scholarly journals RISIKO FAKTOR PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWERIGADING KOTA PALOPO TAHUN 2012

2018 ◽  
Author(s):  
Rahmah Tahir

Secara global 23% dari kematian neonatal dikaitkan dengan asfiksia lahir. Beberapa penelitian menyebutkan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum diantaranya yaitu persalinan (ketuban pecah dini, partus lama, dan jenis persalinan).Penelitian ini bertujuan untukmengetahui risiko faktor persalinan dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Sawerigading Kota Palopo tahun 2012.Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan Case Control Study. Sampel penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dan ibu yang melahirkan bayi tidak dengan asfiksia neonatorum. Cara pengambilan sampel dengan mengambil semua ibu yang melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum untuk kelompok kasus dan systematic random sampling untuk kelompok kontrol, dengan besar sampel 182. Perbandingan kasus dengan kontrol 1:1. Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji odds ratio(OR).Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuban pecah dini (OR=2,471; 95%CI 1,333-4,581), partus lama (OR=3,417; 95%CI 1,541-7,576), dan jenis persalinan (OR=4,444; 95%CI 2,342-8,433).Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus selalu siaga terhadap kondisi-kondisi yang dapat membahayakan ibu maupun bayi, utamanya ibu yang mengalami ketuban pecah dini, partus lama dan terdeteksi lahir prematur. Untuk itu dibutuhkan keterbukaan terhadap kondisi pasien sehingga ibu dapat lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi persalinan. Peningkatan keterampilan petugas kesehatan melalui pelatihan tentang manajemen asfiksia neonatorum dan teknik resusitasi agar mengurangi kematian bayi akibat asfiksia neonatorum

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 20-29
Author(s):  
Safun Rahmanto ◽  
Khaiyatul Aisyah

ABSTRAK Latar belakang : Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degenerative yang ditandai dengan hilangnya tulang rawan articular dan terjadi peradangan sinovial yang menyebabkan kekakuan sendi, nyeri dan kehilangan mobilitas sendi. Ada banyak faktor risiko osteoarthritis lutut, salah satunya  adalah riwayat cidera lutut. Cidera lutut menurunkan kestabilan sendi lutut pada bantalan beban tubuh. Cidera lutut meningkatkan risiko osteoarthritis pada area kontak tibiofemoral dan tekanan pada  cidera meniscal, sehingga menyebabkan unstabil sendi berupa ligament sprain dan lesi pada chondral atau dengan mengganggu sistem neuromuskular. Individu dengan riwayat trauma sendi 3-6 kali lebih berpotensi terjadinya osteoarthritis lutut. Dalam 5 tahun cedera, lutut mengalami perubahan struktural seperti, perubahan komposisi tulang rawan, dan perubahan pada struktur  ulang. Tujuan Penelitian : Menganalisis hubungan antara riwayat cidera lutut terhadap pasien yang berpotensi osteoarthritis lutut di Puskesmas Dinoyo Kota Malang.  etode Penelitian : Desain penelitian menggunakan Case Control Study dengan jumlah sampel 120 responden di Puskesmas Dinoyo Kota Malang yang  diambil dengan metode Simple Random Sampling. Pengambilan data untuk mengetahui riwayat cidera lutut dinilai dengan kuesioner OA Risk C dan wawancara mendalam. Potensi adanya osteoarthritis lutut dinilai menggunakan pemeriksaan fisik, skala jette dan data sekunder dari Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Hasil : Hasil penelitian dengan uji Chi-Square terhadap Riwayat cidera lutut dikaitkan dengan osteoarthritis lutut dalam penelitian ini didapatkan nilai signifikan lebih kecil dari alpha 5% (0,00 < 0,05) dengan Odds Ratio [OR= 5,82 (95% CI 2,54-13,35)]. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat cidera lutut terhadap pasien yang berpotensi osteoarthritis lutut di Puskesmas Dinoyo Kota Malang dan orang yang  memiliki riwayat cidera lutut berpeluang 5  kali lebih besar menderita osteoarthritis lutut daripada orang yang tidak memiliki riwayat cidera lutut.  


2013 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 136-140
Author(s):  
Zulmeliza Rasyid

Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru-paru (alveoli) yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Kasus pneumonia anak balita di RSUD Bangkinang ruang perawatan anak meningkat menjadi 133 kasus tahun 2012 dan menduduki urutan ke tiga tertinggi dari sepuluh penyakit terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita di Ruang Perawatan Anak RSUD Bangkinang. Metode penelitian menggunakan jenis desain Case Control Study. Pneumonia untuk populasi anak balita yang rawat inap di RSUD Bangkinang. Pengambilan sampel kasus dilakukan dengan mengambil seluruh kasus yang ada pada tahun 2009-2012 dan untuk sampel kontrol diambil secara systematic random sampling dari balita yang tidak menderita pneumonia. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang paling dominan antara pendidikan ibu (C.I 95%:OR=1,981-6,198), jenis kelamin (C.I 95%:OR=1,633-3,989), pekerjaan ibu (C.I 95%:OR=1,335-3,231), pemberian ASI eksklusif (C.I 95%:OR=1,146-2,770) dan status imunisasi (C.I 95%:OR=1,02-2,54) dengan kejadian pneumonia anak balita. Diharapkan Dinas kesehatan bekerja sama dengan pihak RSUD Bangkinang yang berkoordinasi dengan unit penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKM-RS) melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan mengenai penyakit pneumonia khususnya kepada ibu yang berpendidikan rendah, ibu yang bekerja terutama yang mempunyai anak balita laki-laki


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 961-971
Author(s):  
Andi Sitti Umrah ◽  
Andi Kasrida Dahlan

Latar Belakang : Komplikasi persalinan merupakan kesakitan pada ibu bersalin baik secara langsung ataupun tidak langsung termasuk penyakit menular atau tidak  menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Tujuan: Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan komplikasi persalinan di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan““case control study”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin pada peroide bulan Februari-April di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja tahun 2020 sebanyak 65 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin pada peroide bulan Februari-April 2020 di RSUDsebanyak 44 orang, dibagi menjadi dua bagian yaitu kelompok kasus sebanyak 22 orang dan kelompok kontrol sebanyak 22 orang. Tehnik penarikan menggunakan systematic random sampling.  Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data diolah menggunakan SPSS versi 23 dan dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan uji statistik chi-square, serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil: Ada hubungan pemeriksaan kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja, dengan nilai ρ value = ,007 < nilai α =,05. Ada hubungan status gizi selama hamil dengan kejadian komplikasi persalinan di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja dengan nilai ρ value = ,04 < nilai α =,05. Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian komplikasi persalinan di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja, dengan nilai ρ value = ,018 < nilai α =,05. Kesimpulan: Ada hubungan pemeriksaan kehamilan, status gizi selama hamil, dan aktivitas fisik selama hamil dengan kejadian komplikasi persalinan di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja.    Kata kunci : Pemeriksaan kehamilan, status gizi, aktivitas fisik, komplikasi persalinan.


2013 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 136-140
Author(s):  
Zulmeliza Rasyid

Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru-paru (alveoli) yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Kasus pneumonia anak balita di RSUD Bangkinang ruang perawatan anak meningkat menjadi 133 kasus tahun 2012 dan menduduki urutan ke tiga tertinggi dari sepuluh penyakit terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita di Ruang Perawatan Anak RSUD Bangkinang. Metode penelitian menggunakan jenis desain Case Control Study. Pneumonia untuk populasi anak balita yang rawat inap di RSUD Bangkinang. Pengambilan sampel kasus dilakukan dengan mengambil seluruh kasus yang ada pada tahun 2009-2012 dan untuk sampel kontrol diambil secara systematic random sampling dari balita yang tidak menderita pneumonia. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang paling dominan antara pendidikan ibu (C.I 95%:OR=1,981-6,198), jenis kelamin (C.I 95%:OR=1,633-3,989), pekerjaan ibu (C.I 95%:OR=1,335-3,231), pemberian ASI eksklusif (C.I 95%:OR=1,146-2,770) dan status imunisasi (C.I 95%:OR=1,02-2,54) dengan kejadian pneumonia anak balita. Diharapkan Dinas kesehatan bekerja sama dengan pihak RSUD Bangkinang yang berkoordinasi dengan unit penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKM-RS) melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan mengenai penyakit pneumonia khususnya kepada ibu yang berpendidikan rendah, ibu yang bekerja terutama yang mempunyai anak balita laki-laki


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 45-50
Author(s):  
Ulfa Ultriani

Berdasarkan data dari program Kesehatan Ibu & Anak (KIA) Kabupaten atau Kota tahun 2018 di Provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah kematian neonatal adalah 257 kasus dengan penyebab kematian diantaranya BBLR, asfiksia, kelahiran congenital, sepsis, ikterus  dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Sekota Kendari. Penelitian dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan case control study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir di ruang bersalin Rumah Sakit sekota Kendari pada tahun 2018 yang berjumlah 1.021 bayi. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 88 orang terbagi dua yakni 44 orang kelompok kasus dan 44 orang untuk kelompok kontrol. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik simpel random sampling. Data diolah menggunakan uji chi square dan odds ratio. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa anemia berhubungan dengan kejadian BBLR (pvalue =0,001, OR=4,610). Status gizi berhubungan dengan kejadian BBLR (pvalue =0,000, OR=6,359). Pelayanan antenatal berhubungan dengan kejadian BBLR (pvalue =0,003, OR=4,173). Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan anemia, status gizi, umur ibu, pendapatan keluarga dan pelayanan antenatal dengan kejadian berat badan lahir rendah. Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah Dinas Kesehatan diharapkan membuat kebijakan dan menerapkan kebijakan tentang program usia sehat untuk melahirkan anak dalam rangka pencegahan terhadap faktor risiko melahirkan bayi dengan BBLR. Kata Kunci    :  Berat Badan Lahir Rendah, Anemia, Status Gizi.


Nursing Arts ◽  
2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 16-21
Author(s):  
Radeny Ramdany ◽  
Elisabeth Samaran

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Genus Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Hingga saat ini malaria masih menjadi masalah kesehatan global yang utama karena sering menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematian. Insiden malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 menurun dibanding tahun 2007 tetapi di Papua Barat mengalami peningkatan tajam. Hal ini menempatkan Papua Barat di posisi ke-3 propinsi dengan prevalensi malaria tertinggi setelah Papua dan Nusa Tenggara Timur dan Kota Sorong menjadidaerahdengan jumlah penderita malaria tertinggi di Propinsi Papua Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan perilaku masyarakat terhadap kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Klasaman Kota Sorong. Hipotesis penelitian yaitu status gizi dan perilaku masyarakat berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Klasaman Kota Sorong. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Klasaman Kota Sorong. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain case-control study. Variabel independen adalah status gizi, penggunaan kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, dan kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari, sedangkan variabel dependen adalah kejadian malaria.Sampel adalah penderita malaria sebanyak 144 yang terdiri dari 72 kasus dan 72 kontrol. Kasus adalah penderita malaria sedangkan kontrol bukan penderita malaria, dengan matching menurut umur dan jenis kelamin. Teknik penarikan sampel untuk kelompok kasus yaitu simple random sampling dan kelompok kontrol yaitu purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pengamatan menggunakan checklist. Uji statistik bivariat menggunakan Odds Ratio dengan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi, penggunaan kelambu, penggunaan obat anti nyamuk dan kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Klasaman Kota Sorong tahun 2016. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih luas dengan jumlah sampel yang lebih besar agar diketahui seberapa besar variabel tersebutmempengaruhi kejadian malaria, karena seperti yang kita ketahui bahwa penyakit malaria merupakan interaksi dari berbagai faktor yang berhubungan dengan status gizi dan perilaku termasuk penggunaan kelambu, obat anti nyamuk dan kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 141
Author(s):  
A. fitria Nur Annisa ◽  
A. zulkifli Abdullah ◽  
Syamsiar R Russeng

Jumlah kasus Kelainan Refraksi di BKMM Kota Makassar tahun 2016 sebanyak 8105 kasus (29%). Penelitian bertujuan untuk menilai besar risiko jenis kelamin, riwayat keluarga, kebiasaan membaca buku dan kebiasaan menonton televisi terhadap kejadian miopia pada anak (<20 tahun) di BKMM Kota Makassar Tahun 2017. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan case control study. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik sistematik random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 164 orang anak (<20 tahun) yang terdiri dari 82 kasus dan 82 kontrol. Data dianalisis menggunakan uji Odds Ratio dan multiple logistic regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berisiko terhadap kejadian miopia, yaitu jenis kelamin (OR= 2,939; 95%CI: 1,543-5,600), riwayat keluarga (OR= 3,839; 95%CI: 1,961-7,518), jarak membaca buku (OR= 8,517; 95%CI: 3,764-19,273), durasi membaca buku (OR= 3,546; 95% CI: 1,662-7,565), jarak menonton televisi (OR= 3,864; 95%CI: 1,518-5,403) dan durasi menonton televisi (OR= 7,474; 95%CI: 3,463-16,129). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa durasi menonton televisimerupakan faktor yang paling berisiko terhadap kejadian miopia (OR= 18,457; 95%CI: 5,081-67,050). Kesimpulannya, variabel jenis kelamin, riwayat keluarga, kebiasaan membaca buku dan kebiasaan menonton televisi merupakan faktor risiko kejadian miopia anak (<20 tahun) di BKMM Kota Makassar.


2018 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 170-176
Author(s):  
Suzana Fabella Putri

Haemorhagia are the main factor of dying mother. According to the Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) in 2007, dying mother causes by haemorhagia reached opver 60%. Haemorhagia post partum which was happened in RSUD M. Yunus Bengkulu in the year 2011 had a significant number  which are 208 cases. This researched have a purpose to known the relation between overdistention uterus and haemorhagia post partum in RSUD M. Yunus Bengkulu in the year 2011.Research conducted analytic survey with case control study design. The research was conducted in July until August 2012.The population are the mother who giving a birth which number 2.244 with quantity of sample are 416 with a ratio of 1:1 and separated by 208 sample taken as total sampling for the cases and 208 sample taken as systematic random sampling for the control. Data analysis has served in univariat and bivariat analysis. The result showed from 208 haemorhagia post partum cases, small percentage (20,7%) of mother had makrosomia babies and a small portion (12,5%) of mother who had gamelli babies and small amount (6,2%) of mother  got polyhidramnion case. The result of statistical test found a significant association between overdistention uterus with haemorhagia post partum. Expected for health workers  to be more carefull and to have early identitifed of haemoraghia post partum risk factors so that can make great decision.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 448-455
Author(s):  
Sr. Anita Sampe SJMJ ◽  
Rindani Claurita Toban ◽  
Monica Anung Madi

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Salah satu penyebab stunting pada balita yaitu pemberian ASI eksklusif yang tidak diberikan selama 6 bulan karena ASI sangat dibutuhkan dalam masa pertumbuhan bayi agar kebutuhan gizinya tercukupi. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan case control study pada 144 responden yang terdiri dari 72 responden kasus dan 72 responden kontrol, responden merupakan orang tua dari balita yang didiagnosis stunting dan non-stunting. Pengambilan sampel menggunakan teknik  cluster random sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan alat ukur mekanik. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dan dilanjutkan menggunakan uji odds ratio. Didapatkan hasil uji chi-square p = 0.000 (0.000 < 0.05), hal ini menunjukkan ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Sedangkan pada uji odds ratio didapatkan nilai OR = 61 yang artinya balita yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang 61 kali lipat mengalami stunting dibandingkan balita yang diberi ASI eksklusif. ASI eksklusif dapat mengurai risiko terjadinya stunting.


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
Author(s):  
Mariem Hajji-Louati ◽  
Emilie Cordina-Duverger ◽  
Nasser Laouali ◽  
Francesca-Romana Mancini ◽  
Pascal Guénel

AbstractDietary regimens promoting inflammatory conditions have been implicated in breast cancer development, but studies on the association between pro-inflammatory diet and breast cancer risk have reported inconsistent results. We investigated the association between the inflammatory potential of diet and breast cancer risk in a case–control study in France including 872 breast cancer cases and 966 population controls. All women completed a food frequency questionnaire that was used to compute a Dietary Inflammatory Index (DII) based on the inflammatory weight of 33 dietary components. The DII ranged from a median of − 3.22 in the lowest quartile (anti-inflammatory) to + 2.96 in the highest quartile (pro-inflammatory). The odds ratio contrasting quartile 4 to quartile 1 was 1.31 (95% CI 1.00, 1.73; p-trend = 0.02). Slightly higher odds ratios were observed in post-menopausal women, particularly those with body mass index > 25 kg/m2 (odds ratio 1.62; 95% CI 0.92, 2.83; p-trend = 0.02), and among ever smokers (odds ratio 1.71; 95% CI 1.11, 2.65; p-trend 0.01). The analyses by breast cancer subtype showed that the DII was associated with breast tumors that expressed either the estrogen (ER) or progesterone (PR) hormone receptors or the Human Epidermal Growth Factor Receptor-2 (HER2), but no association was seen for the triple negative breast tumor subtype. Our results add further evidence that a pro-inflammatory diet is associated with breast cancer risk with possible effect variation according to tumor subtype.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document