Talak merupakan hukum yang disyariatkan bagi satu pasangan yang tidak mungkin lagi membina hubungan keluarga dengan baik. Peluang talak ini dapat dipilih oleh suami dengan memperhatikan tata cara dan prosedur yang sesuai dengan hukum Islam. Terdapat beberapa hukum yang ulama tidak padu dan berbeda pendapat, khususnya mengenai konsep talak dilihat dari sisi waktu dan jumlah penjatuhannya. Penelitian ini henda mengkaji pendapat Ibn Qayyim. Masalah yang didalami adalah bagaimana pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah terhadap konsep dan pengaruh hukum talak syar’i dilihat dari segi waktu dan jumlah penjatuhan talak, dan bagaimana metode istinbaṭ yang ia gunakan. Penelitian ini termasuk penelitian pustaka, data yang terkumpul dianalisis dengan cara analisis-deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah, konsep talak secara umum ada dua bentuk, yaitu talak dari segi waktu dan dari segi jumlah. Dari segi waktu, talak dilakukan saat isteri suci dan tidak digauli saat suci tersebut. Pengaruh suami yang menceraikan isteri saat haid dan telah digauli, itu diharamkan dan talak tidak jatuh. Dari segi jumlah, hak talak suami hanya ada tiga. Tiga jumlah hak talak tersebut digunakan secara bertahap, tidak bisa digunakan sekaligus. Pengaruh suami yang menceraikan isteri dengan talak dua atau tiga sekaligus, talak yang jatuh hanya dipandang satu kali. Adapun dalil yang digunakan Ibn Qayyim yaitu QS. al-Ṭalāq ayat 1, QS. al-Baqarah ayat 229, QS. al-Baqarah ayat 230, dan QS. al-Nūr ayat 6. Adapun riwayat hadis di antaranya hadis dari Nafi’ riwayat Abī Dāwud, dari Sa’di bin Ibrahim riwayat Muslim, dari Abdullah bin Ali bin Sa’ib riwayat Abī Dāwud, dan dari Ibn Wahab riwayat HR. Nasā’i. Metode yang digunakan Ibn Qayyim yaitu bayanī dan metode istiṣlāḥī. Talak is a law prescribed to one spouse that is no longer likely to foster family relationships well. The chance of this Talak can be chosen by the husband taking into account the ordinances and procedures according to Islamic law. There are some laws that scholars do not mix and differ, especially regarding the concept of Talak seen from the time and number of the allotment. This study has studied Ibn Qayyim's opinion. The issue in the matter is how Ibn Qayyim al-Jauziyyah's view of the concept and influence of the law is seen in terms of time and the number of a bailout, and how the Istinbaṭ method he used. This research includes the research of libraries, the collected data is analyzed in a descriptive-analysis way. The results showed that according to Ibn Qayyim al-Jauziyyah, the concept of Talak, in general, there are two forms, namely Talak in terms of time and in terms of number. In terms of time, the Talak was performed during the Holy Wife and not in the holy moment. The influence of the husband who divorced the wife during menstruation and has been held, it is haraam and the Talak does not fall. In terms of numbers, the right to the husband is only three. The three total rights of the Board are used gradually, not to be used at once. The influence of the husband who divorced the wife with a two or three talak at once, a talak that fell only considered one time. The evidence that Ibn Qayyim used is QS. al-Ṭalāq verse 1, Qs. Al-Baqarah verses 229, Qs. Al-Baqarah verses 230, and Qs. Al-Nūr verse 6. The history of Hadith includes hadith from Nafi ' History of Abī Dāwud, from Sa'di bin Ibrahim Muslim history, from Abdullah bin Ali bin Sa'ib abī dāwud history, and Ibn Wahab narrated by the history of the Christian. The method used Ibn Qayyim was bayanī and the method Istiṣlāḥī.