BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

59
(FIVE YEARS 59)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Jenderal Soedirman

2714-8564

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 26
Author(s):  
Rokhmani Rokhmani ◽  
Daniel Joko Wahyono ◽  
Lilis Mulyani

Trichodina spp. are ectoparasitic pathogens of ciliata group that commonly infect both freshwater and marine fish, including gouramy fish. As a result of infection of Trichodina spp. this will lead to inhibition of fish growth and decreased fish production, resulting in low fish selling value. The rate of occurrence of Trichodina spp. that infects gurami can reach 100%. Research has been conducted to determine which one Trichodina spp. Protozoa that infects the gouramy seeds of BBI (Fish Seed Center) Kutasari Purbalingga following detection of 18S RNA gene. Gene detection method used in this research is Polymerase Chain Reaction (PCR) is a technique of DNA synthesis and amplification in vitro. This research is done following these methodes: (1) sampling of Gurami fish with purposive sampling which obtained from BBI Kutasari Purbalingga, (2) isolation of Trichodina spp., (3). Preparation of Trichodina spp. sample and its identification, and (4). Molecular character obervation following detection of 18S rRNA gene. This study obtained 10% percentage of detection of 18S rRNA genes of the species of Trichodina paraheterodentata that infect on the gouramy fish of Purbalingga. The percentage rate of detection of these genes is low when compared with the results of the detection of 18S rRNA Trichodina paraheterodentata gene that infects gouramy fish in Banjarnegara.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Dina Hillery Napitupulu ◽  
Wiwik Herawati ◽  
Hexa Apriliana
Keyword(s):  

2020 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 435
Author(s):  
Fitria Ayudi Ulfimaturahmah ◽  
Ratna Stia Dewi ◽  
Ajeng Arum Sari

Synthetic dyes are artificial dyes manufactured by Industry and commonly used for the textile industry. These dyes had potentially caused an environmental problem. Many types of dyes are recalcitrant and have toxic properties for living organisms. It can be removed by decolorization method, especially a biological decolorization by fungi. Fungi were chosen due to the ability to degrade toxic components. Aspergillus sp. is the fungi which commonly used for dye decolorization. It might be caused that Aspergillus sp. is one type of fungi lived in the textile waste and expected not to die in the dye decolorization treatment. The purpose of this research was to investigate the ability of the mycelia pellets of Aspergillus sp to decolorized Indigosol Blue dye and Remazol Brilliant Blue R (RBBR) dye. This research showed that mycelial pellets of Aspergillus sp. had high activity of decolorization of Indigosol Blue dye up to 85.37% and RBBR dye up to 80.21% and caused low pH value after 24 hour incubation time compared to the control solution.


2020 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 321
Author(s):  
Rizky Arjunnajat Aliefia ◽  
Trisnowati Budi Ambarningrum ◽  
Edi Basuki

Kecoak Jerman (Blattella germanica L.) merupakan salah satu serangga hama permukiman yang penting, karena peranannya sebagai vektor penyakit. Untuk mengurangi populasinya, dapat digunakan dengan teknik pengumpanan. Namun belakangan ini muncul perilaku glucose aversion pada kecoak Jerman terhadap umpan komersial berbasis glukosa sebagai fagostimulan. Oleh karena itu perlu dilakukan kaji ulang terhadap fagostimulan sebagai komponen umpan untuk meminimalisir kegagalan pengendalian kecoak Jerman berbasis umpan dengan menggunakan kecoak Jerman jantan strain VCRU (Vector Control Research Unit). Langkah awal untuk membuat formulasi umpan tersebut adalah mencari fagostimulan yang paling disukai oleh kecoak Jerman. Bahan yang digunakan sebagai fagostimulan adalah gula, durian, erythritol, dan pisang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku memilih kecoak Jerman terhadap umpan dengan fagostimulan yang berbeda dan puncak aktivitas makan pada kecoak Jerman. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan pemberian fagostimulan dan diulang sebanyak 4 kali yang terbagi menjadi empat arena uji. Perlakuan terdiri dari umpan yang masing-masing mengandung gula, durian, erythritol, dan pisang sebagai fagostimulan. Pengamatan perilaku menggunakan metode behavior sampling yang dicatat secara continuous recording selama 24 jam menggunakan kamera Closed Circuit Television (CCTV). Parameter yang diukur berupa latensi, frekuensi, durasi, dan puncak aktivitas makan dari kecoak Jerman. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA pada p<0.05. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa perilaku memilih kecoak jantan strain VCRU terhadap umpan tidak berbeda nyata (p>0.05) dan tertarik dengan semua umpan yang diberikan, tetapi umpan gel dengan fagostimulan gula merupakan umpan yang lebih disukai dengan melihat ketiga parameter latensi, frekuensi, dan durasi. Hasil rata-rata latensi pada strain VCRU menuju gel durian selama 17 menit, rata-rata frekuensi kunjungan terbanyak ke gel gula pada strain VCRU sebanyak 10 kali, rata-rata durasi terlama pada gel gula strain VCRU selama 1 menit 46 detik dan puncak aktivitas makan strain VCRU terjadi antara pukul 17.00 – 20.00.


2020 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 418
Author(s):  
Rizki Aulia ◽  
Pudji Widodo ◽  
Wiwik Herawati

Balsam or garden balsam (Impatiens balsamina L.) is a widely grown flowering plant belonging to the family Balsaminaceae. The most conspicuous part to distinguish the balsam is the difference in the flower shape and colors of each cultivar. The purpose of this research is to find out the cultivars diversity of the balsam. The method used in this study was survey with purposive sampling. The variables observed in this study was morphological characteristics including the stem, leaves, flowers, fruits, and seeds. The data obtained were analysed descriptively.  The result of this study showed that there were 15 cultivars of I. Balsamina i.e. 'Pinkish White 5 Petal', 'Mix Pink Camellia, 'Pinkish White Camellia, 'Vivid Pink', 'White', 'Light Pink', 'Pinkish White', 'Light Magenta', 'Vivid Red', 'Red Camellia, 'Reddish Camellia, 'Rose Red Camellia, 'Vivid Magenta Camellia, 'Rose Green Camellia, and 'Vivid Pink Camellia’.


2020 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 479
Author(s):  
Shilfiana - Rahayu ◽  
Suharyanto Suharyanto
Keyword(s):  

Tempuyung (Sonchus arvensis L.) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dan berpotensi sebagai obat. Tanaman ini diketahui memiliki kandungan flavonoid dan terpenoid yang tinggi. Propagasi tanaman ini sangat penting dilakukan untuk menyediakan bahan obat dalam skala prabikasi dan menghasilkan bahan yang memiliki kandungan senyawa yang tinggi. Metode kultur jaringan merupakan salah satu cara yang cepat dalam propagasi tanaman dan dapat meningkatkan kandungan metabolit sekunder dalam tanaman. Metode untuk menghasilkan senyawa yang tinggi dan menghasilkan somatik embrio dalam jumlah yang banyak dapat melalui kultur kalus. Tujuan penelitian adalah ingin mencari pengaruh hormon 2,4D dan BAP serta variasi eksplan daun terhadap pertumbuhan kalus tempuyung. Pada penelitian ini digunakan kombinasi hormon 2,4D (0; 0,5; 1 ppm) dan BAP (0; 0,5; 1 ppm) dalam menginduksi kalus, dan eksplan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun vegetatif dan daun generatif tempuyung. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kalus dihasilkan dalam waktu 10-14 hari, dengan jenis kalus friabel dan berwarna kuning. Eksplan daun vegetatif lebih cepat inisiasi kalusnya disbanding daun generatif.  Hasil lain menunjukkan bahwa kombinasi terbaik dalam produksi adalah BAP 0,5 ppm dan 2,4D 1 ppm, dan eksplan daun yang paling optimal dalam menghasilkan kalus terdapat pada eksplan daun vegetatif.


2020 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 305
Author(s):  
Vio Indah Budiarti ◽  
Nuniek Ina Ratnaningtyas ◽  
Aris Mumpuni

The Biopulping is defined as the biological process of lignin degradation by utilizing microorganisms that produce some enzymes. A microorganism which widely known in the degradation of lignin and cellulose is a group of white-rot fungi. The aims for this research to know the most effective  white rot fungi species of G.lucidum, P.tuber-regium, and T.versicolor in the degradation of lignin and cellulose with different incubation time on bagasse substrate. The effectivity of biopulping indicated by the highest degradation of lignin concentration and the lowest degradation of cellulose concentration. This study used an experimental design with Completely Randomized design with a two factorial pattern. The independent variable of this study is white rot fungi species and incubation time while the dependent variable is the concentration of lignin and cellulose. The main parameter was the concentration of lignin and cellulose, supporting parameters were pH, weight loss of substrate and mycelial growth. The result showed the degradation of lignin and cellulose in all treatment. The best degradation of lignin and cellulose showed by species T.versicolor and P.tuber-regium within 30 days of incubation


2020 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 350
Author(s):  
Bayu Ardiyanto ◽  
Achmad Ilalqisny Insan ◽  
Dwi Sunu Widyartini

Perairan Pantai Karangtengah Nusakambangan Cilacap memiliki berbagai macam tipe substrat yaitu pasir, karang, dan campuran. Kondisi pantai dengan banyak tipe substrat memungkinkan berbagai spesies rumput laut untuk tumbuh. Informasi terkait keanekaragaman dan dominansi spesies rumput laut penghasil hidrokoloid di perairan Pantai Karangtengah belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan dominansi rumput laut penghasil hidrokoloid pada substrat yang berbeda di perairan Pantai Karangtengah Nusakambangan Cilacap. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel yaitu metode transek acak terpilih. Sebanyak enam garis transek dibuat secara tegak lurus dengan garis pantai dan jarak antar transek 25 m. Setiap transek dibuat tiga plot yang masing-masing plot berukuran 1x1 m berdasarkan substratnya (karang, pasir, dan campuran). Parameter utama yang diamati yaitu jumlah biomassa dan jumlah spesies. Parameter pendukung yang diamati adalah faktor lingkungan yaitu temperatur, salinitas, pH, kecepatan arus dan kedalaman. Jumlah spesies rumput laut hidrokoloid yang ditemukan sebanyak 10 spesies rumput laut dengan rincian 5 spesies penghasil alginat, 3 spesies penghasil agar, dan  2 spesies penghasil karaginan. Nilai indeks keanekaragaman di perairan pantai karangtengah antara 0,6-2,0 tergolong keanekaragaman sedang. Nilai indeks dominansi di perairan Pantai Karangtengah antara 0,2-0,6 tergolong dominansi rendah.


2020 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 392
Author(s):  
Nia Sri Hartatik ◽  
Eddy Tri Sucianto ◽  
Endang Sri Purwati

Green mustard (Brassica juncea) is an annual or horticultural plant of the Brassica genus. The purpose of this research is to knowledge the type of fungi that cause leaf spot disease on green mustard plants and to know the large percentage of leaf spot diseases caused by fungus on mustard greens in Serang Village, Karangreja District, Purbalingga. This research is used survey method by taking purposive random sampling at two different locations. The type of fungus that causes leaf spot disease on (B. juncea) mustard green can be identified by isolating the part of plants are sick then identified. Identification of fungi is doing by two stages of observation, that is observation macromorphological characters and micromorphological characters. Observation of macromorphological characters includes colony color, colony shape, the edge of colony shape and colony reverse color. Observation of the  micromorphology character includes the presence of hyphae, hyphae (insulated or non-insulated), conidia shape, conidia color, additional devices and conidiophores. The next stage to find out the type of fungus that causes leaf spot disease is Koch's Postulate.The results obtained there is one type of disease in green mustard plants. Leaf spot is one of the diseases of mustard greens caused by the fungus Alternaria sp, with a frequency of leaf spot disease as many as 196 times, and the percentage of disease of 51,30%.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document