Losses atau lebih dikenal dengan istilah Susut merupakan parameter yang harus selalu diperhatikan oleh PT. PLN (Persero), karena parameter tersebut yang menunjukkan seberapa baik efisiensi dari suatu sistem. Semakin besar nilai susut, berarti semakin kecil efisiensi sistem tersebut. Pada jaringan distribusi susut dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain faktor teknis dan non teknis. Prosentase total susut PLN UP3 Teluk Naga pada tahun 2019 sebesar 11,89 %. Angka tersebut masih jauh diatas target kinerja yang ditetapkan oleh PLN Pusat sebesar 9,98 %. Saat ini penulis menerapkan metode perbandingan nilai deviasi disetiap gardu Penyulang Wombat menggunakan Meter Trafo Distribusi. Nilai deviasi merupakan suatu nilai tolak ukur dalam menentukan apakah pemakaian listrik pada gardu tertentu sudah sesuai standar SPLN 72 : 1987 atau belum, dengan cara melakukan analisa aliran daya menggunakan aplikasi Etap kemudian membandingkan energi yang tersalurkan dengan energi yang terjual, sehingga dalam proses penurunan susut distribusi dapat dilakukan lebih terarah dan efisien. Dari hasil analisa dan perhitungan nilai deviasi pada Penyulang Wombat, terdapat dua gardu yang memiliki nilai deviasi diatas lima persen. ketika melakukan pemeriksaan didapati beberapa anomali penyebab tingginya nilai deviasi pada kedua gardu tersebut antara lain anomali arus, tegangan, CT meleleh, pemakaian listrik ilegal, Kwh meter blank dan kesalahan pada saat pengawatan. Setelah dilakukan perbaikan, metode perbandingan nilai deviasi menggunakan Meter Trafo Distribusi dapat menurunkan nilai deviasi pada gardu Penyulang Wombat antara lain Gardu SPT 29 deviasi 7,24 % pada bulan januari 2020 menjadi 3,41 % dibulan Mei 2020 dan Gardu SPT 21 deviasi 8,45 % pada bulan januari 2020 menjadi 3,16 % dibulan Mei 2020.