Majalah Kedokteran Sriwijaya
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

21
(FIVE YEARS 21)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

0852-3835

2019 ◽  
Vol 51 (1) ◽  
pp. 30-38
Author(s):  
Dini Cahyani ◽  
Emma Novita ◽  
Phey Liana

Hipertensi merupakan penyakit nomor 1 yang paling banyak dialami oleh para lansia dengan prevalensi 35,6% pada usia 45-54 tahun, 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6%pada usia 65-74 tahundan 63,8%pada usia 75 tahun ke atas . Hipertensi merupakan penyakit kedua tertinggi di Kota Palembang. Beberapa penelitian menunjukkan terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi seperti karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, riwayat medis keluarga dan pendidikan), status gizi dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien, status gizi dan aktivitas fisik dengan hipertensi pada lansia.Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling insidental dengan jumlah sampel sebanyak 106 responden yang merupakan pasien lansia?46 tahun  yang berobat di Puskesmas Sako Palembang. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square dan Regresi Logistik Biner. Hasil analisis menggunakan uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia (p=0,006 dan 0,000 POR=7,25 dan 31,88), jenis kelamin (p=0,027 POR=2,87), riwayat keluarga (p=0,000 POR=11,3), pendidikan (p=0,000 dan 0,001 POR=24,37 dan 9,37), status gizi (p=0,000 POR= 11,43), aktivitas fisik(p=0,019 dan 0,002 POR=4,01 dan 6,07) dan hipertensi. Setelah diuji dengan regresi logistik biner didapatkan hasil bahwa riwayat medis keluarga, pendidikan dan status gizi merupakan faktor yang paling mempengaruhi terjadinya hipertensi. Terdapat hubungan yang signifikanantara usia, jenis kelamin, riwayat medis keluarga, pendidikan, status gizi, aktivitas fisikdengan hipertensi.  Faktor yang paling mempengaruhi hipertensi pada lansia adalah riwayat keluarga, pendidikan dan status gizi.


2019 ◽  
Vol 51 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Theresa Rahmadhani ◽  
Nyimas Fatimah ◽  
Eka Febri Zulissetiana

Hernia nukleus pulposus (HNP) lumbal merupakan penyakit yang paling sering menjadi penyebab nyeri punggung bawah dan disabilitas fungsional. Beberapa studi menyebutkan bahwa hidroterapi merupakan terapi efektif untuk pasien dengan nyeri punggung bawah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh hidroterapi terhadap penurunan intensitas nyeri dan perbaikan kemampuan fungsional pasien HNP lumbal. Jenis penelitian ini adalah praeksperimental dengan desain one group pretest-posttest. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara langsung mengenai intensitas nyeri yang diukur menggunakan visual analogue scale (VAS) dan kemampuan fungsional yang diukur menggunakan Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire sebelum dan sesudah hidroterapi selama 4 minggu dengan durasi satu kali seminggu. Uji normalitas data dilakukan dengan metode Shapiro-Wilk dan selanjutnya dianalisa dengan Paired t-Test atau Wilcoxon. Dari 30 subjek penelitian, didapatkan bahwa hidroterapi berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri (p<0,001) dan perbaikan kemampuan fungsional (p<0,001) pasien HNP lumbal yang tidak menjalani tindakan operatif di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Terdapat pengaruh hidroterapi terhadap intensitas nyeri dan kemampuan fungsional pasien HNP lumbal yang tidak menjalani tindakan operatif.


2019 ◽  
Vol 51 (2) ◽  
pp. 107-111
Author(s):  
Vincensius Hans Kristian Pratama ◽  
Alwi Shahab ◽  
Nita Parisa

Kualitas hidup merupakan persepsi seseorang tentang dirinya sendiri dalam kaitannya dengan sistem tata nilai di tempat dirinya tinggal yang dapat dipengaruhi banyak faktor, seperti tingkat kemandirian. Tingkat kemandirian berbanding lurus dengan kualitas hidup. Tingkat kemandirian yang baik dapat mengoptimalkan kualitas hidup, serta mencegah komplikasi akut dan kronis dari penyakit diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat kemandirian dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini adalah studi analitik observational dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam dan Instalasi Rawat Inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang bulan November-Desember 2018. Sampel penelitian ini berjumlah 50 kasus. Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.Dari 50 kasus pasien DM tipe 2 didapatkan penderita laki-laki berjumlah 27 orang (54%) dan perempuan 23 orang (46%), kelompok usia di bawah 40 tahun sebanyak 3 orang (6%), kelompok usia 40-50 tahun sebanyak 12 (24%), kelompok usia 50-60 tahun sebanyak 13 orang (26%)kelompok usia diatas 60 tahun sebanyak 22 orang (44%). Hasil uji Chi-square terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kemandirian dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 yang dinyatakan dalam p value=0.011. Hasil odd ratio pada pasien diabetes melitus tipe 2 menyatakan bahwa kemungkinan terjadi peningkatan kualitas hidup 5,271 kali lebih besar pada pasien yang bertingkat kemandirian baik. Tingkat kemandirian juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup (CI 95% = 1,380-20,138).Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kemandirian dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2.


2019 ◽  
Vol 51 (1) ◽  
pp. 39-46
Author(s):  
Ghina Kartika ◽  
Suprapti Suprapti ◽  
Irfannuddin Irfannuddin

Intradialytic hypertension have 5 – 15 % incidence among chronic hemodialysis patients caused by chronic kidney failure. But, mostly medical practician focused only at intradialytic hypotension than intradialytic hypotension as the most frequent cardiovascular complications. Intradialytic hypertension itself is one of the cause of mortility and morbidity hemodialytic patients, that’s why patients should be aware of  intradialytic hypertension. This study aims to know the frequencies of patients with intradialytic hypertension at RSMH Palembang period November 2018, and the characteristics of the patients based on patients sosiodemography, etiology of their chronic kidney disease, their hemodialysis period, and their activity during hemodialysis.Method : This study is descriptive analysis with total sampling, with primary data from patients blood pressure measurement, and interview with patients in hemodialysis installation at RSMH Palembang. In this study,305 samples were found, with 198 patients fulfilled inclusion criteria. Result : The result of this study shows that from 198 subjects, there are 116 (58,6%) of them who suffer intradialytic hypertension. Intradialityc hypertension patients mostly in the group age 46 – 65 years old (51%), male patients (61.2%) are more likely develop intradialytic hypertension than female patients (38.8%), patients with high educational backgroud also more likely to develop this complications. Their chronic kidney diseases cause are mostly hypertension (67,2%), and the higher activities patients during hemodialysis also more likely to develop intradialytic hypertension.Conclusion : Patients in hemodialysis installation at RSMH Palembang with intradialytic hypertension are more than the patients without the intradialytic hypertension (normotension and intradialytic hypotension patients are included), patients in old age group, male patients, and the higher patients activities during hemodialysis process the more highly patients develop intradialytic hypertension as complication.


2019 ◽  
Vol 51 (1) ◽  
pp. 18-22
Author(s):  
Alderiantama Akhmad ◽  
Radiyati Umi Partan ◽  
Fatmawati Fatmawati

Latar Belakang: Osteoartritis (OA) adalah penyakit kronik yang ditandai dengan berkurangnya kartilago di sendi yang mengakibatkan tulang-tulang bergesekan. Gejala yang paling sering dirasakan pasien OA adalah nyeri dan kekakuan pada sendi. OA memicu terjadinya penumpukan cairan pada sendi. Cairan sendi secara tidak langsung berperan menimbulkan nyeri pada artritis. Nyeri pada pasien OA dapat diukur menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi jumlah cairan sendi dengan derajat nyeri pada pasien OA genu.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien OA genu yang mengalami effusi sendi serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di Klinik Su’adah pada tahun 2018.Hasil: Dari 80 pasien, didapatkan 73,8% pasien OA genu adalah perempuan dan 30% berusia 56-60 tahun, dan 80% memiliki IMT >25 kg/m2. Rata-rata jumlah cairan sendi pasien OA sebanyak 18,59 mL (+ 1,49) dan rata-rata derajat nyeri adalah 6,33 (+ 0,24). Hasil analisis menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif lemah yang signifikan (r= 0,327             , p= 0,003).Kesimpulan: Terdapat korelasi positif lemah dan signifikan antara jumlah cairan sendi dengan derajat nyeri pada pasien OA genu.


2019 ◽  
Vol 51 (2) ◽  
pp. 73-79
Author(s):  
Kemas Muhammad Alwan Dwiputra ◽  
Dwi Handayani ◽  
Denny Satria Utama

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berada dibagian mukosa rongga nasofaring yang disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktornya adalah merokok. Kebiasaan merokok meningkatkan kepekaan terhadap terjadinya KNF. Merokok menyebabkan terjadinya mutasi gen p53, gen p53 memegang peranan terhadap kerusakan DNA sel dengan jalan menghambat progresi sel. Hilangnya fungsi gen p53 menyebabkan hilangnya kontrol pada siklus sel, sehingga terjadi proliferasi sel-sel sehingga besar peluangnya untuk menjadi sel kanker. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kebiasaan merokok dengan stadium karsinoma nasofaring.Penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah pasien poliklinik THT-KL dan rekam medik pasien karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang bulan Januari 2017-Desember 2018.Sampel penelitian ini berjumlah 70 kasus.Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.Dari 70 kasus pasien KNF didapatkan semua penderita adalah laki-laki (100%), kelompok usia ?50 tahun (52,9%), pekerjaan non PNS (90%), alamat diluar Palembang (82,9%), keluhan utama benjolan pada leher (42,9%) dan stadium 4 (81,4%). Hasil uji Fisher’s Exact Test tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis rokokdengan stadium KNFdinyatakan oleh p value=0,067, terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah konsumsi rokokdengan stadium KNFdinyatakan oleh p value=0,042 dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia mulai merokokdengan stadium KNFdinyatakan oleh p value=1,000.Hasil uji korelasi pada pasien KNFmenunjukkan bahwa jumlah rokok (p= 0,043)merupakan faktor determinan terjadinya stadium KNFdanjenis rokok (p= 0,198) bukan merupakan faktor determinan terjadinya stadium KNF. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan stadium KNF.


2019 ◽  
Vol 51 (1) ◽  
pp. 47-52
Author(s):  
Ine Santia ◽  
Nyimas Fatimah ◽  
Tri Suciati

Frozen shoulder is the inflammation of shoulder joint,  marked by a painful, adhesive, atrophic and shortened joint capsule. As a result, movement range of the joint becomes limited. In frozen shoulder patients, the limitation can affect and lessen functional ability. Therefore, this study is aimed to analyze the correlation between the limited range of movement of shoulder joint and the functional ability of frozen shoulder patients in Department of Medical Rehabilitation of RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.  This study is an observational analysis using correlation test with cross-sectional design. Twenty nine frozen shoulder patients in Department of Medical Rehabilitation of RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang in November 2018 that met the inclusion criteria were taken as subjects of this study by using consecutive sampling technique. Functional ability was assessed with quickDASH questionnaire while shoulder joint range of movement with goniometry. Data analysis was conducted subsequent to the assessments. The result of correlation test between functional ability and shoulder joint range of movement is significant. The study findings include active flexion (p=0,000; r=-0,669), active extension (p=0,004; r=-0,520), active abduction (p=0,000; r=-0,663), active adduction (p=0,022; r=-0,423), passive flexion (p=0,001; r=-0,589), extension passive (p=0,002; r=-0,543), passive abduction (p=0,000; r=-0,676) and passive adduction (p=0,038; r=-0,388).There is a significant correlation between limited range of movement and functional ability in frozen shoulder patients from Department of Medical Rehabilitation of RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.


2019 ◽  
Vol 51 (2) ◽  
pp. 86-96
Author(s):  
Opel Berlin ◽  
Liniyanti D Oswari ◽  
Susilawati Susilawati

Gagal ginjal kronik ditandai dengan menurunnya fungsi ginjal secara ireversibel yang telah berlansung lebih dari tiga bulan dengan nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit/1,73m2. Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang paling sering dilakukan, namun hemodialisis memiliki komplikasi terhadap perubahan tekanan darah dan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tekanan darah dan kadar gula darah pada pasien gagal ginjal kronik sebelum dan sesudah hemodialisis di unit hemodialisis RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain longitudinal menggunakan pengukuran berulang. Subjek penelitian adalah 74 pasien gagal ginjal kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data penelitian diperoleh melalui data primer (pengukuran dan wawancara) dan dianalisis menggunakan Paired T-Test dan Wilcoxon. Rata-rata tekanan darah sebelum hemodialisis adalah 150,14 ± 30,045 mmHg (sistolik) dan 83,99 ± 16,469 mmHg (diastolik) serta sesudah hemodialisis adalah 159,66 ± 33,570 mmHg (sistolik) dan 86,35 ± 15,534 mmHg (diastolik). Rata-rata kadar gula darah sebelum hemodialisis adalah 161,61 ± 80,750 mg/dl serta sesudah hemodialisis adalah 131,51 ± 49,430 mg/dl. Hasil uji Paired T-Test menunjukkan perbandingan tekanan sistolik yang signifikan (p = 0,007), sedangkan hasil uji Wilcoxon menunjukkan perbandingan diastolik yang tidak signifikan (p = 0,193) dan perbandingan kadar gula darah yang signifikan (p = 0,000). Terdapat perbandingan tekanan darah sistolik yang signifikan, tekanan darah diastolik yang tidak signifikan, dan kadar gula darah yang signifikan sebelum dan setelah hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.


2019 ◽  
Vol 51 (2) ◽  
pp. 80-85
Author(s):  
Michael Chandra ◽  
Tri Suciati ◽  
Msy Rulan Adnindya

Tinggi badan merupakan parameter antropometri yang dapat digunakan dalam penentuan status gizi dan identifikasi jenazah. Pada individu dengan kondisi yang tidak memungkinkan dilakukan pengukuran tinggi badan secara konvensional dibutuhkan suatu metode pengukuran tinggi badan alternatif. Salah satu metode pengukuran tinggi badan alternatif yaitu surrogate height measurement. Surrogate height measurement dapatdiukurmenggunakan formula khusus berdasarkan ukuran tulang, misalnya ukuran antropometri cephalofacial. Jenis penelitian ini adalah deskriptifobservasionaldengandesainpotong-lintang. Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran lebar maksimal kepala, lingkar kepala horizontal, lebar minimal dahi, dan tinggi badan pada 110 subjek perempuan dan 57 subjek laki-laki. Data dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji korelasi Pearson antara tinggi badan dan parameter antropometri cephalofacial, dan uji regresi linier untuk mendapatkan model prediksi tinggi badan.Hasil uji korelasi Pearson antara lingkar kepala horizontal dan tinggi badan, baik dengan atau tanpa stratifikasi jenis kelamin bermakna signifikan (p<0,05). Hasil uji korelasi Pearson antara lebar maksimal kepala dan tinggi badan pada populasi total dan kelompok perempuan bermakna signifikan (p<0,05), sementara pada kelompok laki-laki korelasi tidak bermakna signifikan (p>0,05). Hasil uji korelasi Pearson antara lebar dahi minimal dan tinggi badan, baik dengan atau tanpa stratifikasi jenis kelamin tidak bermakna signifikan (p>0,05).Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara lebar minimal dahi dan tinggi badan.Terdapat korelasi yang signifikan antara lingkar kepala horizontal danlebarmaksimalkepalaterhadaptinggi badan.


2019 ◽  
Vol 51 (1) ◽  
pp. 23-29
Author(s):  
Wahyudi Tteguh Rejeki Purba ◽  
Mutiara Budi Azhar ◽  
Eddy Roflin

Dismenore, gangguan menstruasi yang paling sering terjadi pada remaja, dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu aktifitas sehari-hari. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidap siswi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dismenore dan kualitas hidup siswi SMA Xaverius 1 Palembang Tahun Ajaran 2018-2019.Penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang yang dilakukan pada bulan Juli-Desember 2018. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Xaverius 1 Palembang Tahun Ajaran 2018-2019. Dengan total sampling didapat jumlah sampel sebanyak 423 siswi. Data didapatkan menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Chi-Square. Siswi berkisar antara 14-18 tahun. Prevalensi siswi yang menderita dismenore 67,5%. Proporsi siswi nyeri ringan 28,7%, nyeri sedang 60,5%, dan nyeri berat 10,8%. Dari 423 siswi, 54,3% fungsi fisik buruk, 68,1% fungsi emosional buruk, 29,6% fungsi sosial buruk, 74,5% fungsi sekolah buruk dan 37,6% kualitas hidup siswi buruk. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara dismenore dan kualitas hidup, fungsi fisik, fungsi emosional dan fungsi sekolah (p < 0,05). Tidak terdapat hubungan antara dismenore dan fungsi sosial (p > 0,05). Terdapat hubungan antara derajat nyeri dismenore dan kualitas hidup, fungsi fisik, fungsi emosional, fungsi sosial, dan fungsi sekolah (p < 0,05). Terdadapat hubungan antara dismenore dan kualitas hidup siswi SMA Xaverius 1 Palembang Tahun Ajaran 2018-2019.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document