, tenaga, pikiran dan kehidupannya sebagai pendidik. Guru agama Kristen yang berkualitas mampu memimpin muridnya dengan kepemimpinan teladan dan kasih. Kepemimpinan yang melayani, guru agama Kristen mementingkan pengajaran yang membawa murid lebih memahami makna hidupnya sebagai orang Kristen. Konsep kepemimpinan guru agama Kristen yang dimaksudkan lebih fokus pada kepemimpinan karakter murid. Kepemimpinan karakter merupakan tujuan pendidikan agama Kristen untuk menghasilkan pemimpin yang hebat dan berkarakter seperti Tuhan Yesus Kristus. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian pustaka, yakni buku dan literatur sebagai sumber data.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 12
Author(s):  
Yonatan Alex Arifianto

Immaturity in taking an attitude and acting as they should be following the way and order of God's Word can be called a worldly man who has the impact of jealousy, strife, so as to give rise to worldly people who do not know the truth. The natural man will also represent who the believer is. Spiritual maturity that involves God's role in the work of the Holy Spirit will continue to renew the mind and passion to continue fellowship with God. Likewise, what happens for humans who are in Jesus Christ will become a person in His image and become a blessing to others. With descriptive qualitative research methods, the author can describe the classification of the worldly man which refers to the immature in Christ, whose food is still limited to milk, and has an attitude of envy, strife and lives in a worldly manner. In addition, a spiritual person is described by the indicators: leaving childishness, accepting solid food and becoming a peacemaker, so that he can continue to grow, have a changed consciousness in all good things. In the end, the spiritual man can be a blessing and give good fruit to the lives of others. Abstrak Ketidakdewasaan dalam mengambil sikap dan bertindak sebagaimana seharusnya mengikuti cara dan tatanan Firman Tuhan dapat disebut sebagai manusia duniawi yang memiliki dampak iri hati, perselisihan sehingga memunculkan manusia duniawi yang tidak mengenal kebenaran. Manusia duniawi itu juga akan mepresentasikan siapa pribadi orang percaya. Kedewasaan rohani yang melibatkan peran Tuhan dalam karya Roh Kudus akan terus memperbaharui pikiran dan gairah untuk terus bersekutu dengan Tuhan. Demikianlah juga yang terjadi bagi manusia yang ada dalam Yesus Kristus akan menjadi pribadi yang serupa dengan gambarNya dan menjadi berkat bagi sesama. Dengan metode penelitian kualitatif deskriptif, penulis dapat mendeskripsikan klasifikasi manusia duniawi yang mengacu pada belum dewasa dalam Kristus, yang makanannya masih sebatas susu, serta memiliki sikap iri hati, perselisihan dan hidup secara duniawi. Selain itu, dideskripsikan manusia rohani dengan indikator: meninggalkan sifat kanak-kanak, menerima makanan keras dan menjadi pembawa damai, sehingga dapat terus bertumbuh, memiliki kesadaran berubah dalam segala hal yang baik. Pada akhirnya manusia rohani dapat menjadi berkat dan memberikan buah yang baik bagi kehidupan orang lain.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Albet Saragih ◽  
Johanes Waldes Hasugian

This paper is the result of an analysis of the practical situation of family education in the Christian community in the midst of a global pandemic. When the government has to limit its citizens to stay at home, stay at home, work from home, social distancing, wear masks, wash their hands; then all of this has an impact on difficulties for families. Children learn distance (online) from home. It is the parents who play a bigger role in learning, the burden on teachers and schools is increasingly formalized. Christian parents face formidable challenges in realizing their vocation and role in today's situation. Based on the research conducted, various efforts should be made by Christian parents in terms of Christian parenting during the Covid-19 pandemic, including Restoration of initial love, which is rooted in the love relationship between husband and wife that has been blessed by God and restoration of love with God, restoration of an initial love for children, proven patience, preparation of good nutrition for all family members, and continuing to share love, as a model of exemplary care for children. This paper was written using a descriptive method, namely through the use of literature or literature sources, especially with regard to the parenting style of Christian’s parents during the pandemic. Abstrak: Tulisan ini adalah hasil analisis terhadap situasi praktis pendidikan keluarga komunitas kristiani di tengah pandemi melanda dunia. Ketika pemerintah harus membatasi warganya untuk tinggal di rumah saja, stay at home, work from home, social distancing, harus pakai masker, cuci tangan; maka semua ini berdampak kesulitan bagi para keluarga. Anak-anak belajar jarak jauh (online) dari rumah. Orang tualah yang lebih banyak berperan dalam pembelajaran, beban guru dan sekolah semakin terporalisasi. Para orang tua Kristen menghadapi tantangan berat dalam mewujudkan panggilan dan perannya dalam situasi seperti sekarang ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka ditemukanlah berbagai upaya yang hendaknya dilakukan oleh orang tua Kristen dalam hal pengasuhan yang kristiani di saat pandemi covid-19, antara lain: Pemulihan kasih mula-mula, yang berakar pada dasar hubungan kasih suami-istri yang sudah diberkati Tuhan dan pemulihan kasih dengan Tuhan, Pemulihan kasih mula-mula terhadap anak, Kesabaran yang teruji, Penyiapan gizi yang baik buat semua anggota keluarga, dan tetap berbagi kasih, sebagai model asuhan keteladanan bagi anak-anak. Tulisan ini dibuat dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu melalui pemanfaatan sumber literatur atau pustaka, khususnya berkenaan dengan pola asuh orang tua Kristsen di masa pandemi.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Ezra Tari ◽  
Jeni Isak Lele

This study aims to discover the function of the church in present-day reality. The church is confronted with self-actualization in today's complex context. The writer wants to show off the principle of the church which is constantly being renewed. The church as an organism is willing and able to transform social conditions. The method used in this research is qualitative research with a literature review approach. The approach emphasizes the research for theoretical studies and values that develop based on scientific studies. The writer concluded that the church must be involved in nation-building; renewal in all aspects of human life; the church contributes to upholding the law, human rights, and the role of women; the church becomes a place to uphold honesty, justice, and truth. Abstrak Kajian tulisan ini bertujuan menemukan fungsi gereja dalam realitas masa kini. Gereja diperhadapkan kepada reaktualisasi diri dalam konteks masa kini yang kompleks. Penulis hendak menyuarakan lagi prinsip gereja yakni terus-menerus diperbaharui. Gereja sebagai organisme mau dan mampu mentransformasi kondisi sosial. Cara yang digunakan dalam penelitian adalah prinsip kualitatif dengan pendekatan telaah literatur. Pendekatan menekankan penelusuran kajian teoritis dan nilai yang berkembang berdasarkan kajian ilmiah. Penulis memberi kesimpulan bahwa, gereja harus terlibat dalam pembangunan bangsa; pembaruan dalam seluruh aspek kehidupan manusia; gereja turut andil dalam menegakkan hukum, Hak Asasi Manusia, dan peran perempuan; gereja menjadi wadah menjunjung tinggi kejujuran, keadilan, dan kebenaran.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 48
Author(s):  
Melvin Malau

The texts in the Book of Micah give rise to several interpretations. From several interpretations, it was written that there was a period of background in different social situations and that influenced the writing, reconstruction of the text, and message of theology. First, there is a shift in the social, political, economic, and religious situation. Second, these texts consist of several ideas, contents, and combinations. This paper presents a reading of Micah chapters 1-7 in a social-historical setting by considering its theological consequences. The research in this paper uses the social history analysis method to discuss texts as a form of meaningful language to communicate between writers, editors, composers, and listeners. The sources found are available to reconstruct the social world of ancient Israel. The results of the study emphasize that the themes of salvation after the condemnation of Micah chapters 1-7 are combined, edited during the three periods of social history namely the period pre-exile, in-exile and post-exile. Abstrak Teks-teks dalam Kitab Mikha menimbulkan beberapa penafsiran. Dari beberapa penafsiran dituliskan adanya periode latar belakang situasi sosial yang berbeda dan mempengaruhi kepenulisan, rekonstruksi peredaksian teks dan pesan teologi. Pertama, adanya pergeseran situasi sosial, politik, ekonomi, dan agama. Kedua, teks-teks ini terdiri dari beberapa ide, isi dan pengabungan-penggabungan. Tulisan ini memperlihatkan sebuah pembacaan Mikha pasal 1-7 dalam setting sejarah sosial dengan mempertimbangkan kon-sekuensi teologisnya. Penelitian dalam tulisan ini menggunakan metode analisis sejarah sosial membahas teks-teks sebagai bentuk bahasa yang bermakna untuk berkomunikasi antara penulis, redaktur, komposer dan pendengar. Sumber-sumber yang ditemukan terse-dia untuk merekonstruksi dunia sosial Israel kuno. Hasil dari penelitian menekankan bahwa tema-tema keselamatan setelah penghukuman Mikha pasal 1-7 digabungkan, diredaksi selama tiga periode sejarah sosial yaitu masa sebelum pembuangan, pembuangan dan setelah pembuangan.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 82
Author(s):  
Kalis Stevanus
Keyword(s):  

Jesus' divinity is at the core of the Christian faith. This principle is often doubted by many people and groups. This paper aimed to show strong and convincing shreds of evidence of the divinity of Jesus according to the preaching of the four Gospels; Matthew, Mark, Luke, and John. The writing method used is a biblical analysis of Jesus' capture as God by basing on texts in the four Gospels. The findings showed that there are many texts in the four Gospels that indicated the divinity of Jesus. Abstrak Keilahian Yesus merupakan inti dari iman Kristen. Prinsip ini seringkali diragukan oleh banyak kalangan. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan tentang keilahian Yesus menurut pemberitaan keempat Injil; Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Metode penulisan yang digunakan adalah analisis biblikal terhadap uangkapan Yesus sebagai Allah dengan mendasarkan pada teks di dalam keempat Injil. Hasil temuan memperlihatkan ada banyak teks dari keempat Injil yang mengindikasikan keilahian Yesus.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Rizky Permana

The purpose of this research is to develop learning e-learning-based as a solu-tion in improving attitudes, interests, and competence of student learning. The essence of this study is to look for differences between learning competencies before and after the application of-based this method. The results showed a difference and the results of learning competencies were seen from the gain is 1 with high criteria. Thus it can be concluded that the results of the development of learning in blended the method flipped classroom can improve the learning competencies. This finding is the development of the blended learning method of a flipped classroom, a learning method that can be applied in Blended the method flipped classroom can be used as a reference in new learning. Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pembelajaran berbasis e-learning sebagai solusi dalam meningkatkan sikap, minat dan kompetensi pembelajaran siswa. Inti dari penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan antara kompetensi belajar sebelum dan sesudah penerapan berbasis metode ini. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan dan hasil kompetensi belajar dilihat dari gain 1 dengan kriteria tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengembangan pembelajaran pada kelas campuran dengan metode membalik kelas dapat meningkatkan kompetensi belajar. Temuan ini merupakan pengembangan dari metode blended learning kelas flipped, metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam Blended themethod kelas flipped dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran baru


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Vera Herawati Siahaan ◽  
Harlin Yasin

The Toba Batak traditions in terms of "mangadati" carry out traditional Batak Toba cultural events that adhere to the exogamy law, namely marriages outside certain ethnic groups. This is seen in the Batak Toba community where people do not take wives from the clan group themselves (namariboto), because they are called siblings; women leave their groups and move to the husband's group, and are patrilineal, with the aim of preserving the husband's clan within the male line. This article uses the method of phenomenological analysis with a biblical reflection approach. Mangadati marriage custom from the perspective of Christian faith is not a contradiction, because the custom is done with love, the value of respect and the value of brotherhood and togetherness in accordance with Matthew 22: 37-40. Abstrak Adat Batak Toba dari sisi “mangadati” melaksanakan acara adat kebudayaan Batak Toba yang menganut hukum eksogami, yaitu perkawinan di luar kelompok suku tertentu. Ini terlihat dalam masyarakat Batak Toba di mana orang tidak mengambil isteri dari kalangan kelompok marga sendiri (namariboto), karena disebut kakak-adik; perempuan meninggalkan kelompoknya dan pindah ke kelompok suami, dan bersifat patrilineal, dengan tujuan untuk melestarikan marga suami di dalam garis lelaki. Artikel ini menggunakan metode analisis fenomenologi dengan pendekatan refleksi biblikal. Adat pernikahan mangadati ditinjau dari perspektif iman kristen bukan suatu yang bertentangan, karena adat dilakukan dengan kasih, nilai hormat dan nilai persaudaraan serta nilai kebersamaan sesuai dengan Matius 22: 37-40.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document