Informasi spasial curah hujan dibutuhkan oleh berbagai sektor namun karena keterbatasan pengamatan, proses interpolasi harus dilakukan. Metode interpolasi spasial terbaik untuk suatu tempat perlu ditentukan secara khusus. Penggunaan metode interpolasi Inverse Distance Weight (IDW) P=5 di Stasiun Klimatologi Malang perlu dikaji ulang. Tujuan penelitian ini adalah mencari justifikasi parameter interpolasi, membandingkan hasil interpolasi, dan pada akhirnya menentukan metode interpolasi terbaik untuk curah hujan bulanan Jawa Timur. Tiga metode yang diperbandingkan adalah IDW, Ordinary Kriging (OK), dan Regression Kriging (RK). Data curah hujan bulanan yang digunakan adalah 197 titik selama 204 bulan. Prediktor RK menggunakan ketinggian, kelerengan, dan estimasi curah hujan satelit. Parameter interpolasi seperti ukuran piksel, jumlah pencarian (NN), model variogram, dan power IDW dijustifikasi terlebih dahulu. Korelasi spasial digunakan untuk membandingkan hasil interpolasi. Validasi silang lipat sepuluh digunakan untuk menghasilkan galat. Galat interpolasi yang digunakan berupa nilai dan selisih kategori warna peta standar. RMSE dan MAE digunakan sebagai parameter validasi. Analisis waktu komputasi juga dilakukan. Piranti lunak R Statistics dan QGIS digunakan untuk membentuk bahan maupun mencari parameter interpolasi sedangkan interpolasi dilakukan menggunakan SAGA. Parameter interpolasi ditentukan sebagai berikut: ukuran piksel=0,01; NN=9; model variogram sperikal dengan Nugget=0, Sill=1, dan range bervariasi; power IDW=1,5. Hasil interpolasi RK jauh berbeda dari IDW maupun OK. Secara umum, IDW memiliki galat paling kecil (MAE kategori=0,871) dibandingkan OK (0,890) maupun RK (1,188).