Abstrak
Penelitian ini mencoba untuk memahami politik kolonial yang dilakukan terhadap bangsa Turkistan dalam novel Nights in Turkistan karya Najib Al-Kailani melalui perspektif filsafat politik Giorgio Agamben. Lokus utama penelitian ini dengan perspektif tersebut mencoba menyibak proses normalisasi paradigma politik kolonial yang terdiri dari kekuasaan berdaulat, state of exception, bare life (ketelanjangan hidup), dan homo sacer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan karena sumber data dalam penelitian ini berupa data tekstual yang terdiri dari kata, kalimat, paragraf dari objek material penelitian. Praktik kolonial yang dijalankan oleh pihak Cina dan Rusia menjadikan bangsa Turkistan mengalami degradasi eksistensinya baik dari aspek sosial, politik, maupun budaya. Karena itu penelitian ini akan menyibak lebih dalam proses kolonial yang dilakukan oleh Cina dan Rusia dari kritik filsafat politik Giorgio Agamben. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, praktik kolonialisme membawai konsekuensi kekuasaan berdaulat yang mencari legalitas hukum sekaligus penangguhan hukum terhadap aksi koloni; kedua, bangsa Turkistan yang tereduksi dan terdegradasi eksistensinya rentan terhadap tindakan koersif kolonial sehingga mereka tidak memiliki aksesibilas yang sempurna.
Kata kunci: State Of Exception, Homo Sacer dan Layaly Turkistan
Abstract
This paper examines to understand the colonial politics that was carried out against the Turkistan people in Najib Al-Kailani's novel Nights in Turkistan through the framework of Giorgio Agamben's political philosophy. The main focus of this research with this perspective is trying to uncover the process of normalizing the colonial political paradigm, which consists of sovereign power, state of exception, bare life, and homo sacer. This research uses the descriptive qualitative method. This method is used because the data of this research is textual data consisting of words, sentences, paragraphs by the material object. The colonial practices carried out by the Chinese and Russians made the Turkistan nation experience a degradation of its existence from both social, political, and cultural aspects. Thus, this research will reveal more deeply the colonial process carried out by China and Russia than Giorgio Agamben's critique of political philosophy. The results of this study indicate that first, the practice of colonialism carries the consequences of sovereign power seeking legality as well as legal suspension of colony actions; second, the Turkistan peoples who were reduced and degraded in existence were vulnerable to colonial coercive action so that they did not have perfect accessibility.
Keyword: State Of Exception, Homo Sacer dan Layaly Turkistan