UMPAK BATU: JEJAK KONSTRUKSI BANGUNAN MASA LAMPAU DI LAMPUNG BARAT [ COLUMN BASE : THE TRACES OF ANCIENT BUILDING CONSTRUCTION IN WEST LAMPUNG]
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia yang dibangun dengan berbagai bahan, teknik, dan sistem kepercayaan dan sekaligus menggambarkan identitas dan status sosial pemiliknya. Rumah merupakan kesatuan dari struktur bangunan yang terdiri dari konstruksi dasar, konstruksi tubuh, dan konstruksi atap. Setiap kelompok masyarakat memiliki konstruksi bangunan yang berbeda-beda yang mencerminkan kondisi geografis dan lingkungan setempat. Penelitian arkeologi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Semangka, Kabupaten Lampung Barat menemukan lebih dari empat puluh batu tufa dan batu apung di enam situs arkeologi di Liwa. Batu-batu tersebut memiliki beragam bentuk dan ukuran yang belum diketahui fungsinya. Tulisan ini bertujuan mengetahui fungsi batu-batu tersebut kaitannya dengan bangunan tradisional Lampung. Penelitian dilakukan dengan metode survei arkeologi, deskripsi, dan perbandingan data etnografi. Hasil penelitian memperlihatkan ada persamaan karakteristik batu pada bangunan rumah-rumah tradisional di Liwa, Kenali, dan Canggu dengan artefak batu yang ditemukan di situs-situs arkeologi di DAS Way Semangka. Batu-batu tersebut diasumsikan sisa umpak atau batu pondasi dari struktur bangunan tradisional Lampung yang dibuat dengan teknik konstruksi tradisional kalindang yang tahan gempa. Umpak batu dari batuan tufa dan batu apung terbilang unik karena ringan, mudah dibentuk, dan memiliki keunggulan sebagai bahan beton ringan. Penggunaan batuan tufa dan apung sebagai umpak bangunan, merupakan bukti kearifan lokal yang masih dilestarikan di Lampung Barat. House as a basic need was built with various materials, techniques, and the belief system of the supporting community, as well as describe the identity and social status of the owner. A house is a unit of the building structure that generally consists of basic construction, body, and roof construction. Each community group has a different building construction and can also reflect their geographical and climatic conditions. Archaeological research in the Way Semangka Watershed (DAS), West Lampung Regency, found more than forty stones of tuf and pumice in six archaeological sites in Liwa. The stones have various shapes and sizes whose function is not yet known. This paper aims to determine the utility of these stones in traditional Lampung buildings. The research was conducted using archaeological survey methods, descriptions, and a comparison of ethnographic data. The results showed similarities in the characteristics of the stones in the traditional houses in the Liwa, Kenali, and Canggu areas, with stone artefacts found at archaeological sites in the Way Semangka watershed. These stones are assumed to be remnants of the column base of traditional Lampung building structures made with the Kalindang technique of which is traditionally earthquake-resistant construction. The tuf and pumice stone are unique because it is light, shapeable and it has the advantage of being a lightweight concrete material. The use of tuf and pumice stone as a column base is evidence of local wisdom preserved in West Lampung.