Jurnal Pertahanan & Bela Negara
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

230
(FIVE YEARS 72)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Indonesia Defense University

2620-7400, 2620-5262

2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Arief Sukmono Akbar ◽  
Imam Musani ◽  
Oktav Bayu D

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 melaporkan total kasus Covid-19 di Indonesia hingga 16 Juli 2021, mencapai 2.780.803 orang sejak kasus pertama diumumkan. TNI Angkatan Laut (TNI-AL) selain melaksanakan tugas pertahanan juga membantu Satgas penanggulangan Covid-19 serta operasi kemanusiaan lainnya. Pelaksanaan tugas tersebut dilaksanakan oleh Pusat Penerbangan TNI AL (Puspenerbal). TNI Angkatan Laut belum pernah mengoperasikan Helicopter Air Ambulance (HAA) yang memiliki kemampuan Helicopter Emergency Medical Services (HEMS). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tempat penelitian di pusat penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda Sidoarjo Jawa Timur. Pengolahan data menggunakan model Miles, Huberman dan Saldan dengan tiga langkah yaitu pemadatan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang prosesnya dilakukan bersamaan. Pengumpulan data dengan metode menelaah dokumen dan informan. Penggunaan informasi pelaku lapangan dibatasi pada informan yang memiliki pengalaman operasi sebagai penerbang helikopter terkait subyek penelitian. Tujuan dari penelitian untuk memberikan gambaran tentang urgensi keberadaan peralatan helikopter ambulans TNI AL dalam mendukung satuan tugas coronavirus disease-2019. Adapun helikopter yang ditetapkan peneliti berjenis Bell-412 atau peralatan medical evacuation (Medevac portable) yang bisa dipasang pada helikopter jenis Bell-412 TNI AL. Temuan atau kebaharuan dari penelitian ini adalah dengan adanya helikopter Medevac TNI AL ini dapat melakukan tindakan penyelamatan darurat mengevakuasi korban ke RS terapung/KRI BRS milik TNI AL atau RSAL terdekat. Helikopter AL dipilih karena hanya penerbang helikopter TNI AL yang terlatih yang mendapatkan rekomendasi landing/mendarat di geladak heli KRI BRS TNI AL. Kesimpulan bahwa helikopter jenis Bell-412 sebagai ambulans udara dan peralatan Medevac portable-nya sangat dibutuhkan dalam membantu satgas covid-19 dan operasi kemanusiaan lainnya.


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Novky Asmoro ◽  
Yoedhi Swastanto

<p>Konsep pengelolaan pulau terdepan sebagai forward operating base pada prinsipnya membutuhkan harmonisasi program antara pemerintah sebagai pengelola pada tataran kebijakan dengan berbagai institusi lain pada tingkat yang lebih teknis. Kompleksitas masalah tersebut tidak hanya terpaku bagaimana menggelar unsur-unsur kekuatan militer di berbagai pulau terdepan. Perlu pendalaman melalui kajian ilmiah secara komprehensif guna mengulas aspek lingkungan strategis yang relevan. Analisis secara deskriptif kualitatif berbasis scenario planning difokuskan pada aspek-aspek keamanan nasional termasuk, tren ancaman serta dampak sosio ekonomi saat menentukan wilayah pulau terdepan sebagai basis pertahanan. Pengelolaan yang proporsional diharapkan tidak hanya mewujudkan keamanan nasional secara utuh namun juga berhasil meningkatkan taraf kesejahteraan daerah-daerah tersebut.</p><p><br />Kata Kunci: Forward Operating Base, Pulau Terdepan, Scenario Planning, Sosio Ekonomi, Tren Ancaman, dan Keamanan Nasional</p>


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 87
Author(s):  
Jerry Indrawan ◽  
Adinda Putri Kirana Lutfi

<p>Konflik yang terjadi di Indonesia sering kali didasari karena permasalahan identitas etnis. Salah satu konflik etnis yang pernah terjadi di Indonesia adalah konflik antara etnis Samawa dengan Etnis Bali di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada tahun 2013. Konflik di Sumbawa terjadi karena berkembangnya prasangka akibat watak privasi etnisitas yang terlalu mencolok, sehingga terjadilah benturan etnisitas atau budaya. Etnis pribumi umumnya memandang negatif terhadap watak dan perilaku (budaya) etnis pendatang, apalagi jika didukung oleh adanya perbedaan agama. Artikel ini mencoba untuk menggambarkan pemetaan konflik identitas yang melibatkan etnis Samawa dengan etnis Bali dengan menggunakan Segitiga SPK (Sikap, Perilaku, Konteks) dari Simon Fisher. Pemetaan dengan Segitiga SPK dianggap bisa menggambarkan penyebab konflik yang</p><p>bernuansa etnis dengan cara mengidentifikasi prasangka-prasangka yang berkembang antar-etnis yang berkonflik. Dengan melakukan pemetaan dengan segitiga SPK ini, langkah-langkah resolusi konflik yang tepat dapat ditemukan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui studi kepustakaan. Sumber data didapatkan dari berbagai sumber, seperti buku, jurnal, koran, majalah, dan berita di internet. Hasil penelitian berdasarkan Segitiga SPK adalah harus ada sebuah upaya untuk mendirikan hubungan baru yang dapat bertahan lama pada kedua etnis untuk mencapai suatu kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik tersebut.</p>


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 51
Author(s):  
Lena Lusiana ◽  
Nugroho Adi Sasongko

<p>Invasi AS ke Irak dalam Perang Teluk III pada 2003-2011 telah menguras logistik dan energi. Militer AS telah mengirimkan kapal induk di Laut Merah dan di Teluk Persia, yang melepaskan sejumlah rudal jelajah Tomahawk dan melakukan penyerangan udara oleh jet tempur M-130, F-117, helikopter Apache, tank M1-Abram, dan M2-Bradley. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya Perang Teluk III dari sisi logistik dan energi pada pihak AS. Metode yang digunakan yakni studi literatur yang dilanjutkan analisis perhitungan berdasarkan data yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan militer AS dan koalisi telah menghabiskan biaya perang dari sisi energi dan logistik lebih dari 307,5 triliun rupiah. Divisi III Infanteri dengan 1085 Tank M1-Abram mencapai kisaran 70 triliun rupiah, dengan rincian biaya energi 16,5 milyar rupiah dan biaya logistik tank 69,8T. Divisi IV Infanteri dengan 841 Tank M2-Bradley mencapai kisaran 27,5 triliun rupiah, dengan rincian biaya energi 4,5 milyar rupiah dan biaya logistik tank 27,5 triliun rupiah. Divisi Lintas Udara ke-101, dengan 1048 Helikopter Apache mencapai kisaran 210 triliun rupiah, dengan rincian biaya energi 7,3 milyar rupiah dan biaya logistik tank 210 triliun rupiah. Satuan Khusus Operasi Udara-16 dengan Jet Tempur Ac-130 menghabiskan biaya kebutuhan energi 29 juta rupiah/unit.</p>


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Kurniawan Firmuzi Syarifuddin ◽  
Rizerius Eko HS ◽  
I Wayan Midhio

<p>Konsep perang semesta yang pertama kali dicetuskan oleh Clausewitz, dalam perjalanannya telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan sejak pertama kali</p><p>digunakan oleh Napoleon. Strategi perang semesta masih banyak digunakan oleh negara-negara di dunia, bahkan ketika dunia sudah memasuki era peperangan generasi ke-5. Indonesia yang telah menetapkan strategi perang semesta sebagai pedoman dalam penyusunan strategi pertahanan negaranya juga harus terus mengembangkan dengan ciri khas yang berbeda dengan pengertian perang semesta yang dikenal secara umum. Dalam konsep strategi perang semesta, kegiatan kerja sama internasional di bidang pertahanan menjadi salah satu elemen penting, terutama dalam membangun kekuatan untuk mempertahankan negara. Termasuk dalam strategi perang semesta yang diimplementasikan oleh Indonesia, kerja sama internasional di bidang pertahanan digunakan untuk membangun kekuatan nasionalnya dalam menghadapi ancaman militer maupun nir-militer. Kajian terhadap literatur yang terkait dengan perang semesta ini, berupaya melakukan penelitian kualitatif secara mendalam terhadap sumber referensi sekunder dalam rangka menyampaikan lebih jauh tentang pengertian perang semesta, terutama yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan kajian yang dilakukan kemudian dapat dipahami adanya hubungan yang erat dalam melakukan kerja sama internasional di bidang pertahanan dan strategi perang semesta di Indonesia.</p>


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Tahan Samuel Lumban Toruan ◽  
Deni Dadang Ahmad ◽  
Henny Widyastuti

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis setiap kendala yang dihadapi dan strategi yang digunakan dalam pembinaan sikap Bela Negara masyarakat di wilayah Kabupaten Bekasi dalam menangkal ancaman nirmiliter. Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan studi kasus dan kualitatif, serta CIPP (context, input, process, product) digunakan sebagai model evaluasi. Subjek penelitian ini adalah para pihak yang dapat memberikan data sesuai kebutuhan peneliti dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Objek penelitian ini adalah masalah kesadaran bela negara dan strategi pembinaan kesadaran bela negara masyarakat di wilayah Kabupaten Bekasi.<br />Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembinaan kesadaran Bela Negara tidak dilakukan secara periodik oleh satuan wilayah teritorial. Hal tersebut terjadi karena kegiatan pembinaan kesadaran bela negara belum menjadi prioritas serta belum adanya strategi pembinaan kesadaran bela negara.


2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 307
Author(s):  
Indriana Sulistyowarni ◽  
Sri Sundari ◽  
Supandi Halim

<p><em>In order to maintain food security, it is wiser if the food priority is not limited to rice, but also encourages product diversity of local food-based such as maize, cassava, sweet potato, breadfruit, taro, and banana. The problems of utilizing banana potential in Bogor District are low production due to land use change, plant function change, some farmers have</em><em> perception of bananas as a second class plant, Fusarium wilt disease, limited use of bananas </em><em>as</em><em> fresh fruit and small industrial processed products (</em><em>such as </em><em>chips, sale, molen), and production has not been able to </em><em>fulfill</em><em> market demand and </em><em>consequently</em><em>, export market opportunities have not been </em><em>utilized</em><em>.</em><em> </em><em>This study describes the extent to which </em><em>large </em><em>potential of banana can be used optimally by </em><em>using defense economics</em><em>,</em><em> demand-supply, and food security</em><em> theory</em><em>. Primary data sources were obtained from interviews with </em><em>informan</em><em>t</em><em> from </em><em>Local Government, farmers and banana traders in Bogor District</em><em>, </em><em>Ministry of Agriculture, Ministry of Trade. Secondary data sources include </em><em>both </em><em>from </em><em>Ministry</em><em>, Distanhorti, Disdagin, BPS, journals, </em><em>and </em><em>electronic media. </em><em>V</em><em>alidation</em><em> data</em><em> by triangulation and</em><em> </em><em>data analysis of Miles-Huberman. The results show that</em><em> bananas have great potential to be developed in Bogor District</em><em> but its utilization is not optimal.</em><em> </em><em>This is due to several factors including</em><em> application of inappropriate</em><em> cultivation techniques</em><em> </em><em>with SOP, limited large-scale land, land conversion, </em><em>without</em><em> large company partnerships. Therefore, it is necessary to build partnerships with large private companies, synergies and coordination between stakeholders in order to </em><em>increase</em><em> </em><em>bananas</em><em> potential</em><em> as trade commodity, hence </em><em>can </em><em>fulfill</em><em> market demand. In the end it will improve economic security as </em><em>one of </em><em>the main focus</em><em>es</em><em> of the defense economy.</em><em></em></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Banana, Defense Econom</em><em>y</em><em>, </em><em>Demand, Food Security</em><em>, </em><em>Potential</em><em></em></p>


2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 287
Author(s):  
Supartono Supartono ◽  
Purwanto Purwanto ◽  
M. Harry Riana Nugraha

<p><em>The Port of Bitung area has a number of potentials that can impact the structure of national security and national defense, because it has a strategic concept for the Indo-Pacific Region. The Bitung Port area as an international hub port, stated in the Minister of Transportation Decree Number 54 of 2002 concerning the Implementation of Sea Ports. The method in this study used a qualitative descriptive approach and data analysis techniques used an interactive of model analysis. This study analyzes the Geostrategy concept for the Port of Bitung Region as part of a national security strategy to strengthen national defense based on the maritime security side and the economic implications of the Indo-Pacific Region. The results show that in general the analysis of the strategy of the </em><em>B</em><em>itung port area in maritime security studies for national national security and national defense shows several things: 1) the strategic conditions of the Bitung Port area need to be supported by strategic and integrated policies between the Central government and the North Sulawesi Province Bitung City; 2) the development of special economic zones (KEK) requires accelerated implementation of policies in a sustainable manner with full support from the budget side, this is to strengthen the territorial basis in the geostrategic concept; and 3) there needs to be an approach towards the community in supporting the realization of the strategic area of </em><em></em><em>Bitung City, North Sulawesi. The fulfillment of these requirements has made the Bitung Port area capable of supporting geostrategy through strategic maritime security studies and economic implications, because it is located in the Indo-Pacific Region as a center for political and economic defense so as to strengthen national security and national defense.</em></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: geostrategy, port area, Bitung Harbor, Indo-Pacific region<strong></strong></em></p>


2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 249
Author(s):  
Mursyid Setiawan ◽  
Hilal Ramdhani ◽  
Cecep Darmawan

<p><em>The strategy of the Bandung National Unity and Political Agency (Bakesbangpol) in realizing excellent human resources is still conventional</em><em>. This can be seen </em><em>in the form of education and training for the community without using technological advances to develop community digital literacy as an effort to create excellent society and protect from internal threats in the form of radicalism, t</em><em>errorism, and intolerance; and externally,  </em><em>in the form of territorial security and digital security. The purpose of this study is to analyze the strategy of the Bandung City Political and National Unity Agency in realizing excellent human resources to face the various threats facing Indonesia. This research uses a qualitative approach with case study methods, data collection techniques using interviews, observation and documentation, then analyzed using reduction, data presentation and drawing conclusions. The results showed that the strategic concept carried out by the Bandung City Political and National Unity Agency in the form of education and training to defend the state for the community. The implementation carried out was still conventional, an alternative to realizing excellent human resources carried out by the National Unity and Political Agency, namely by optimizing the use of technology, create a sustainable curriculum and focus on developing digital literacy in society to prevent various external and internal threats.</em></p><p><strong><em>Keywords:</em></strong><em> The National Unity and Political Agency</em><em>, </em><em>defend the state</em><em> </em><em>indonesia</em><em>, </em><em>society</em><em>, </em><em>human resources</em></p>


2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 267
Author(s):  
Dewie Mardhani ◽  
Arthur Josias Simon Runturambi ◽  
Margaretha Hanita

<p><em>Security comes from Latin, secures which means free from danger, fear, and threats which consist of traditional and non-traditional security approaches. Defense is defined as the main instrument of a country to create national security. National defense is defined as a dynamic condition of a country that covers all aspects of national life to deal with threats. National security encompasses the security of the state, society and individuals. There are still several definitions from several experts regarding the concepts of security and defense to date. This article analyses the forms of contemporary threats related to security and defense and explains their similarities and differences in the study of national resilience aimed at realizing a national security system and development of the national security system in other countries. This article uses a descriptive qualitative research design through literature study and interviews. This article explains that the forms of threats that occur in Indonesia include problems at the border area, SARA intolerance, inequality in bureaucratic reform, not optimal law enforcement, and transnational crime. Similarities and differences in the concepts of security and defense can be seen from the regulations, the concepts used, the institutions and the constitution. This article shows that national resilience is influenced by national defense and security. The safe condition of a country is inseparable from the security and defense factors alone but is synergized with each other factors such as economic, political, legal, social, cultural, ideological, geographic, demographic and natural resources.<strong></strong></em></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: defense, national security, national resilience, security</em></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document