In the Chinese tradition that is influenced by the Confusianism, women are seen to have lower positions than men. In such a social system, the One-Child policy initiated by Deng Xiaoping since 1979 as a program to control the population, underpin the inferiority perception upon Chinese women. This article aims analyze the effects of the China’s One Child Policy towards Chinese women’s lives. It is important to understand how Chinese Women live after their lives have been affected by this Policy, in a good or a bad way. The results show that One Child Policy has negative impacts on Chinese women’s lives. It does not only lead to discrimination views againts women, but also indirectly violate a Chinese woman’s social, cultural and economic rights. Criminal cases overshadow the Chinese women, ranging from torture, neglect of children, abortion, illegal adoption, human trafficking, kidnapping, and even prostitution. On the other hand, all criminal cases makes women become “rare “ and “special” objects in China. Ironically, the scarcity of women in China actually cause the higher bargaining power of women. Now in their lives, Chinese women can go to school, work, choosing a spouse, or even file for divorce. Women’s social status in Chinese society has increased now. It means that women also obtain the positive impact of One-Child Policy.Keywords: women, confucianism, the one child policyAbstrakDalam tradisi Tiongkok yang dipengaruhi oleh Konfusianisme, perempuan selalu memiliki posisi lebih rendah daripada laki-laki. Dalam sistem sosial seperti ini, Kebijakan Satu Anak yang diperkenalkan oleh Deng Xiaoping sejak 1979 sebagai program untuk mengontrol populasi, turut mendukung inferioritas wanita Tiongkok. Artikel ini mencoba menganalisis efek Kebijakan Satu Anak di Tiongkok kepada kehidupan perempuan. Sangat penting untuk memahami bagaimana perempuan Tiongkok menjalani hidupnya pascakehidupannya telah dipengaruhi oleh kebijakan ini, dengan cara yang baik maupun yang buruk. Artikel ini berkesimpulan bahwa Kebijakan Satu Anak memiliki dampak negatif dalam kehidupan perempuan. Kebijakan ini tidak hanya menyebabkan pandangan diskriminatif terhadap perempuan, namun juga secara tidak langsung melanggar hak asasi dalam kehidupan sosial, kultural, dan ekonomi perempuan Tiongkok. Kasus kriminal pun membayangi perempuan Tiongkok, mulai dari penyiksaan, pengabaian anak perempuan, aborsi, adopsi ilegal, penjualan manusia, penculikan, bahkan prostitusi.Di lain pihak, semua kasus kriminal ini telah membuat perempuan menjadi objek yang “langka” dan “spesial” di Tiongkok. Ironisnya, kelangkaan perempuan di Tiongkok menyebabkan nilai tawar perempuan menjadi lebih tinggi. Sekarang, dalam kehidupan mereka, perempuan Cina bisa pergi ke sekolah, bekerja, memilih pasangan hidup, bahkan menuntut cerai. Status sosial perempuan dalam masyarakat Tiongkok pun sudah meningkat sekarang. Ini berarti, perempuan Tiongkok juga telah mendapatkan efek positif dari Kebijakan Satu Anak.Kata kunci: perempuan, konfusianisme, kebijakan satu anak