Bingkai Yusril Ihza Mahendra menjadi Pengacara Jokowi-Ma’ruf dalam Media Daring
This paper discusses the mass media polemic when Yusril Ihza Mahendra became a lawyer for Jokowi-Ma'ruf in the 2019 presidential election. Previously, Yusril was a lawyer for Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) which later became a banned organization in Indonesia. In addition, Yusril was previously known as a critic of Jokowi and an active defender of Prabowo along with the party he leads, the Crescent Star Party (PBB). The focus of this research is to explore three mass media that are well known to the general public: Sindonews.com, Kompas.com, and Republika.co.id to see how the mass media dared to frame the coverage of Yusril Ihza Mahendra's decision to become Jokowi-Ma'ruf's campaign team. By using a qualitative research methodology, this study also uses Robert N. Entman's framing analysis to see the framing. This is done in order to penetrate the reporting frame made by the three brave mass media. The findings of this study indicate that the three media have different attitudes. Sindonews.com showed Yusril's choice neutrally with all parties involved. Meanwhile, Kompas.com seems to be more inclined to side with the Jokowi-Ma'ruf camp with the proportion of the Yusril and the Jokowi-Ma'ruf camp being more. Meanwhile, Republika.co.id appears to be contravening by presenting parties who feel aggrieved by Yusril's decision to become Jokowi-Ma'ruf's successful lawyer.Tulisan ini membahas polemik media massa saat Yusril Ihza Mahendra menjadi pengacara Jokowi-Ma’ruf pada pemilihan umum presiden 2019. Sebelumnya, Yusril menjadi pengacara bagi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang kemudian menjadi organisasi terlarang di Indonesia. Selain itu, Yusril sebelumnya juga dikenal sebagai pengkritik Jokowi dan pembela aktif Prabowo bersama partai yang dipimpinnya, Partai Bulan Bintang (PBB). Fokus penelitian ini adalah meneroka tiga media massa daring yang sudah dikenal khalayak umum: Sindonews.com, Kompas.com, dan Republika.co.id untuk melihat bagaimana media massa daring membingkai pemberitaan keputusan Yusril Ihza Mahendra menjadi pengacara tim sukses Jokowi-Ma’ruf. Dengan menggunakan metodologi penelitian kualitatif, penelitian ini juga menggunakan analisis framing Robert N. Entman untuk melihat pembingkaian tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat meneroka bingkai pemberitaan yang dilakukan oleh ketiga media massa daring. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga media tersebut memiliki sikap yang berbeda. Sindonews.com menunjukkan secara netral pilihan Yusril dengan menghadirkan semua pihak yang terlibat. Sedangkan Kompas.com terlihat lebih condong berpihak pada kubu Jokowi-Ma’ruf dengan proporsi pihak Yusril dan kubu Jokowi-Ma’ruf lebih banyak. Sementara Republika.co.id terlihat kontra dengan menampilkan pihak-pihak yang merasa dirugikan atas keputusan Yusril menjadi pengacara tim sukses Jokowi-Ma’ruf.