BEBASAN Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

35
(FIVE YEARS 35)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa

2721-4362, 2406-7466

2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 35-46
Author(s):  
Nuryani Nuryani
Keyword(s):  

Bahasa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam proses terbentuknya. Dari sebelum resmi menjadi bahasa Indonesia sampai setelah resmi menjadi bahasa Indonesia telah tercatat beberapa kali bahasa Indonesia mengalami perubahan ejaan. Hal tersebut membawa imbas pada prosee pembakuan kata yang disusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendeksripsikan perubahan pembakuan kata dalam KBBI edisi IV. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menyajikan data senatural mungkin. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiolinguistik yang melihat bahasa dari konteks kemasyarakatan. Dengan demikian, analisis yang dilakukan selain memanfaatkan kajian morfologi juga melibatkan teori perencanaan bahasa. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang terdapat dalam KBBI edisi IV. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa perubahan dalam pembakuan kata di KBBI edisi IV. Hal tersebut dilakukan oleh lembaga terkait yang didasarkan atas perencanaan bahasa secara terorganisasi oleh lembaga.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 101-111
Author(s):  
Santy Yulianti

This paper explores the contribution of media in changing the image of an indigenous community by  controlling some information of the tribal values possessed by the Baduy tribe in the media. The media that represent Baduy Tribe to public is called  "Desa Kanekes" which invite readers to see the transformation from isolate tribe to tolerate tribe y. Framing in commodification spaces are identified in this media so that by using discourse framing by Foucault, Barthes's semiology, and commodification by Christ Ryan, this paper will describe and interpret the hidden sign  in the website. Baduy’sidentity has unknowingly changed direction from farmers to craftsmen.  The website contains  articles that certainly support the government program to increase the production of weaving that can support the economic life of the Baduy community. The view point of Baduy life principle which is living a simple and spiritual life is changing through this website. Baduy tribe is directed to become modern indigenous people. This process can be seen on this website that is classified into two spatial codes, i.e. public space and private space. Public spaces are represented in Baduy festival columns and Meretas Mimpi. The private spaces are represented in writing about ritual cultivation and weaving. Ambiguity occurs in most articles because the unexplained division of custom territory that is the basis of the Baduy interaction boundaries . The identity of the actual Baduy (Inner Baduy) does not receive any portion in this website. This could impact to their existence in the future. There is an indication that the Baduy Luar is Baduy thoroughly. This is certainly contrary to reality.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 60-81
Author(s):  
Ferdian Achsani ◽  
Elen Inderasari
Keyword(s):  

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter tokoh Kartini dalam novel Kartini dan relevansinya dengan belajar bahasa Indonesia. Penelitian ini termasuk jenis deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik perpustakaan, yang dilakukan dengan membaca dan menandai kutipan dalam novel yang merupakan temuan data. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif yang meliputi proses pengumpulan data, reduksi data, dan tampilan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 karakter yang ditampilkan oleh Kartini memiliki relevansi dengan 18 pilar pendidikan karakter yang disampaikan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Nilai pendidikan karakter tersebut dapat digunakan sebagai integrasi pendidikan karakter pada  pembelajaran, yang terlihat melalui KI-KD mata pelajaran bahasa Indonesia di Madrasah.Kata kunci: 


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 1-17
Author(s):  
Nurweni Sapta Wuryandari

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui bagaimana gagasan nasionalisme diungkapkan dalam karya sastra, khususnya novel Maut dan Cinta karya Mochtar Lubis. Upaya yang dilakukan untuk mengetahui gagasan nasionalisme melalui struktur naratif, antara lain, (a) cerita yang bertokoh dan berlatar masa revolusi Indonesia, (b) sikap, perilaku, dan gagasan tokoh, dan (c) deskripsi narator tokoh-tokoh yang ditampilkan. Melalui ketiga hal tersebut, terutama sikap dan perilaku yang ditampilkan akan mengasah empati, sekaligus mengasah budi pekerti sehingga akan tumbuh rasa nasionalisme dan karakter bangsa. Penelitian ini menggunakan perspektif nasionalisme menurut Ben Anderson dengan menggunakan pendekatan strukturalisme. Pengambilan data dilakukan melalui kepustakaan, yaitu dengan teknik simak dan catat isi novel yang menggambarkan masalah tersebut. Analisis data diawali dengan interpretasi nasionalisme dalam teks novel tersebut. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa Maut dan Cinta mengungkapkan nasionalisme, yang secara tidak langsung dapat menumbuhkan karakter bangsa.Kunci: nasionalisme, budi pekerti, dan karakter bangsa


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 18-34
Author(s):  
Tania Intan

Penelitian ini bertujuan untuk membongkar dan membincangkan isu kekerasan simbolik dan perlawanan perempuan dalam novel My Lecturer My Husbandkarya Gitlicious. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan kritik sastra feminis. Data berupa kata, frasa, dan kalimat dikumpulkan dengan teknik simak catat setelah dilakukan pembacaan tertutup. Data selanjutnya diklasifikasi, diinterpretasi, dan dikaji dengan teori-teori yang relevan serta hasil dari penelitian terdahulu. Landasan teoretis utama yang diapropriasi adalah dari Bourdieu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan simbolik dalam novel My Lecturer My Husbandberlaku pada tiga tataran yaitu akademis, pernikahan, dan keluarga. Kekerasan simbolik terjadi karena adanya ideologi patriarkis yang memberikan pengaruh dalam menentukan peran dan posisi perempuan sebagai pihak yang tersubordinasi. Perlawanan yang dilakukan tokoh perempuan dalam menghadapi kekerasan simbolik terutama berbentuk verbal (hujatan, nama panggilan, pembalikan kata) tanpa didukung dengan tindakan yang memadai, sehingga tidak terlalu berdampak. Selain itu, perlawanan juga tidak efektif karena ada pertimbangan kepatuhan perempuan pada nilai tradisional dan rasa cinta pada pasangan.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 47-59
Author(s):  
Fathiyyah Sekar Widiasri ◽  
Agus Nero Sofyan

Judul penelitian ini adalah “Nominalisasi Bahasa Prancis dalam Teks Pidato Prsiden Emmanuel Macron Mengenai Virus Covid-19: Kajian Morfosemantis”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfologis nominalisasi verba dan adjektiva dalam bahasa Prancis dan mendeskripsikan perubahan makna yang dialami kata hasil nominalisasi verba dan adjektiva bahasa Prancis. Objek pada penelitian ini adalah nomina yang terbentuk dari verba dan adjektiva dalam bahasa Prancis. Data diperoleh dari teks pidato presiden Prancis Emmanuel Macron pada tanggal 16 Maret 2020 mengenai virus Covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan 42 data  nominalisasi verba dan adjektiva. Pada nominalisasi verba, ditemukan 34 data yang terdiri dari 18 sufiks –ion, 9 sufiks –ement, 2 sufiks –ant, 2 sufiks –ure, 2 sufiks –eur, dan 1 sufiks –age. Sufiks-sufiks tersebut membentuk makna action ‘tidakan’, résultat de l’action ‘hasil dari tindakan’, agent ‘pelaku’, dan objet ‘objek’. Sedangkan pada nominalisasi adjektiva, ditemukan 8 data yang terdiri dari 6 sufiks –té, 1 sufiks –ence, dan 2 sufiks –iste. Sufiks-sufiks tersebut membentuk makna action ‘tindakan’, agent ‘pelaku’, dan état ‘keadaan’.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 82-100
Author(s):  
Yeni Mulyani Supriatin

: Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang revitalisasi dan pertahanan Topeng Betawi Margasari Kacrit Putra di tengah modernisasi dan arus globalitas. Masalah yang dibahas adalah bagaimana perevitalisasian dan pemertahanan Topeng Betawi Kacrit Putra. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan memperhatikan prinsip  revitalisasi dan pemertahanan tradisi lisan. Metode pengumpulan data menerapkan tatacara pengumpulan data lapangan seperti pendokumentasian data dengan menggunakan alat bantu dokumentasi antara lain video, foto, dan alat perekam untuk menyimpan data dialog pertunjukan dan data wawancara dengan narasumber. Hasil penelitian menggambarkan bahwa Topeng Betawi Margasari Kacrit Putra.berupaya merevitalisasi dan mempertahankan seni topengnya melalui beberapa cara, antara lain menghadirkan pakem topeng Betawi dan unsur seni lain  serta mengkreasi kostum para pemain, dan musik pengiring. Simpulan penelitian ini adalah Topeng Betawi Margasari Kacrit Putra sebagai seni tradisi perlu menyesuaikan struktur pertunjukan dan materi topengnya dengan situasi zaman.


Author(s):  
Yuniardi Fadilah

In the short story titled "Kalabaka" which revolves around the colonial period, the problem of the colonizers and the colonized always involves the problem of the East-West dichotomy. This short story also concerns about power relations, identity, and space. Related to the power relations between the colonizers and the colonized, then, the role of the dominant and subalterns emerged. In this case, the dominant one is certainly the colonialist, and subalterns are the colonized indigenous people. These issues make this research choose to use Gayatri Spivak's view of subalternity and representation. Therefore, the research seeks to explain the subaltern position constructed by the structure of the short story and the role of representation as a form of the perpetuation of colonialism. In the short story "Kalabaka", subalternity is created because of the dominant position of the colonialist leader over the indigenous people. This Western perspective then always looks down on the East. This then led to the emergence of representations that tried to fill the position of Kalabaka figures and the Banda community by Dutch figures in the story.


Author(s):  
Sakila Sakila
Keyword(s):  

Abstrak: Penulisan ini dilatarbelakangi adanya permasalahan dalam pembelajaran mengidentifikasikan dan menyimpulkan isi teks prosedur di kelas VII. Permasalahan itu adalah kesulitan siswa dalam mengidentifikasikan dan menyimpulkan isi teks prosedur. Salah satu penyebabnya adalah guru belum menggunakan model yang tepat dalam pembelajaran. Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan model discovery learning dalam pembelajaran mengidentifikasikan dan menyimpulkan isi teks prosedur pada siswa kelas VII pada semester ganjil jenjang SMP. Masalah penulisan adalah bagaimana langkah-langkah penggunaan model discovery learning dalam pembelajaran mengidentifikasikan dan menyimpulkan isi teks prosedur. Untuk memecahkan masalah dan tujuan penulisan digunakan metode deskriptif dengan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Hasil penulisan memberikan gambaran tentang langkah-langkah penggunaan model discovery learning dalam pembelajaran mengidentifikasikan dan menyimpulkan isi teks prosedur. Dari hasil penulisan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model discovery learning melalui langkah-langkah yang tepat dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengidentifikasikan dan menyimpulkan isi teks prosedur di kelas VII. Kata-Kata kunci: mengidentifikasi, teks prosedur, model pembelajaran, discovery learning


Author(s):  
Hestiyana Hestiyana

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan konsep penamaan makanan tradisional dalam leksikon ritual aruh baharin suku Dayak Halong dan makna semiotisnya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnolinguistik. Data dalam penelitian ini berupa leksikon nama-nama makanan tradisional dalam ritual aruh baharin suku Dayak Halong dan makna semiotis makanan tradisional tersebut yang diperoleh dari tatuha adat suku Dayak Halong di Kabupaten Balangan. Penyediaan data diperoleh melalui metode simak, metode catat, studi dokumen, dan pustaka. Analisis data mencakup pendeskripsian konsep penamaan makanan tradisional dalam leksikon ritual aruh baharin dan makna semiotisnya serta membuat simpulan. Penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan 27 leksikon nama makanan tradisional. Pemberian konsep penamaan makanan tradisional berdasarkan pada bahan-bahan utama yang digunakan, yakni gula merah, santan kelapa, beras ketan, dan telur sekaligus menjadi cerminan kultural suku Dayak Halong. Makna semiotis makanan tradisional dalam ritual aruh baharin mengacu kepada bahan-bahan dasar yang digunakan dan diperoleh dari hasil alam. Gula merah dimaknai sebagai makanan untuk darah manusia atau dianggap sebagai pengganti darah manusia. Air santan dipercayai sebagai lambang kesucian yang mengalir dalam darah manusia. Beras ketan merupakan simbol kedekatan hubungan sesama manusia. Kemudian, daun pisang dan daun kelapa muda dimaknai sebagai lambang kehidupan suku Dayak Halong yang akan menuntun kehidupan manusia sebelum menuju kematian atau menghadap Sang Bahatara. Abstract: This study aims to describe the concept of naming traditional foods in the ritual lexicon of aruh baharin Dayak Halong tribe and its semiotic meaning. The method used is a descriptive qualitative method with ethnolinguistic approach. The data in this study are a lexicon of  traditional food names in the aruh baharin ritual of the Dayak Halong tribe and the semiotic meaning of the traditional food obtained from the custom of the Dayak Halong tribe in Balangan Regency. Provision of data is obtained through listening, note taking, document study and literature. Data analysis includes describing the concept of naming traditional food in the aruh baharin ritual lexicon and its semiotic meaning and making conclusions. Presentation of the results of data analysis using informal methods. Based on the results of data analysis found 27 lexicon names of traditional foods. The concept of naming traditional food is based on the main ingredients used, namely brown sugar, coconut milk, glutinous rice, and eggs as well as a reflection of the Dayak Halong culture. The meaning of semiotic traditional food in the aruh baharin ritual refers to the basic ingredients used and obtained from natural products. Brown sugar is interpreted as food for human blood or considered as a substitute for human blood. Coconut water is believed to be a symbol of purity that flows in human blood. Sticky rice is a symbol of the closeness of human relations. Then, banana leaves and young coconut leaves are interpreted as a symbol of the life of the Dayak Halong tribe that will guide human life before dying or facing the Bahatara. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document