Majalah Farmasetika
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

120
(FIVE YEARS 116)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Padjadjaran

2686-2506

2021 ◽  
Vol 6 ◽  
pp. 1
Author(s):  
Lailatul Nuraini ◽  
Bambang Tri Purwanto ◽  
Achmad Syahrani ◽  
Riesta Primaharinastiti ◽  
Achmad Toto Poernomo

Agen trombolitik merupakan plasminogen activator yang dapat memecah fibrin menjadi fibrin degradation product (FDP) dan dapat digunakan pada terapi penyakit kardiovaskular. Agen trombolitik dapat diperoleh dari mikroorganisme seperti Acetobacter tropicalis InaCC B374 dan dari tanaman seperti Centella asiatica. Kedua sumber agen trombolitik tersebut dapat dilakukan kombinasi melalui proses fermentasi untuk meningkatkan efek terapetiknya. Proses fermentasi sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk media fermentasi dan waktu fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses fermentasi terhadap peningkatan aktivitas trombolitik dari hasil fermentasi Centella asiatica oleh Acetobacter tropicalis InaCC B374 pada berbagai variasi waktu fermentasi. Preparasi dilakukan dengan memfermentasi Centella asiatica selama 24, 48, dan 72 jam pada suhu 30°±1°C dengan kecepatan pengocokan 100 rpm kemudian ditentukan aktivitas trombolitiknya dengan metode clot lysis yang dilakukan inkubasi pada suhu 37°±1°C selama 60 menit. Hasil pengujian aktivitas trombolitik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas trombolitik setelah dilakukan proses fermentasi selama 24, 48 dan 72 jam dan aktivitas trombolitik maksimum tercapai pada hasil fermentasi 72 jam. Centella asiatica yang difermentasi selama 72 jam menunjukkan nilai indeks trombolitik yang paling besar (82,03) jika dibandingkan dengan infusa Centella asiatica tanpa fermentasi (37,39) dan Acetobacter tropicalis InaCC B374 (37,68). Disimpulkan bahwa proses fermentasi Centella asiatica oleh Acetobacter tropicalis InaCC B374 secara signifikan dapat meningkatkan aktivitas trombolitik keduanya


2021 ◽  
Vol 6 ◽  
pp. 96
Author(s):  
Salsabila Salsabila ◽  
Liza Pristianty ◽  
Abdul Rahem ◽  
Yuni Priyandani

Banyaknya industri di Kota Cilegon yang tetap beroperasi saat pandemi corona virus disease 2019 (COVID-19) membuat pekerja industri harus tetap pergi bekerja sehingga berpotensi tertular. Usaha pencegahan infeksi COVID-19 dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan dan peningkatan sistem imun. Peningkatan penjualan vitamin B, C, D, dan E hingga tiga kali lipat selama pandemi menandakan bahwa masyarakat berusaha berperilaku untuk meningkatkan sistem imun. Pengetahuan merupakan tahap awal seseorang dalam menerima stimulus baru yang akan menentukan sikap dan tindakan dalam berperilaku. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil pengetahuan tentang vitamin sebagai peningkat sistem imun untuk pencegahan COVID-19 pada pekerja industri di Kota Cilegon. Desain penelitian merupakan observasional secara cross sectional dengan teknik accidental sampling dan snowball sampling. Penelitian ini mendapatkan keterangan layak etik dari Komisi Etik Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Penelitian dilakukan pada 100 responden pekerja industri pada bulan Mei sampai Juni 2021 di Kota Cilegon. Responden diberikan instrumen kuesioner secara daring (online) dengan Google Form. Instrumen kuesioner terdiri tiga indikator yaitu pengetahuan tentang COVID-19, pengetahuan tentang sistem imun, dan pengetahuan tentang vitamin sebagai peningkat sistem imun untuk pencegahan COVID-19. Analisis data dilakukan dengan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 25. Analisis data menunjukkan 1% responden memiliki pengetahuan rendah, 32% responden berpengetahuan sedang, dan 67% responden berpengetahuan tinggi. Pengetahuan pekerja industri di Kota Cilegon tentang vitamin sebagai peningkat sistem imun untuk pencegahan COVID-19 menunjukkan hasil pengetahuan tinggi.


2021 ◽  
Vol 6 ◽  
pp. 80
Author(s):  
Saparuddin Latu ◽  
Aisyah Nur Sapriati ◽  
Tamzil Azizi Musdar ◽  
Hilmiati Wahid

Pemanfaatan kosmetik  tradisional sebagai upaya pemeliharaan kecantikan  berupa kosmetik tradisional  oleh masyarakat terus meningkat. Tidak hanya racikan sendiri, produk kosmetik  tradisional saat inipun telah banyak beredar. Biji pepaya merupakan limbah dari pepaya yang tidak digunakan oleh masyarakat sehingga perlu diteliti kemanfaatannya dengan penghambatan terhadap enzim tyrosinase. Biji papaya (Carica papaya seed) mengandung senyawa flavonoid yaitu kaempferol dan quercetin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil penghambatan enzim tyrosinase dar biji papaya yang akan membuat kulit menjadi lebih putih. Pengujian ini menggunakan tiga jenis ekstrak biji pepaya dengan variasi cairan penyari (methanol, n-Heksane, air) dan dilakukan pengujian terhadap penghambatan enzim tyrosinase. Dipoeroleh penghambatan IC50 177 ppm. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa ekstrak biji papaya (Carica papaya) dengan perbedaan cairan penyari memiliki efektivitas sebagai krim pemutih. 


2021 ◽  
Vol 6 ◽  
pp. 145
Author(s):  
Lina Aliyani Mardiana ◽  
Dedy Frianto ◽  
Maya Arfania

Penelitian memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan apotek di kabupaten Purwakarta Jawa Barat selama pandemi covid-19, sehingga diketahui seberapa besar persentase lima dimensi kualitas pelayanan juga presentase tingkat interpretasi konsumen terhadapat kualitas pelayanan apotek di kabupaten Purwakarta tersebut. Data diperoleh dengan cara penyebaran kuisioner menggunakan google formulir lewat grup whatsapp, responden sejumlah 60 orang, dengan tehnik pengambilan sampel yakni nonprobability sampling, menggunakan metode accidental sampling.Berdasarkan hasil penelitian, pengukuran lima dimensi kualitas pelayanan apotek di kabupaten Purwakarta, diperoleh persentase rata-rata dari dimensi bukti langsung (tangibles) 45,43%, keandalan (reability) 52,80%, ketanggapan (responsiveness) 55,83%, jaminan (assurance) 50,00%, dan perhatian (empathy) 52,53%, serta persentase tingkat interpretasi kualitas pelayanan apotek di kabupaten Purwakarta selama pandemi covid-19 ada di kisaran angka interpretasi 41% - 60%, yaitu sedang, dengan nilai rata-rata kelima dimensi 51,32%. Kualitas pelayanan apotek yang meliputi 5 dimensi kualitas pelayanan, dengan nilai tertinggi pada dimensi ketanggapan (responsiveness) 55,83%, dan nilai terendah pada dimensi bukti langsung (tangibles) 45,43%.


2021 ◽  
Vol 6 ◽  
pp. 116
Author(s):  
Maya Arfania ◽  
Nono Suryana ◽  
Himyatul Hidayah

Apotek rawat jalan merupakan salah satu instalasi bagian penting di Rumah sakit. Strategi untuk memenangkan persaingan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan, salah satu indikator yang paling banyak dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan adalah tingkat kepuasan pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien di Apotek Rumah Sakit Swasta Karawang. Metode pada penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Alat yang digunakan adalah kuesioner SERVQUAL yang mencakup 5 dimensi service quality (Reliability, Assurance, Tangible, Empathy, dan Responsiveness) dengan skala Linkert. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji chi square dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan pada dimensi Reliability sebagian besar pasien merasa puas (49,2%), pada dimensi Assurance sebagian besar pasien merasa tidak puas (40,1%), pada dimensi Tangible sebagian besar pasien merasa puas (53,8%), pada dimensi Empathy sebagian besar pasien merasa puas (43,1%), dan pada dimensi Responsiveness sebagian besar pasien merasa puas (41,6%). Analisis hubungan tingkat kepuasan pasien terhadap 5 dimensi service quality didapatkan p value 0,01 (Reliability); 0,095 (Assurance); 0,02 (Tangible); 0,08 (Empathy); dan 0,026 (Responsiveness). Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa dimensi Reliability, Tangible, dan Responsiveness merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien di apotek Rumah Sakit Swasta Karawang


2021 ◽  
Vol 6 ◽  
pp. 49
Author(s):  
Esti Ambar Widyaningrum ◽  
Wika Wika Admaja ◽  
Lelly Winduhani Astuti ◽  
Badiaturisa Masyriqoh

Pada akhir tahun 2019 ditemukan adanya temuan virus baru SARS-CoV-2 dan penyakitnya disebut Corona Virus 2019 (COVID-19). Virus ini dapat menyebabkan berbagai gangguan terutama gangguan pada saluran pernapasan mulai dari flu biasa sampai sindrom pernapasan akut. Upaya pemerintah dan masyarakat guna mencegah penyebaran virus tersebut yaitu dengan protokol 5M serta dengan menguatkan imun yang salah satunya melalui konsumsi suplemen kesehatan, baik diperoleh melalui resep dokter maupun secara bebas di apotek. Diperlukan pengetahuan yang memadai agar pemilihan dan penggunaan suplemen aman dan rasional. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku serta pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap pengetahuan serta perilaku penggunaan suplemen yang rasional pada mahasiswa S1 Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri selama pandemi COVID-19. Penelitian observational analitik secara cross sectional dengan responden mahasiswa S1 Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner online yang disebarkan melalui grup whatsapp pada tiap angkatan. Data diperoleh dari 372 responden dan dianalisis dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan mayoritas cukup baik 58,9% dengan perilaku positif 56,2%. Dari analisis dengan Chi-Square diketahui ada pengaruh usia terhadap pengetahuan dengan p value 0.000≤0.05 tetapi tidak ada pengaruh usia terhadap perilaku (0.0617>0.05). Berdasarkan jenis kelamin diketahui ada pengaruh jenis kelamin terhadap pengetahuan serta perilaku (p value ≤ 0.05). Ada pengaruh usia, jenis kelamin terhadap pengetahuan dan perilaku, sedangkan usia tidak berpengaruh terhadap perilaku penggunaan supplemen kesehatan peningkat imunitas tubuh selama pandemic COVID-19 


2021 ◽  
Vol 6 ◽  
pp. 24
Author(s):  
Yunahara Farida ◽  
Rahmatul Qodriah ◽  
Atika Puti Widyana ◽  
Zauhara Ifani

Daun kemuning (Murraya paniculata L.Jack) secara empiris banyak digunakan  sebagai antibakteri, anti inflamasi, penurun kadar kolesterol darah dan juga sebagai antioksidan. Tujuan penelitian adalah menguji aktivitas antioksidan, antikolesterol secara in vitro dan menguji toksisitas secara BSLT menggunakan ekstrak etanol daun kemuning. Daun kemuning diekstraksi menggunakan etanol 96% secara maserasi kinetik, selanjutnya ekstrak yang diperoleh dilakukan skrining fitokimia, diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH, uji antikolesterol menggunakan metode Liebermann-Burchard dan uji toksisitas menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test. Hasil  skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun kemuning mengandung flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid, minyak atsiri dan kumarin. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun kemuning diperoleh nilai IC50 sebesar 18,56 µg/mL, hasil uji aktivitas antikolesterol dengan nilai IC50 sebesar 593,95 µg/mL dan uji toksisitas dengan nilai LC50 sebesar 149,52 µg/mL. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kemuning mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat dan dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal.


2021 ◽  
Vol 6 ◽  
pp. 162
Author(s):  
Sudrajat Sugiharta ◽  
Widia Ningsih
Keyword(s):  

Mutu sediaan obat penting dipertahankan selama proses pembuatan, penyimpanan hingga digunakan. Stabilitas sediaan krim merupakan salah satu kriteria yang penting dari mutu sediaan tersebut karena akan berdampak pada efektifitas, keamanan dan mutu produk pada saat digunakan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas sifat fisika sediaan krim ketoconazole dengan metode stabilitas penyimpanan jangka panjang (real time). Penelitian menggunakan praeksperimental dengan rancangan one shot case study dengan pengujian stabilitas jangka panjang sediaan krim ketoconazole selama 42 bulan dengan kondisi penyimpanan 30⁰C ± 2⁰C RH 75% ± 5%. Organoleptik, pH, viskositas, kadar zat aktif ketoconazole diperiksa dengan interval waktu penyimpanan selama 24, 30, 36, dan 42 bulan. Penelitian menunjukkan bahwa efek penyimpanan selama 42 bulan pada pengujian organoleptik tidak menyebabkan perubahan bau, warna, dan tekstur, dimana tidak terbentuk lapisan krim serta masih mempertahankan kehomogenan. Pada pengujian pH, dan viskositas dari krim ketoconazole tidak berubah secara signifikan (p ≥ 0.05) setelah 42 bulan penyimpanan pada kondisi penyimpanan 30⁰C ± 2⁰C RH 75% ± 5%. Pada penetapan kadar zat aktif ketoconazole dalam krim selama penyimpanan tidak menunjukan degradasi yang signifikan (terjadi penurunan kadar kurang dari 5% pada penetapan kadar). Data yang diperoleh dari uji stabilitas jangka panjang menunjukan bahwa sediaan krim ketoconazole tetap stabil selama 42 bulan penyimpanan.


2021 ◽  
Vol 6 ◽  
pp. 108
Author(s):  
Yedy Purwandi Sukmawan ◽  
Ira Rahmiyani ◽  
Nidi Halipah

Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes yang sulit untuk disembuhkan dan dapat berakhir pada amputasi organ yang terkait pada luka tersebut. Prevalensi kejadian ulkus diabetik menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap tahun. Akan tetapi, sampai saat ini sediaan topikal untuk penyembuhan luka diabetes masih sangat terbatas. Pada dua penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak C. ternatea dan gel kombinasi A. conyzoides, C. asiatica, dan Astaxanthin memberikan efektifitas penyembuhan luka diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kombinasi gel ekstrak etanol A. conyzoides, C. asiatica, C. ternatea dan Astaxanthin dalam penyembuhan luka diabetes pada model hewan. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 kelompok yaitu kelompok negatif (Basis Gel), kelompok positif (Oxoferin) dan kelompok uji (A. conyzoides 10%, C. asiatica 5%, C. ternatea 5% dan Astaxanthin 0,1%). Masing-masing kelompok terdiri dari 4 tikus. Tikus diinduksi menggunakan aloksan 200 mg/Kg BB secara intraperitonial, dan dinyatakan diabetes bila kadar gula darah >200 mg/dL. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan luka sayat pada daerah punggung dengan panjang 1,5 cm dan dilakukan pemantauan penyembuhan luka selama 14 hari dilihat dari penutupan lukanya. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan antara kelompok negatif, positif dan kelompok uji (p<0.05). Hasil persentase penyembuhan luka yaitu 41,65 %, 51,77%, 70,79% untuk kelompok negatif, positif dan uji. Gel kombinasi A. conyzoides 10%, C. asiatica 5%, C. ternatea 5% dan Astaxanthin 0,1% efektif dalam meningkatkan kecepatan penyembuhan luka diabetes.


2021 ◽  
Vol 6 ◽  
pp. 133
Author(s):  
Arif Rahmandani ◽  
Prih Sarnianto ◽  
Yusi Anggriani ◽  
Fredrick Dermawan Purba

Analisis Efektivitas biaya (CEA) merupakan metode farmakoekonomi yang digambarkan dalam rasio biaya-efektivitas agar dapat membantu pengambilan keputusan dalam memilih obat yang efektif secara manfaat dan biaya. Tujuan penelitian ini untuk menentukkan terapi yang lebih cost-effective antara penggunaan Oseltamivir dan Favipiravir pada pasien Covid-19 derajat sedang. Penelitian ini menggunakan metode penlitian cross sectional dengan pengumpulan data secara prospektif dan observational non eksperimental yang merupakan analisa deskriptif kuantitatif menurut perspektif pasien untuk memperoleh efektifitas biaya. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 108 pasien yaitu 50 pasien yang menggunakan antivirus Oseltamivir dan 58 pasien menggunakan antivirus Favipiravir. Hasil penelitian diperoleh dari parameter efektivitas perbaikan nilai C-Reaktif Protein (CRP) pasien yang menggunakan Oseltamivir rata-rata mengalami perbaikan nilai CRP 18.52 mg/L tidak ada perbedaan yang signifikan dengan pasien yang menggunakan antivirus Favipiravir rata-rata mengalami perbaikan nilai CRP 19.36 mg/L. sedangkan dari parameter Length of Stay (LOS) pasien yang menggunakan Oseltamivir rata-rata dirawat inap selama 7.42 hari lebih cepat dibandingkan pasien yang menggunakan antivirus Favipiravir 9.21 hari, untuk rerata biaya total perawatan pasien yang menggunakan antivirus Oseltamivir sebesar Rp32.794.002,- lebih kecil dibandingkan rerata biaya total perawatan pasien yang menggunakan antivirus Favipiravir Rp42.504.281,- sehingga didapat nilai CER Oseltamivr Rp4.419.677,- lebih kecil dibandingkan nilai CER Favipiravir Rp4.615.014,- oleh karena itu penggunaan obat yang lebih cost-effective yaitu antivirus Oseltamivir dibandingkan Favipiravir.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document