Penerapan Pedoman Penjaringan Hipertensi Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan
Latar belakang dan tujuan: Hipertensi mengakibatkan sekitar 70% meninggal dunia akibat jantung koroner, 15% mengalami kerusakan jaringan otak, 10% mengalami gagal jantung. Data DINKES Kabupaten Tabanan kasus hipertensi mencapai 6.616 orang (5,87%). Pada tahun 2018 kasus hipertensi meningkat menjadi 10.563 orang (10,81%). Penjaringan hipertensi merupakan upaya dalam pengelolaan dan pengendalian hipertensi. Maka peneliti menggali lebih dalam tentang penerapan pedoman penjaringan hipertensi. Metode: Penelitian ini penelitian kualitaif dengan pendekatan eksploratif case study mengadopsi teori Lawrence Green. Data hasil penelitian dianalisis dengan metode tematik. Data dikumpul dengan teknik in depth interview terhadap 10 informan. Yaitu 2 orang kepala puskesmas, 2 orang pemegang program P2PTM. 2 orang petugas kesehatan, 2 orang kader kesehatan dan 2 orang masyarakat setempat. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat dua puskesmas dengan capaian target tertinggi dan terendah. Bedasarkan data tersebut ditemukan Puskesmas dengan capaian tertinggi yaitu Puskesmas Baturiti 1 sebesar 41,16% dan terendah adalah puskesmas kediri 1 sebesar 0,35%. Dari data tersebut setelah dilakukan wawancara mendalam ditemukan pengetahuan informan terkait Pedoman Penjaringan Hipertensi. Simpulan dan Rekomendasi: Kendala yang sering terjadi dalam penerapan pedoman penjaringan hipertensi yaitu petugas kesehatannya kurang, kedatangan masyarakat juga kurang Sehingga perlu diupayakan perencanaan yang lebih matang dengan anggaran yang memadai dalam melaksanakan penjaringan hipertensi.