Learning mathematics that tends to be monotonous will cause boredom and for students. This can be seen from their enthusiasm for learning. They pay attention when the teacher provides material and sample questions, but when working on the questions, they have difficulty. Therefore, it is necessary to think about ways of presenting and learning mathematics that are suitable for students, so that students can actively participate in the learning process. The suitable model is the cooperative model. One of the cooperative models is the STAD type. In this type, the teacher provides material, which in the next group of students will be deepened further. At the time of the teacher's presentation, students must really pay attention, so that later when doing quizzes they will not experience difficulties. In the group, all students can certainly master the material being studied. students of class X MIPA 1 in the even semester of the 2019/2020 Academic Year after participating in the learning process by applying the STAD type cooperative learning model. Methods of collecting data using the method of observation and tests. The technique used in this research is descriptive analytical technique, namely quantitative data obtained from quiz results that are processed using percentage descriptions and qualitative data obtained from observations about teacher and student activities are used as the basis for describing the successful application of the STAD type cooperative learning model. Student learning outcomes from cycle I and cycle II have increased. For the first cycle the average value is 54.17. While in the second cycle the average value is 67.92. The percentage of complete learning outcomes of students in the first cycle is 37.50% and in the second cycle is 79.20%. Thus the research hypothesis is proven. The action is said to be successful if there is an increase in learning outcomes from cycle I to cycle II and the percentage of students who achieve the KKM (completed) score has reached a minimum of 75%. So this CAR is declared to have succeeded in improving student learning outcomes.
ABSTRAKPembelajaran matematika yang cenderung monoton akan menyebabkan rasa bosan dan bagi peserta didik. Hal ini bisa dilihat dari antusiasme mereka mengikuti pembelajaran. Mereka perhatian ketika guru memberikan materi dan contoh soal, tetapi ketika mengerjakan soal, mereka mengalami kesulitan. Oleh karena itu, maka perlu dipikirkan cara penyajian dan suasana pembelajaran matematika yang cocok buat peserta didik, sehingga peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Model yang cocok adalah model kooperatif. Salah satu model kooperatif adalah tipe STAD. Pada tipe ini guru memberikan suatu materi, yang selanjutnya dalam kelompok peserta didik akan diperdalam lebih lanjut. Pada saat guru presentasi, peserta didik harus benar-benar memperhatikan, sehingga nantinya ketika mengerjakan kuis tidak mengalami kesulitan.Dalam kelompoknya, semua peserta didik dipastikan dapat menguasai materi yang dipelajari.Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar Matematika pada materi vektor pada peserta didik kelas X MIPA 1 semester genap Tahun Ajaran 2019/2020 setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi dan tes. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptik analitik yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari hasil kuis yang diolah dengan menggunakan deskripsi persentase dan data kualitatif yang diperoleh dari observasi tentang kegiatan guru dan peserta didik dijadikan dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil belajar peserta didik dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Untuk siklus I nilai rata-ratanya 54,17. Sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya 67,92. Persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus I sebesar 37,50% dan pada siklus II sebesar 79,20%. Dengan demikian hipotesis penelitian ini terbukti. Tindakan dikatakan berhasil jika ada peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II dan persentase peserta didik yang mencapai nilai KKM (tuntas) sudah mencapai minimal 75%. Maka PTK ini dinyatakan telah berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik.