scholarly journals Estrogene Hormone Levels And Endometrial Thickness Of Female Rat (Rattus norvegicus) Ovariectomized After Being Given Lamtoro (Leucaena leucocephala Lam. De Wit) LEAF Extract

2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 116
Author(s):  
Maria Antonia Margaretha Fernandez ◽  
Ngurah Intan Wiratmini ◽  
Ni Made Rai Suarni

Lamtoro (Leucaena leucocephala Lam. De Wit) merupakan tanaman yang digunakan sebagai obat dan pakan ternak. Lamtoro mengandung zat aktif dari golongan senyawa streroid, alkaloid, flavonoid, polifenol dan tannin. Zat aktif yang terkandung pada lamtoro bersifat fitoestrogen karena mengandung golongan senyawa steroid, alkaloid dan flavonoid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun lamtoro terhadap kadar hormon estrogen dan ketebalan endometrium tikus (Rattus norvegicus) betina yang telah diovariektomi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan yaitu K- (kontrol negatif diberi minyak jagung), K+ (kontrol positif diberi estrogen sintetik 2 mg), P1dan P2 diberi diberi ekstrak daun lamtoro sebanyak 200 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB). Masing masing perlakuan terdiri dari 6 ulangan sehingga digunakan 24 ekor tikus betina. Ekstrak daun lamtoro diberikan secara oral sebanyak 2 ml/ekor/hari selama 15 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun Lamtoro (Leucaena leucocephala Lam. De Wit) dosis 250 mg/kg BB dapat meningkatkan kadar hormon estrogen serum darah dan ketebalan endometrium tikus betina yang diovariektomi. Kata kunci: Leucaena, Ovariektomi, Estrogen, Endometrium, Tikus    

Author(s):  
Ngurah Intan Wiratmini ◽  
Inna Narayani ◽  
Ni Luh Eka Setiasih

Leucaena leucocephala provides the highest amount of proteins compared to other greens. However, its use is restricted due to the content of mimosine, an antinutrition non-protein amino acid known to be toxic to animals. This study aimed to observe the effect of administration of more than 10% of processed Leucaena leucocephala leaf meal to the level of T3, T4 and the thyroid histopathology. In this study, Leucaena leucocephala leaves were soaked in distilled water for 12 hours. The processed of Leucaena leucocephala leaf meal was made into pellets containing 0%, 7.5%, 15%, and 22.5% leaf meal of total feeds respectively, and was fed to the rats during pregnancy and lactation. The level of triiodothyronine (T3) and thyroxine (T4), and the thyroid histological features were the parameters observed. The collected data were statistically analyzed by SPSS 20.0 for Windows using One-way ANOVA followed by Duncan Multiple Range Test to observe any significant difference among the 4 treatment groups (?=5%). Meanwhile, the presence of hyperplastic cells and follicle lumens filled with vesicles and colloids was descriptively analyzed by means of available literatures. The analysis of T3 and T4 level revealed that there was no any significant difference between the control and treatment groups. The epithelial cells of thyroid follicles in the treatment groups of P1, P2 and P3 showed hyperplasia and were detached from their respective basal membranes.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 19-26
Author(s):  
Dian Yuliartha Lestari ◽  
Rizky Trimaulidia

High salt diet and prednisone administration will increase blood pressure which chronically causes heart muscle remodeling so that it appears macroscopically as left ventricular hypertrophy. Bay leaf extract contains flavonoids which can lower blood pressure and decrease left ventricular thickening. To determine the effect of bay leaf extract (Syzygiumpolyanthum) on the left ventricle thickening of rat heart (Rattus norvegicus wistar strain) in hypertensive model.  True experimental post-test only controls group design with simple random sampling technique. The subjects of this study were 25 male Wistar rats aged 2-3 months weighing 150-200 grams. Rats were induced with prednisone 1.5 mg/ KgBW / day in 2% NaCl for 6 weeks followed by administration of bay leaf extract at a dose of 70 mg/ KgBW, a dose of 140 mg/ KgBW, and a dose of 280 mg/ KgBW. Data analyzed by One Way ANOVA, Post Hoc Bonferroni, followed by Linear: One Way ANOVA test showed significant differences between treatments (p = 0.000). The Bonferroni Post Hoc test concluded that there were significant differences in the treatment of the P2 and P3 groups. Linear regression test obtained R square 0.663 and obtained the equation Y = 1965.838 - 1.275X. The extract of bay leaf (Syzygiumpolyanthum) has an effect on decreasing the left ventricle thickening of the white male rat heart (Rattus norvegicus wistar strain) hypertension model.


2018 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 90-94
Author(s):  
Dedhi Yustendi ◽  
Ainal Mardhiah

ABSTRAK. Penelitian dilaksanakan pada kelompok ternak kambing perah di Desa Geucee Kayee Jatoe Kota Banda Aceh. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan persentase pemberian ekstrak daun katuk dalam air minum yaitu S0, S1, S2 dan S3 (0 %; 10%; 20 %, dan 30% ), tiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Data volume produksi air susu yang diperoleh dianalisa dengan ANOVA, dan bila terdapat perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang nyata (P0.05) terhadap volume air susu yang dihasilkan antar perlakuan S0, S1, S2 dan S3. Pemberian ekstrak daun katuk 10% (S1) dalam air minum memperlihatkan peningkatan produksi susu dan kualitas susu yang baik dibandingkan dengan pemberian 20% dan 30% dalam air minum. (Giving katuk leaf extract (Sauropus androgynus L. Merr) in drinking water Ettawa crossbreed goats to increase milk volume and milk quality) ABSTRACT. This research was carried out on a group of Ettawa crossbreed goats in Geucee Kayee Jatoe, Banda Aceh. This study used a completely randomized design with 4 (four) treatments of giving katuk leaves extract in drinking water, namely S0, S1, S2 and S3 (0%; 10%; 20%, and 30% of katuk leaf) and each group repeated 4 times. Data on milk production were analyzed by analysis of variant (ANOVA), and if there were differences, then followed by Duncan multiple range test (DMRT). The results showed that there was no significant effect (P 0.05) on the production of milk between treatments S0, S1, S2 and S3. Giving katuk leaf extract up to 10% (S1) in drinking water increase in milk production and quality compared to those giving 20% and 30% of katuk leaf.


2018 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 42-49
Author(s):  
Basito Basito ◽  
Bara Yudhistira ◽  
Dara Audina Meriza

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kombinasi bahan penstabil CMC dan karagenan terhadap karakteristik sensori velva dan mengetahui karakteristik fisik (daya leleh, overrun, viskositas) dan kimia (total padatan terlarut, kadar air, aktivitas antioksidan dan serat pangan) velva buah naga super merah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu variasi kombinasi bahan penstabil CMC dengan karagenan menggunakan 2 ulangan sampel dan 3 ulangan analisa. Data yang diperoleh pada pengujian sensori dianalisis dengan menggunakan one way ANOVA pada tingkat α = 0,005. Jika terdapat perbedaan nyata, maka kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada α = 0,05. Sedangkan data yang diperoleh pada pengujian fisik dan kimia dianalisis menggunakan Paired Sample t-Test pada tingkat α = 0,05.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, kombinasi kulit dan daging buah naga super merah untuk dijadikan puree velva terbaik dengan perbandingan 1:4. Selanjutnya kombinasi bahan penstabil CMC dan karagenan mempengaruhi karakteristik sensori terhadap parameter tekstur dan overall. Tingkat penerimaan velva dengan kombinasi penstabil terbaik pada kombinasi CMC dan karagenan 1:1. Pengaruh penggunaan bahan penstabil CMC dan karagenan terhadap sampel kontrol terlihat pada karakteristik fisik seperti daya leleh, overrun dan viskositas. Selain itu pada karakteristik kimia seperti total padatan terlarut, aktivitas antioksidan dan serat pangan. Tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar air velva. Penggunaan bahan penstabil CMC dan karagenan  1:1 menunjukkan nilai daya leleh, overrun, viskositas, aktivitas antioksidan dan serat pangan semakin tinggi.


2017 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 178
Author(s):  
A.A. Istri Mas Padmiswari ◽  
Ngurah Intan Wiratmini ◽  
I Wayan Kasa

Lamtoro merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 25-35%. Namun, pemanfaatan lamtoro menjadi terbatas karena mengandung zat antinutrisi seperti mimosin. Kandungan mimosin dapat diturunkan melalui beberapa metode salah satunya adalah melalui perendaman dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian tepung daun lamoro hasil perendaman (TDLP) terhadap histologi testis tikus jantan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat kelompok dengan masing-masing delapan ulangan. Perlakuan berupa pemberian tepung daun lamtoro hasil perendaman yang dicampur dengan pelet komersial dengan aras 100% pakan komersial (tanpa TDLP) sebagai kontrol (P0), 92,5% pakan komersial + 7,5% TDLP sebagai perlakuan 1 (P1), 85% pakan komersial + 15% TDLP sebagai perlakuan 2 (P2) dan 77,5% pakan komersial + 22,5% TDLP sebagai perlakuan 3 (P3). Perlakuan diberikan pada tikus jantan selama 30 hari. Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah jumlah sel spermatogenik. Data hasil penelitian diolah menggunakan program statistik komputer (SPSS 16.0 for Windows) dengan menggunakan uji One Way Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan TDLP dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah sel spermatogenik. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan TDLP hingga aras 22,5% tidak menurunkan jumlah sel spermatogenik.


2018 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 77-82
Author(s):  
Irmae Irmae ◽  
Noor Tifauzah ◽  
Rina Oktasari

Latar Belakang : Tepung kacang hijau adalah bahan makanan yang diperoleh dari biji tanaman kacang hijau (Phaseolus radiates). Kacang hijau merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang memiliki kadar protein dan zat besi yang cukup tinggi. Pemanfaatan kacang hijau dilakukan dalam bentuk cookies yang merupakan produk pangan yang banyak diminati masyarakat. Bentuk cookies  yang umum dijumpai adalah nastar.  Tujuan : Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh variasi campuran tepung terigu dan tepung kacang hijau terhadap sifat fisik dan organoleptik pada kue nastar. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian true experiment, dengan rancangan acak sederhana menggunakan 4 perlakuan, 2 pengulangan dan satu kali unit percobaan sehingga terdapat 8 unit percobaan . Variasi campuran tepung kacang hijau pada kue nastar yaitu perlakuan A (100%:0%), perlakuan B (75%:25%), perlakuan C (50%:50%), dan perlakuan D (25%:75%). Uji statistik yang digunakan yaitu One  Way Anova, apabila ada perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat signifikasi 95%. Hasil : Kue nastar yang paling disukai dari segi warna, aroma, dan rasa adalah kue nastar tanpa penambahan tepung kacang hijau, sedangkan dari segi tekstur yang paling disukai adalah kue nastar dengan variasi campuran tepung kacang hijau perlakuan B (25%).  Kesimpulan : Ada  pengaruh variasi campuran tepung kacang hijau pada kue nastar ditinjau dari sifat fisik dan organoleptiknya.


2014 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Suci Rahmawati ◽  
Edhi Nurhartadi ◽  
Dwi Ishartani

<p>Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi madu sebagai pengganti sukrosa terhadap karakteristik fisik, kimia, dan sensori velva pepaya. Penelitian ini menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu konsentrasi pemanis madu. Konsentrasi pemanis madu yang digunakan 5-15%. Dilakukan pengulangan sampel sebanyak dua kali dan tiga kali pengulangan analisa. Data yang diperoleh pada pengujian fisik, kimia, sensori dianalisis menggunakan one way ANOVA pada tingkat α = 0,05. Jika terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test<br />(DMRT) pada α= 0,05. Untuk data yang diperoleh dari uji Intensitas Tingkat Kemanisan, jika ada perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian yang diperoleh penggunaan pemanis madu meningkatkan<br />serat pangan, vitamin C, β-karoten, aktivitas antioksidan, daya leleh, dan total padatan terlarut, serta menurunkan kadar air dan overrun velva pepaya yang dihasilkan. Penggunaan pemanis madu berpengaruh nyata terhadap<br />karakteristik sensori yaitu menurunkan tingkat kesukaan panelis pada parameter warna, rasa, aroma, tekstur, dan overall velva pepaya. Uji intensitas tingkat kemanisan diketahui bahwa velva pepaya dengan 5% pemanis madu<br />memiliki tingkat kemanisan lebih rendah dari velva pepaya dengan 20% pemanis sukrosa, velva pepaya dengan 10% pemanis madu memiliki tingkat kemanisan sama dengan velva pepaya dengan 20% pemanis sukrosa dan velva pepaya dengan 15% pemanis madu memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi dari velva pepaya dengan 20% pemanis sukrosa.</p><p><br />Kata kunci: madu, sukrosa, velva papaya</p>


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 85
Author(s):  
Sri Sukaryani ◽  
Engkus Ainul Yakin ◽  
Hardika Eka Rhamadanu

 Duck eggs are one type of protein source food that is much favored by the people of Indonesia.  However, currently there are not many ways of preservation to maintain the quality of duck eggs in storage.  With preservation by immersion with noni leaf extract, it can be an alternative in maintaining the quality of duck eggs in storage for 15 days.  This is because noni leaves contain elements of chemical compounds such as amino acids, phenolic compounds, ursulic acid, alkaloids, phenols, and glycosides which are antimicrobial, antibacterial and anti-inflammatory.  This study aims to determine the effect of soaking duck eggs in noni leaf extract on the interior quality of duck eggs.  This study used a completely randomized design (CRD) with a concentration of 45% noni leaf extract with immersion time of 0, 12, 24, 36 and 48 hours with 3 replications.  To determine whether there is a difference in treatment using Duncan Multiple Range Test (DMRT) at the level of = 0.05.  The research variables are Albumen Insex, Yolk Index and Haugh Index.  Data were analyzed by SPSS.  The results of the study concluded that soaking duck eggs with noni leaf extract for 12-48 hours with an extract concentration of 45% had no significant effect on egg quality in this case the yolk index, albumen index and Haugh index.


2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 108
Author(s):  
Indrie Ambarsari ◽  
Retno Endrasari ◽  
Restu Hidayah

<p>Produk sereal sarapan menjadi salah satu pilihan tepat untuk memenuhi kebutuhan sarapan masyarakat modern yang ingin serba cepat dan praktis.  Sayangnya, sebagian besar produk sereal sarapan yang tersedia di pasaran terbuat dari bahan-bahan impor yang sulit dikembangkan di Indonesia.  Jagung, jali, dan sorgum merupakan komoditas serealia lokal yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku produk sereal sarapan.  Kajian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dan sifat sensoris dari produk sereal sarapan yang dikembangkan dari komoditas serealia lokal, serta memperoleh informasi terkait jenis serealia yang paling tepat untuk digunakan sebagai bahan baku produk sereal sarapan.  Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat taraf perlakuan, yaitu: sereal sarapan jagung, sereal sarapan jali, sereal sarapan sorgum utuh, dan sereal sarapan gandum sebagai kontrol perlakuan.  Masing-masing perlakuan mendapatkan empat kali ulangan.  Dalam rangka meningkatkan kualitas produk akhir maka proses produksi sereal sarapan melibatkan proses fermentasi sereal.  Variabel yang diamati meliputi kadar air, protein, lemak, karbohidrat, energi total, serat pangan, dan tingkat kesukaan berdasarkan uji sensoris.  Data hasil pengujian dianalisis dengan menggunakan one way ANOVA pada taraf signifikansi 5% dan apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test.  Hasil kajian menunjukkan bahwa serealia lokal seperti sorgum, jagung dan jali sesuai untuk dikembangkan sebagai bahan baku produk sereal sarapan.  Produk sereal sarapan berbahan baku tepung sorgum terfermentasi menghasilkan produk akhir dengan kandungan gizi tertinggi, yaitu kandungan protein 11,31 %, lemak 7,12 %, karbohidrat 78,61 %, energi total 230,14 kkal/100 g, dan serat pangan total 27,23 %.  Meskipun demikian, karakteristik sensoris sereal sarapan sorgum, khususnya menyangkut warna dan tekstur, masih perlu ditingkatkan.</p><p> </p><p><strong>Nutritional and Sensory Quality of Breakfast Cereal Based-on Corn, Coix, and Sorghum Flakes</strong></p><p>Breakfast cereal could be the right choice to fulfill modern society's breakfast needs that prioritize the practicality and quickness.  Unfortunately, the breakfast cereals available in the market are generally made from imported materials that were difficult to cultivate in Indonesia.  Corn, coix, and sorghum are local Indonesian cereals that could be developed as a raw material for breakfast cereals.  This study was performed to evaluate the nutritional and sensory properties of breakfast cereals made from local Indonesian cereals, as well as to determine the most suitable raw material of breakfast cereals.  The experimental design used was a completely randomized design with four-level treatments, i.e., corn-based product, sorghum-based product, coix-based product, and wheat-based product as a control treatment, with four replication for each treatment.  In order to optimize the quality of end-products, fermentation was applied in the production process.  The variables observed included moisture content, protein, lipid, carbohydrate, total energy, dietary fiber, and preference level based on sensory analysis.  The data were analyzed using one-way ANOVA with a significance level of 5%, and if there were a significant difference between treatments, it would be continued with the Duncan Multiple Range Test.  The results showed that local cereals such as sorghum, corn, and coix are suitable to be developed as raw material for breakfast cereals.  Breakfast cereal based on fermented sorghum flour has the highest nutritional values among the cereals sample, precisely 11.31% protein, 7.12% lipid, 78.61% carbohydrate, 230 kcal/100g total energy, and 27.23% dietary fiber.  However, sorghum breakfast cereals' sensory characteristics still needed to be improved, especially for its color and texture.</p>


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 72-86
Author(s):  
Wilda Khoirunnisa ◽  
A’immatul Fauziyah ◽  
Nanang Nasrullah

Kedelai merupakan biji-bijian dengan zat besi dan serat pangan sehingga dapat menaikkan kadar zat  besi dan serat pangan pada produk bebas gluten untuk aman dikonsumsi oleh penderita penyakit celiac wanita dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan tepung kedelai terhadap kadar zat besi dan serat pangan, mengetahui sifat organoleptik, memperoleh formula terpilih, dan mengetahui kandungan zat gizi per takaran saji formula terpilih. Penelitian ini menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis data kadar zat besi dan serat pangan menggunakan uji One Way ANOVA (analisis ragam) dan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis uji organoleptik diolah secara deskriptif. Pemilihan formula terpilih menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Hasil uji anova menunjukkan bahwa penambahan tepung kedelai berpengaruh nyata (p = 0,028) terhadap kadar zat besi roti tawar dan tidak berpengaruh nyata (p = 0,545) terhadap kadar serat pangan roti tawar.  Formula roti tawar yang terpilih berdasarkan kadar zat besi, serat pangan, dan uji organoleptik adalah F3 (50% tepung kedelai). Takaran saji roti tawar formula terpilih adalah 72 gram untuk 2 lembar dengan kandungan gizi sebesar 260,44 kkal energi total, 13,97 gr protein, 10,35 gr lemak, 27,83 gr karbohidrat, 3,33 mg zat besi, dan 34,22 gr serat pangan sehingga memenuhi klaim sebagai pangan dengan zat besi dan serat pangan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document