GEOMATIKA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

56
(FIVE YEARS 24)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By Geospatial Information Agency Of The Republic Of Indonesia

2502-2180, 0854-2759

GEOMATIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 107
Author(s):  
Leni Sophia Heliani ◽  
Cecep Pratama ◽  
Parseno Parseno ◽  
Nurrohmat Widjajanti ◽  
Dwi Lestari

<p><em>Sangihe-Moluccas region is the most active seismicity in Indonesia. Between 2015 to 2018 there is four M6 class earthquake occurred close to the Sangihe-Moluccas region. These seismic active regions representing active deformation which is recorded on installed GPS for both campaign and continuous station. However, the origin of those frequent earthquakes has not been well understood especially related to GPS-derived secular motion. Therefore, we intend to estimate the secular motion inside and around Sangihe island. On the other hand, we also evaluate the effect of seismicity on GPS sites. Since our GPS data were conducted on yearly basis, we used an empirical global model of surface displacement due to coseismic activity. We calculate the offset that may be contained in the GPS site during its period</em><em>. </em><em>We remove the offset and estimate again the secular motion using linear least square. Hence, in comparison with the secular motion without considering the seismicity, we observe small change but systematically shifting the motion. We concluded the seismicity in the Molucca sea from 2015 to 2018 systematically change the secular motion around Sangihe Island at the sub-mm level. Finally, we obtained the secular motion toward each other between the east and west side within 1 to 5.5 cm/year displacement. </em></p>


GEOMATIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 55
Author(s):  
Harintaka Harintaka

<p>Pada fotogrametri, untuk menghasilkan data <em>Digital Terrain Model</em><em> </em>(DTM) dari foto udara dilakukan dengan cara <em>stereo plotting</em>. Ada dua cara <em>stereo plotting</em>, cara interaktif dan otomatis. Cara interaktif memerlukan waktu yang lama bagi operator untuk melihat dan mendeliniasi dalam ruang 3D untuk menghasilkan posisi tiga dimensi (3D) objek dalam sistem koordinat tanah. Cara otomatis adalah melakukan proses <em>stereo</em><em> </em><em>matching</em>  dengan salah satunya menggunakan algoritma korelasi silang. Pada cara otomatis ini, setiap pasangan foto stereo diidentifikasi objek yang sama secara otomatis, kemudian dihitung koordinat 3D-nya menggunakan persamaan <em>space intersection</em>. Penelitian ini mengkaji penggunaan kedua teknik tersebut pada Foto Udara Format Kecil (FUFK) untuk menghasilkan data DTM dan dibandingkan hasilnya. Pada penelitian ini digunakan satu blok pemotretan udara yang terdiri dari lima jalur terbang, dengan setiap jalur terdiri dari 40 foto. Setelah dilakukan hitungan triangulasi udara, pasangan – pasangan foto stereo dipilih dan dibentuk <em>epipolar image</em>. Kemudian proses <em>stereo plotting</em> secara interaktif dan otomatis diterapkan dan dibandingkan hasilnya. Hasil kajian menunjukkan data DTM yang dihasilkan antara teknik <em>stereo plotting</em> interaktif dan otomatis adalah mirip, tetapi tidak identik. Ini terjadi terutama di daerah campuran dengan tajuk pohon rapat. Keunggulan teknik <em>stereo plotting</em> interaktif adalah hasil sangat akurat dan tanpa memerlukan tahapan editing lagi, sedangkan teknik otomatis adalah kecepatan proses tetapi masih memerlukan editing.</p>


GEOMATIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Heri Sutanta ◽  
Imasti Dhani Pratiwi ◽  
Dedi Atunggal ◽  
Bambang Kun Cahyono ◽  
Diyono Diyono

GEOMATIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 95
Author(s):  
Dwi Haryanto ◽  
Hendra Kurnia Febriawan ◽  
Ahmad Fawaiz Safi` ◽  
Muhamad Irfan

GEOMATIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Nayla Alvina Rahma ◽  
Aprizal Verdyansyah ◽  
Muhammad Zakky Faza ◽  
Imma Redha Nugraheni ◽  
Gumilang Deranadyan
Keyword(s):  

<p class="JUDUL">Erupsi vulkanik pada waktu yang lama dapat membahayakan keselamatan masyarakat dan aktivitas penerbangan. Radar cuaca dapat dimanfaatkan untuk monitoring dan identifikasi sebaran debu vulkanik secara <em>real time</em>. Penelitian ini memanfaatkan radar Gematronik dengan produk yang digunakan antara lain: CMAX, VCUT, dan CAPPI sehingga dapat menganalisis debu vulkanik yang dihasilkan oleh erupsi gunung berapi. Dalam kasus kejadian erupsi Gunung Agung tanggal 28 Juni 2018 didapatkan nilai reflektivitas maksimum mencapai 30-35 dBZ, sedangkan pada produk VCUT didapatkan ketinggian kolom debu vulkanik mencapai 7.5 km. Jenis material erupsi dapat diketahui dengan produk VCUT. Produk CAPPI V yang telah ditentukan batasnya yaitu 3 km, 5 km, dan 7 km menggambarkan arah gerakan debu vulkanik berdasarkan lapisannya. Arah sebaran debu vulkanik dominan ke barat dan barat daya. Dilihat secara horizontal maupun vertikal, debu vulkanik mempunyai karakteristik yang khas yaitu nilai <em>echo</em> reflektivitas menurun seiring menjauhi pusat erupsi.</p>


GEOMATIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 63
Author(s):  
Poerbandono Poerbandono ◽  
Eka Djunarsjah ◽  
Wiwin Windupranata

GEOMATIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Febrian Fitryanik Susanta ◽  
Trias Aditya

GEOMATIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Waljiyanto Waljiyanto ◽  
Ni Putu Praja Chintya
Keyword(s):  

GEOMATIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Niken Dwi Wijayanti

<p>Perairan Porong merupakan daerah muara sungai yang mengalami proses sedimentasi akibat bermuaranya air Sungai Porong ke Selat Madura yang membawa sedimen. Hal tersebut diduga akan menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai yang ada di sekitarnya. Disamping itu, perubahan morfologi daratan seperti abrasi atau sedimentasi dipengaruhi oleh faktor oseanografi fisik seperti arus. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh arus terhadap distribusi <em>Total Suspended Solid</em> (TSS) serta dampaknya terhadap perubahan garis pantai di Perairan Sidoarjo-Pasuruan. Data yang digunakan yaitu citra Landsat 7 (2002) dan Landsat 8 (2013 dan 2017) yang diperoleh dari<em> United States Geological Survey </em>serta data arus dari <em>Copernicus Marine Environment Monitoring Service</em>. Penginderaan jauh digunakan untuk menganalisa perubahan garis pantai dan distribusi TSS. Hasil penelitian menunjukkan arus, dengan kecepatan 0.02-0.1 m/s, di Perairan Sidoarjo-Pasuruan berpengaruh terhadap distribusi TSS dengan arah menuju Barat dan Barat Laut. Konsentrasi TSS yang tinggi di perairan dekat pantai menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai yang ditandai dengan tingginya sedimentasi di lokasi tersebut. Lebih lanjut hasil menunjukkan bahwa perubahan garis pantai di Sidoarjo-Pasuruan tahun 2002-2013 sebesar 9,305 km dan 2013-2017 sebesar 3,226 km. Peningkatan konsentrasi TSS di Perairan Sidoarjo-Pasuruan sebanding dengan penambahan garis pantai.</p><p><em><br /></em></p>


GEOMATIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Devica Natalia Br Ginting ◽  
Rizky Faristyawan
Keyword(s):  

<p>Garis pantai merupakan informasi batas wilayah antara darat dan laut. Informasi garis pantai sangat diperlukan dalam kegiatan di pesisir, terkhusus bagi negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Pengukuran lapangan untuk mendapatkan informasi garis pantai akan menghabiskan biaya, waktu dan tenaga yang besar. Penginderaan jauh mampu menghasilkan informasi garis pantai secara efektif. Lokasi kajian dilakukan di Pesisir Pulau Flores Timur dan Pulau Adonara Barat yang memiliki tiga tipe pantai yaitu berbakau, berpasir, dan tebing berbatu. Penelitian ini bertujuan melakukan ekstraksi garis pantai berdasarkan tipenya melalui proses digital. Data yang digunakan Landsat-5, Landsat-8, dan Sentinel-2. Perbandingan band digunakan untuk menganalisi tipe (<em>Green/</em>SWIR dan <em>Green/</em>NIR) pada Landsat-5 yang selanjutnya dibandingkan dengan tipe pantai yang bersumber dari referensi serta mengektrak garis pantai (<em>Green/</em>NIRand <em>Green/</em>SWIR<em>)</em><em>.</em> Citra Landsat-8 dan Sentinel-2 digunakan melihat perubaan garis pantai selama 10 tahun. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa perbandingan band NIR dan Green menunjukkan hasil yang terbaik. Perubahan garis pantai akibat fenomena alam berupa erosi dan sedimentasi yang disebabkan oleh arus laut tidak berdampak signifikan kecuali di sekitar Selat Larantuka namun perubahan garis pantai akibat aktivitas manusia berupa pembangunan bandara memberikan perubahan sebesar 4,8 Ha.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document