Prosiding Seminar Nasional Sasindo
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

28
(FIVE YEARS 28)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Pamulang

2747-2663

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Amanda Rizky Amalia ◽  
Antika Suri Tauladan ◽  
Fani Aulia Sari

Language has an important role in everyday human life in society. Jargon is a kind of language that is only used by certain communities as daily communication among its members. The jargon used by the transgender community is very interesting to understand because the jargon has its own form and meaning in its disclosure and can find out how the variety of jargon-shaped language used by transgenders in hiding their secrets so as not to be known by the public. It is evident that not all users of other languages understand the jargon. In this study, the researchers analyzed the jargon used by the waria community in the salon. This study aims to determine the jargon and describe and understand the meaning of the jargon used by the transgender community in interacting orally. The source of the research data was obtained from the subject, namely the transgender women who worked at the Retah salon in Pamulang, who used jargon in their daily communication with transgender women and sometimes with their customers. The method used in this study is a qualitative descriptive method, which describes and conveys data objectively. Describe the jargon terms of transgender language as the object of research. The data collection technique used is observation or see and note. The result of this research is the jargon used by waria in the form of transgender language vocabulary. Based on the results of the data analysis, it was found that 20 pieces of jargon used by transgender women in the salon were akika, rapose, capcus, endang gurindang, ink, sekong, belenjong, cucok, metong, hamidah, lekong, sapose, capcay, begindang, bala-bala, sindang. , lambreta, grasshopper, mesong, and mursida.Keywords: Waria, Jargon, Vocabulary


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Dihan Saidul Yamin ◽  
Ilhamsyah Ilhamsyah ◽  
Irfan Hafizh Izzatullah
Keyword(s):  

Pada penelitian kali ini bermaksud untuk menguraikan serta mengetahui motif dan arti khusus dari jargon yang sering dituturkan oleh para remaja karang taruna di Pluto Dalam 2 Pisangan Tangerang Selatan dalam memainkan game online Mobile Legend, karena pada kenyataannya game online yang menjamur saat ini sering kali memunculkan banyak kosakata atau istilah-istilah baru yang hanya dapat dipahami dan diketahui oleh suatu komunitas maupun kelompok sosial masyarakat tertentu. Penggunaan ragam bahasa jargon dalam game online Mobile Legend ini bermaksud untuk memudahkan komunikasi sekaligus juga untuk memberikan kode atau isyarat ketika memainkan game tersebut, agar lebih mudah dan efektif ketika diucapkan. Dalam penerapannya, jargon hanya dibatasi sesuai daerah saja, sesuai kelompok maupun instansi, dan juga individu yang memiliki ciri khas jargon yang mereka pahami dan sudah disepakati bersama. Pengkajian kini memakai metode observasi dan metode deskriptif kualitatif. Objek-objek  yang dikaji dalam riset kali ini adalah para remaja karang taruna Pluto Dalam 2 Pisangan Tangerang Selatan. Metode observasi yang kami lakukan yaitu bertemu dengan beberapa remaja yang memang gemar dan sedang memainkan game online Mobile Legend. Proses pemungutan data kami lakukan memakai teknik simak, teknik wawancara dan teknik libat cakap melalui tatap muka secara langsung dan kami juga merekam ucapan yang mereka tuturkan melalui alat perekam handphone. Pengumpulan data jargon kami cantumkan berupa untaian kata-kata dan frasa baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing yang selanjutnya akan kami artikan makna khusus dari data jargon yang kami dapatkan. Dari hasil data penelitian kami menemukan data jargon sebanyak 17 data di antaranya: retri indomaret, noob, di gendong, foto bareng, no flicker, nggak ada obat, mabar, tank, tower, monster hutan, tremor, kena mental, sergapan, ultimate, farming, adu mekanik, dan combo. Bersumber pada hasil data penelitian yang sudah kami lakukan dapat diberi simpulan bahwa penggunaan jargon hanya dipakai pada saat memainkan game tersebut, baik melalui komunikasi dua arah maupun komunikasi jarak jauh melalui telepon suara di dalam game, kemudian ketika sedang tidak memainkan game tersebut jargon tidak dipakai.Kata kunci: sosiolinguistik, variasi bahasa, jargon


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Siti Maemunah ◽  
Nur Khasanah
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) pemaknaan denotasi yang terkandung pada lirik lagu yang terdapat dalam album Ego dan Fungsi Otak karya Fourtwnty (2) pemaknaan konotasi yang terkandung pada lirik lagu yang terdapat dalam album Ego dan Fungsi Otak karya Fourtwnty. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan akan menghasilkan data secara deskriptif dengan pendekatan semiotik Roland Barthes. Adapun judul lagu dalam album Ego dan Fungsi Otak karya Fourtwnty yang dijadikan obek kajian yaitu Segelas Berdua, Kusut, Nyanyian Surau, Realita, Trilogi, Kita Pasti Tua, dan Zona Nyaman. Berdasarkan analisis data diperoleh simpulan bahwa makna denotasi dan konotasi dalam lagu berjudul Segelas Berdua terdapat 6 data, Kusut terdapat 6 data, Nyanyian Surau terdapat 6 data, Realita terdapat 5 data, Trilogi terdapat 8 data, Kita Pasti Tua terdapat 9 data denotasi serta 5 data konotasi, dan Zona Nyaman terdapat 6 data. Kata kunci: Album Ego dan Fungsi Otak, Denotasi dan Konotasi, Semiotik


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Misbah Priagung Nursalim

Dakwah menjadi kewajiban setiap muslim. Fungsi dakwah yaitu untuk menyampaikan dan mengajak kebaikan kepada sesama. Faktanya dakwah sering kali disalahgunakan untuk provokasi, politik praktis, dan penyampaian ujaran kebencian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ujaran kebencian dalam dakwah NS dan larangan bagi muslim melakukan ujaran kebencian dalam Quran. Penelitian menggunakan metode deskriptif analitis. Pendekatan yang dibunakan oleh penulis yaitu pendekatan fenomenologis. Teori yang digunakan yaitu SPEAKING Dell Hymes dan tafsir al Azhar Buya Hamka. Hasil dari penelitian ini, NS melanggar aspek norm. selain itu, sebanyak empat ayat al-Quran melarang umat muslim untuk melakukan ujaran kebencian. Kata Kunci Ujaran Kebencian, Dakwah, Islam


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Izatya Andini

adalah (1) mendeskripsikan jenis tindak tutur dialog dalam film Tilik produksi akun youtube Ravacana Films. (2) mendeskripsikan respons dalam film Tilik produksi akun youtube Ravacana Films. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Objek yanng diteliti dalam penelitian ini adalah tuturan yang terdapat dalam film Tilik produksi akun youtube Ravacana Films. Data yang ditemukan berjumlah 63 data yang diperoleh dengan menggunakan teknik simak dan catat dalam teknik pengumpulan data. Hasil penelitian dan analisis dari 63 data menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis bentuk tuturan sebagai berikut. (1) jenis tindak lokusi 14 data (contoh: menyatakan, memberitakan, menginformasikan), (2) ilokusi 27 data (contoh: bertanya, menyarankan, berterima kasih), dan (3) perlokusi 22 data (contoh: mempengaruhi, mengajak, meyakinkan). Respons yang ditemukan dalam dialog film Tilik produksi akun youtube Ravacana Films yaitu respons positif 33 data dan respons negatif 15 data. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa bentuk tuturan ilokusi lebih dominan dibanding bentuk tuturan lainnya. Sedangkan respons yang dominan adalah respons positif.Kata Kunci : film, lokusi, ilokusi, perlokusi dan respons 


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Restu Susprestrianto

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi bahasa jargon yang digunakan oleh komunitas Vape di Cinere. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini terfokus pada bentuk jargon, makna jargon dan fungsi jargon. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik simak/sadap sebagai teknik dasarnya dan teknik lanjutannya menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), dan wawancara agar data yang sudah didapat lebih akurat dan bersifat objektif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 31 jargon dalam bentuk kata. Ditemukan 19 jargon bentuk kata benda (nomina). Di antaranya: Atomizer, Bane, Barrel, Cartomizer, Cloud, Fralien, Gunk, Kanthal, Lanyard, Mesh, Mod, Nic, Pod, Vape, Vapers, Vapor, Vaporista, Vaporizer, Wick. Ditemukan 7 kata kerja (Verba). Di antaranya: Coiling, Firing, Garuk, Puff, Spitback, Vaping, Wicking. Ditemukan 5 kata sifat (Ajektifa). Di antaranya: Bold, Clone, Creamy, Freebase, Oten. Terdapat 7 jargon dalam bentuk frasa. Ditemukan 6 frasa Nomina di antaranya: Cloud Chase, Dry Hit, Fused Clapton, Ghost Taste, Salt Nic, Vape Tonque. Ditemukan 1 frasa Verba yaitu Dry Burn. Ditemukan 43 makna jargon yang mengandung makna istilah. Di antaranya: Atomizer, Bane, Barrel, Bold, Cartomizer, Clone, Coiling, Creamy, Firing, Fralien, Freebase, Gunk, Kanthal, Lanyard, Mesh, Mod, Nic, Oten, Pod, Puff, Spitback, Vape, Vapers, Vaping, Vapor, Vaporista, Vaporizer, Wick, Wicking, Cloud Chase, Dry Burn, Dry Hit, Fused Clapton, Ghost Taste, Salt Nic, Vape Tonque, DTL (Direct To Lungs), MTL (Mouth To Lungs), (Rebuildable Atomizer), RDA (Rebuildable Dripping Atomizer), RDTA (Rebuildable Dripping Tank Atomizer), RTA (Rebuildable Tank Atomizer), TH (Throat Hit). Ditemukan 1 jargon yang mengandung makna leksikal yaitu Cloud dan 2 jargon yang mengandung makna kontekstual di antaranya: Garuk, PSK/Paket Siap Kebul. Fungsi pengunaan jargon pada komunitas Vape di Cinere terdiri dari 3 fungsi, yaitu fungsi instrumental, fungsi refresentasi dan fungsi heuristik.Kata Kunci : Sosiolinguistik, jargon, makna jargon dan fungsi jargon. 


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
M. Wildan M. Wildan

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa kontestasi Pilpres 2019 paling tidak telah memproduksi tiga leksikon: cebong, kampret, dan kadrun. Ketiga leksikon ini menjadi viral penggunaannya di kalangan pendukung atau simpatisan pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno dalam rangka elektabilitas serta popularitas pasangan calon. Terseretnya leksikon cebong, kampret, dan kadrun ke arus politik Pilpres 2019 tentu secara latar psikologis (scene) dan partisipan (participants) tidak bisa dinapikan dari pendulangan suara antar pasang calon. Dengan demikian, cebong, kampret, dan kadrun merupakan leksikon apolitik yang politik serta memungkinkan sekali dikaji dari sudut teori SPEAKING sebagaimana yang dipelopori oleh Dell Hymes serta terbuka peluang untuk diselaraskan dengan teori yang dikembangkan oleh Soepomo Poedjasoedarmo berupa OOE MAU BICARA. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menerapkan dua teknik, yaitu: teknik catat dan teknik dokumentasi. Teknik catat dapat diterapkan pada pemerolehan data secara virtual melalui tangkapan layar (screen shoot) dari media daring atau mencatat ke dalam kartu data. Adapun teknik dokumentasi dapat diaplikasikan melalui pendokumentasian pada sejumlah koran seperti antara lain: harian Kompas, Republika, Sindo, Warta Kota, dan Tangerang Raya. Tulisan ini menyimpulkan bahwa kemenangan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin termasuk kemenangan bahasa yang dikontestasikan di ruang media daring dan luring yang termanipestasikan ke dalam sendi-sendi SPEAKING serta OOE MAU BICARA.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Fani Fazrul Hikam ◽  
Fickyh Verdhyawan Santoso ◽  
Mahdi Mahdi

Media Sosial merupakan sebuah wadah daring yang memungkinkan setiap individu bisa melakukan komunikasi jarak jauh.dengan adanya sarana tersebut maka sangat mungkin terdapat terjadinya campur kode dan alih kode pada penggunaan bahasanya. Penelitian ini membahas mengenai terjadinya campur kode dan alih kode pada platform media sosial Twitter. Platform Twitter dipilih karena merupakan salah satu platform 10 teratas yang penggunanya paling banyak di Indonesia dan untuk pencarian data yang lebih efisien peneliti menggunakan fitur hastag pada Twitter. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis sebuah fenomena campur kode dan alih kode yang dilakukan para pegiat pada platform media sosial Twitter. Untuk metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang menekankan pada pengamatan fenomena dan lebih meneliti ke subtansi makna dari fenomena tersebut. Analisis penelitian ini dipengaruh pada kekuatan kata dan kalimat yang digunakan. Adapun teori yang digunakan sebagai landasan Campur kode dan Alih kode. Campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa. Alih kode Menurut Appel (1976:79) gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Untuk teknik pengumpulan data peneliti melakukan pengamatan kepada beberapa hastag yang sering masuk trending lalu dan mengambilnya dengan cara tangkap layar. Cara ini digunakan agar kemurnian data yang diambil terjaga tanpa ada coretan yang membuat datanya terlihat telah dimanipulasi. Untuk data hasil penelitian berupa frasa, kata, atau kalimat yang terdapat dalam media sosial Twitter dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para pegiat Twitter sering terjadi campur kode dan alih kode antar bahasa daerah, bahasa asing dan bahasa Indonesia.Kata Kunci: Alih Kode, Campur Kode, Twitter


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Ani Mulyani ◽  
Deva Okta Riandini ◽  
Shavira Nia Umardi

Penggunaan campur kode sudah menjadi salah satu hal yang sering ditemukan disosial media, oleh karenanya penulis melakukan penelitian tersebut khususnya instagram. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti dalam penelitian ini menggunakan sumber data dari unggahan-unggahan instagram yang terdapat pada akun JakartaKeras, Overheardjkt, Maudyayunda, Gitasav dan juga Achasinaga yang diperoleh melalui hasil rekam data tangkap layar pada konten atau caption yang dianggap menggunakan bahasa asing. Teori yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah teori Muysken (2000) beliau mendefinisikan bahwa campur kode terjadi karena adanya dua bahasa dalam satu ujaran. Penulis meneliti campur kode yang ada pada unggahan-unggahan tersebut dengan cara mendeskripsikan campur kode yang ada pada unggahan penggunanya. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui latar belakang, faktor serta apa saja yang menyebabkan terjadinya campur kode pada unggahan instagram tersebut. berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan, penulis dapat menyimpulkan bahwa unggahan-unggahan akun instagram tersebut lebih dominan pada campur kode ekternal yang dipengaruhi oleh bahasa asing yaitu bahasa inggris. Latar belakang terjadinya campur kode dikategorikan menjadi 2 yaitu tipe yang berlatar belakang pada sikap penutur (a) untuk memperhalus ungkapan, (b) untuk menunjukan kemampuan dan (c) perkembangan dan perkenalan dengan budaya baru. Selanjutnya, tipe yang berlatar belakang pada kebahasaan (a) lebih mudah diingat, (b) tidak menimbulkan kehomoniman, (c) keterbatasan kata dan (d) akibat atau hasil yang dikehendaki. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode pada unggahan-unggahan tersebut antara lain maraknya penggunaan bahasa gaul, penutur terbiasa menggunakan dua bahasa atau lebih, latar belakang pendidikan pengguna serta faktor lingkungan.Kata Kunci: sosiolinguistik, campur kode, instagram


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Moch Yadi

Penelitian ini bertujuan untuk (1). Mendeskripsikan jenis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan (2). Mendeskripsikan jenis gaya bahasa berdasarkan langsung dan tidaknya makna pada Catatan Najwa di Trans 7 Edisi Bulan Juli — Agustus 2019. Teori yang digunakan adalah teori diksi dan gaya bahasa. Objek dalam penelitian ini adalah sebuah catatan acara talkshow. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode simak bebas libat cakap dan dilanjutkan dengan teknik catat, yang kemudian dianalisis dengan metode agih dan teknik lanjutannya menggunakan pilah unsur penentu. Dari hasil penelitian, diperoleh simpulan: (1). Terdapat tiga jenis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat pada Catatan Najwa di Trans 7 edisi bulan Juli — Agustus 2019. Ketiga jenis gaya bahasa tersebut yaitu paralelisme, antitesis, dan repetisi. (2). Terdapat sepuluh jenis gaya bahasa berdasarkan langsung dan tidaknya makna pada Catatan Najwa di Trans 7 edisi bulan Juli — Agustus 2019. Sepuluh jenis gaya bahasa tersebut yaitu aliterasi, asonansi, pleonasme dan tautologi, erotesis atau pertanyaan retoris, hiperbol, persamaan atau simile, personifikasi, sinekdoke, metonimia, dan sarkasme.Kata kunci: Gaya Bahasa, Stilistika, Catatan Najwa


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document