scholarly journals PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP COMMUNICATION APPREHENSION PADA MAHASISWA BARU TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

Psibernetika ◽  
2020 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
Author(s):  
Nur Fitriyana ◽  
Puti Febrina Niko

<p>Kemampuan berkomunikasi yang baik merupakan merupakan modal yang penting dalam proses penyebaran informasi, ilmu pengetahuan dan menunjang proses pembelajaran di kampus khususnya dalam mengekspresikan gagasan kepada orang lain. Beda halnya pada waktu duduk dibangku sekolah, di Perguruan tinggi seorang mahasiswa dituntut agar bisa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar serta lebih mandiri dalam mencari informasi-informasi perkuliahan. Oleh karena itu, mahasiswa yang baru memasuki dunia kampus harus mampu beradaptasi dengan pola yang ada di kampus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh efikasi diri terhadap communication apprehension pada mahasiswa baru tahun pertama. Penelitian ini menggunakan kajian survey dengan skala penelitian. Populasi penelitian merupakan mahasiswa tahun. Teknik pengambilan sampel digunakan dalam penelitian ini yaitu quota random sampling. Teknik pengelohan data menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel tergantung (communication apprehension) dan variabel bebas (efikasi diri). Adapun hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa efikasi diri memiliki pengaruh terhadap communication apprehension pada mahasiswa baru tahun pertama Universitas Muhammadiyah Riau. Pada tabel 1 menunjukan r yaitu 0,503 dengan signifikansi 0,000. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh efikasi diri terhadap communication apprehension pada mahasiswa baru tahun pertama Universitas Muhammadiyah Riau. Dari hasil uji regresi sederhana bahwa variable efikasi diri berpengaruh terhadap communication apprehension sebesar 17,3% sedangkan sisanya 82,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Skor koefisien pengaruh efikasi diri memiliki persentasi menunjukan skor yang berarah negatif terhadap communication apprehension. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi efikasi diri maka semakin rendah communication apprehension dan sebaliknya</p>

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 6
Author(s):  
Nurjihan Begum Amir ◽  
' Witriani

Mahasiswa Fakultas Psikologi UNPAD dituntut memiliki kompetensi berkomunikasi yang baik. Data awal menunjukkan terdapat indikasi mahasiswa mengalami perasaan cemas saat berkomunikasi di depan umum ketika proses pembelajaran berlangsung yang disebut sebagai Communication Apprehension (CA). Communication Apprehension adalah level ketakutan atau kecemasan yang dimiliki individu baik ketika membayangkan maupun pada saat berbicara dengan seseorang atau orang banyak (McCroskey, 1984). Pada proses komunikasi, Self memegang peranan penting terutama Self-Esteem. Self-Esteem menentukan bagaimana individu memandang pesan, merespon pesan, dan menginterpretasikan pesan. Self-Esteem adalah sikap individu baik positif maupun negatif terhadap dirinya secara keseluruhan (Rosenberg, 1995). Self-Esteem berperan sebagai filter di setiap interaksi dengan orang lain.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran Self-Esteem berdasarkan tingkat Communication Apprehension pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNPAD dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Partisipan pada penelitian ini sebanyak 234 mahasiswa yang terdiri dari 29 laki-laki dan 205 perempuan dengan masa studi berada pada tahun pertama (2017) sampai tahun ke empat (2014) yang diperoleh melalui teknik simple random sampling. Data diperoleh menggunakan alat ukur Communication Apprehension yang diterjemahkan dari McCorskey (1970) yaitu PRSPA dengan koefesien Cronbach’s Alpha sebesar 0.942 dan validitas menggunakan CFA yang menujukkan alat ukur tersebut good fit.  Serta alat ukur Self-Esteem dari Rosenberg (1965) yaitu SERS dengan coefesien Cronbach’s Alpha sebesar 0.827 dan validitas menggunakan CFA.Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas atau lebih dari setengah mahasiswa memiliki tingkat Self-Esteem tinggi (68.4%). Tinggi rendahnya Self-Esteem searah dengan tinggi rendahnya Self-Competence dan Self-Liking. Tinggi rendahnya CA berkebalikan dengan tinggi rendahnya Self-Esteem. Mayoritas mahasiswa mengalami kondisi CA sedang dan memiliki Self-Esteem tinggi. Hal ini ditemukan pada mahasiswa yang menyukai suku bangsanya (53.4%), berada pada rentang usia 18-21 tahun (50.8%) serta kategori tingkat prestasi sangat memuaskan dan dengan pujian (52.1%). Sedangkan, mayoritas mahasiswa dengan kategori prestasi akademik memuaskan memiliki Self-Esteem rendah. Jenis kelamin laki-laki mayoritas berada pada tingkat CA rendah dan Self-Esteem tinggi (6.8%). Sedangkan untuk responden dengan jenis kelamin perempuan mayoritas berada pada kategori tingkat CA sedang dan Self-Esteemtinggi (50.4%). 


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 123
Author(s):  
Aisha Faryal ◽  
Habibullah Pathan ◽  
Amina Bibi Bhatti ◽  
Aisha Bhatti

In Pakistan, English is used as a second language in all academic and professional domains. Achieving oral fluency becomes obligatory for students so that they can proficiently participate in the formal discussions, debates and presentations. Communication Apprehension is the fear of speaking. It hinders the speakers from communicating confidently and fluently. The purpose of this paper is to explore the feelings of students during communication and to identify the level of oral communication apprehension faced by engineering students. In this study, quantitative method was used to measure communication apprehension among the respondents. Data was collected through surveys by using random sampling procedure and analysed through the SPSS software. An adapted version of McCroskey PRCA-24 instrument was used to conduct data, 18 items were selected according to requirement of this study. The questionnaire comprises of twenty-four items for respondent’s feelings while their communication with peers majorly in four tasks of communication: group discussions, meetings, interpersonal conversations and public speaking.The “meeting” section was omitted. The questionnaire was developed to measure the respondents’ communication apprehension in the above stated communicative tasks. The findings of the study show that the students have high communication apprehension during participation in public speaking and formal discussions whereas low apprehension was reported during participation in group discussions.


Author(s):  
Nurjihan Begum Amir

Mahasiswa Psikologi UNPAD dituntut memiliki kompetensi berkomunikasi yang baik. Data awal menunjukkan terdapat indikasi mahasiswa mengalami perasaan cemas saat berkomunikasi di depan umum ketika proses pembelajaran berlangsung yang disebut sebagai Communication Apprehension (CA). Pada proses komunikasi, Self memegang peranan penting terutama Self-Esteem. Self-Esteem menentukan bagaimana individu memandang pesan, merespon pesan, dan menginterpretasikan pesan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Self-Esteem berdasarkan tingkat Communication Apprehension pada mahasiswa Psikologi UNPAD dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan partisipan sebanyak 234 mahasiswa yang terdiri dari 29 laki-laki dan 205 perempuan yang diperoleh melalui teknik simple random sampling. Data diperoleh menggunakan alat ukur Communication Apprehension yang diterjemahkan dari McCorskey (1970) yaitu PRSPA dengan koefesien Cronbach’s Alpha sebesar 0.942 dan validitas menggunakan CFA yang menujukkan alat ukur tersebut good fit. Serta alat ukur Self-Esteem dari Rosenberg (1965) yaitu SERS dengan coefesien Cronbach’s Alpha sebesar 0.827 dan validitas menggunakan CFA.Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah mahasiswa memiliki tingkat Self-Esteem tinggi (68.4%).. Tinggi rendahnya CA berkebalikan dengan tinggi rendahnya Self-Esteem. Mayoritas mahasiswa mengalami kondisi CA sedang dan memiliki Self-Esteem tinggi. Hal ini ditemukan pada mahasiswa yang menyukai suku bangsanya (53.4%), berada pada rentang usia 18-21 tahun (50.8%) serta kategori tingkat prestasi sangat memuaskan dan dengan pujian (52.1%). Sedangkan, mayoritas mahasiswa dengan kategori prestasi akademik memuaskan memiliki Self-Esteem rendah. Jenis kelamin laki-laki mayoritas berada pada tingkat CA rendah dan Self-Esteem tinggi (6.8%). Sedangkan untuk responden dengan jenis kelamin perempuan mayoritas berada pada kategori tingkat CA sedang dan Self-Esteem tinggi (50.4%).


Author(s):  
C. C. Clawson ◽  
L. W. Anderson ◽  
R. A. Good

Investigations which require electron microscope examination of a few specific areas of non-homogeneous tissues make random sampling of small blocks an inefficient and unrewarding procedure. Therefore, several investigators have devised methods which allow obtaining sample blocks for electron microscopy from region of tissue previously identified by light microscopy of present here techniques which make possible: 1) sampling tissue for electron microscopy from selected areas previously identified by light microscopy of relatively large pieces of tissue; 2) dehydration and embedding large numbers of individually identified blocks while keeping each one separate; 3) a new method of maintaining specific orientation of blocks during embedding; 4) special light microscopic staining or fluorescent procedures and electron microscopy on immediately adjacent small areas of tissue.


2019 ◽  
Vol 4 (6) ◽  
pp. 1445-1461
Author(s):  
Amee P. Shah ◽  
Mary Lou Galantino

Purpose Nationwide, upward trends exist in student issues with anxiety, stress, depression, and lowered classroom performance. As emotional awareness and emotional regulation skills are typically not addressed in professional discipline-specific courses, students experience challenges in their academic performance. This pilot research explored the effect of brief targeted classroom practices within an empowerment-based framework on domains of emotional intelligence. Method Twenty-two students in an undergraduate speech-language pathology class received a 13-week, biweekly, 15-min session of empowerment-based worksheet exercises to develop increased self-esteem, emotional awareness and regulation, and communication. Assessments of self-esteem, emotional intelligence, communication competence, and communication apprehension were conducted using validated scales, namely, the Rosenberg Self-Esteem Scale ( Rosenberg, 1965 ), the Quick Emotional Intelligence Self-Assessment ( Mohapel, 2015 ), the Self-Perceived Communication Competence Scale ( McCroskey & McCroskey, 2013 ), and the Personal Report of Communication Apprehension ( McCroskey, 1982 ), respectively. Midsemester and semester-end student reflections were collected. Results Paired t tests were significant in self-esteem and emotional quotient, including subdomains of emotional awareness, emotional management, social emotional awareness, and relational management. Significance was noted in communication competence in the subdomains of dyad interaction, stranger interaction, and acquaintance. Students' reflection showed significant improvement in empowerment and self-rated improvements in confidence, communication, connections with peers, and trust with instructor. Conclusion Preliminary evidence demonstrates positive outcomes with integration of intentional classroom exercises to build emotional intelligence (including emotional awareness and regulation), self-esteem, and communication. This empowerment model may assist faculty in developing effective pedagogical strategies to build students' self-resiliency.


Author(s):  
Evi Mariana

The purpose of this study was to analyze the factors that influence the decisionof the students chose to study in Obstetrics Prodi STIKES Muhammadiyah Ciamis and analyze the factors that most influence the decision of the students chose to study in Obstetrics Prodi STIKES Muhammadiyah Ciamis. Collecting data in this study was conducted using a survey by questionnaire to 114 students by stratified random sampling method. Methods of data analysis using multiple linear regression, F test and test T. The result is a marketing mix that significantly is the product, place, and physical evidence. And that does not affect the marketing mix is price, promotion, place, and processes


2014 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 56
Author(s):  
Putri Zalika Laila M.K

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah sekelompok sindrom yang berkaitan erat yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah. Pada umumnya faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan tekanan darah dengan kejadian penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI periode Januari-Desember 2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional di bagian ilmu penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI dan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan cara pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Dari 200 subjek penelitian, penyakit jantung yang mempunyai hipertensi sebanyak 100 dan yang tidak hipertensi sebanyak 100. Hasil analisis didapatkan jumlah pada subjek hipertensi yang terkena penyakit jantung koroner sebesar 64(64%) sedangkan pada non hipertensi yang terkena penyakit jantung koroner didapatkan sebanyak 32(32%). Rasio prevalensi didapatkan adalah 2,00 dengan interval kepercayaan 95% antara 1,450-2,758. Hasil analisis chi-squeare didapatkan nilai X2 didapatkan hasil 19,251 dan nilai p: 0,000 yang artinya ada hubungan faktor risiko antara hipertensi dengan penyakit jantung koroner dengan taraf significant sangat bermakna. Hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner, penderita hipertensi berisiko 2 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner.


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
AKBAR SUDIRMAN

AbstrakPengaruh Latihan Beban terhadap Kemampuan Pukulan Forehand Topspin dalam Pemainan Tenismeja pada Mahasiswa Olahraga Universitas Muhammadiyah Luwuk.Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui. Apakah ada pengaruh latihan beban terhadap kemampuan pukulan forehand topspin dalam permainan tenismeja pada Mahasiswa Olahraga Universitas Muhammadiyah Luwuk.Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa putra Prodi. Pendidikan Olahraga UML yang telah lulus tenismeja dasar. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling sehingga yerpilih sebanyak 20 mahasiswa untuk diberikan latihan beban Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan inferensial melalui program SPSS 20 pada taraf signifikan α = 0.05.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Ada pengaruh yang signifikan latihan beban terhadap kemampuan pukulan forehand topspin dalam permainan tenismeja terbukti adanya peningkatan dari nilai rata-rata 9,00 meningkat menjadi 10,75. Kesimpulan bahwa latihan beban berpengaruh terhadap kemampuan pukulan forehand topspin dalam permainan tenismeja.Kata kunci: Latihan Beban. Kemampuan Forehand Topspin


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document