INTERNASIONAL JURNAL RISET PEMBELAJARAN (IJRP)​
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

6
(FIVE YEARS 6)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By ALPPI (Aliansi Pendidik Dan Penguji Indonesia)

2722-4716

Author(s):  
Budi Utami
Keyword(s):  

Hasil belajar (pretest) peserta didik pada materi Matriks menunjukkan bahwa di kelas XI IPA 1 masih banyak peserta didik yang belum memperoleh nilai KKM. Dari 34 peserta didik hanya 11 peserta didik (32,35%) yang mencapai KKM, sedangkan yang lain masih di bawah KKM. Nilai tersebut diperoleh karena mayoritas peserta didik menjawab soal tetapi salah secara konsep bahkan banyak juga dari mereka yang tidak menjawab soal yang diberikan. Hasil belajar (pretest) tersebut mengindikasikan bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru kurang cocok untuk memfasilitasi karakter peserta didik yang aktif. Dari hasil analisis dan karakteristik permasalahan tersebut diperlukan suatu strategi yang mampu untuk mengaktifkan dan mengkreatifkan peserta didik dalam pembelajaran, dengan strategi diskoveri inkuiri. Salah satunya menggunakan model pembelajaran Discovery Learning, sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar Matematika Materi Transformasi Geometri melalui model Discovery Learning bagi peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Salatiga pada Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019?; 2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar Matematika Materi Transformasi Geometri melalui model Discovery Learning bagi peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Salatiga pada Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019?. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Hasil penelitian menunjukkan melalui model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika materi Transformasi Geometri bagi Peserta didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Dari data empirik diperoleh hasil melalui penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar Transformasi Geometri dari 29,41% pada kondisi awal menjadi 94,12% pada kondisi akhir (siklus II). 2) Hasil penelitian menunjukkan melalui penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Transformasi Geometri bagi peserta didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Salatiga pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Dari data empirik diperoleh hasil melalui penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar Transformasi Geometri dari rerata 67,59 pada kondisi awal menjadi 85,03 pada kondisi akhir (siklus II). Persentase jumlah peserta didik yang tuntas pada kondisi awal dari 32,35% meningkat menjadi 100% pada kondisi akhir (siklus II). Itu artinya terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik sebesar 67,65%. Sehingga dapat disimpulkan melalui penggunaan Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Transformasi Geometri bagi peserta didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.


Author(s):  
Edy Suwanto
Keyword(s):  

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pendidik sejawat penyebab nilai sikap peserta didik yang masih kurang adalah karena peserta didik tidak menguasai atau memahami materi pelajaran. Cara mengajar pendidik yang cenderung hanya menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik merasa bosan, karena dengan metode ceramah peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat materi yang diberikan pendidik. Selain itu pembelajaran yang masih monoton dan searah, pendidik hanya berpedoman pada buku paket dalam mengajar. Hasil penilaian harian matematika pada kelas X MIPA 5 SMA Negri 1 Karangrayung Tahun Pelajaran 2018/2019 materi Persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel dari 31 peserta didik yang mengikuti penilaian harian, hanya 12 peserta didik yang “Tuntas”, sedangkan yang “Tidak tuntas” sebanyak 19 peserta didik. Persentase peserta didik yang tuntas sebesar 41,94% dan yang tidak tuntas sebesar 58,06%. Secara klasikal dikatakan masih belum tuntas atau tidak tuntas karena ketuntasannya masih dibawah 85%. Setelah diobservasi tentang nilai sikap, hasilnya tidak ada peserta didik yang nilai sikapnya kategori “Sangat Baik” atau 0,00%, sedangkan peserta didik yang nilai sikapnya kategori “Baik” ada 14 peserta didik (45.16%). Peserta didik yang nilai sikapnya kategori “Cukup” ada 17 peserta didik (54,84%), dan tidak ada peserta didik yang nilai sikapnya kategori “Kurang” atau 0,00%. Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah nilai sikap peserta didik Materi SPLTV Menggunakan Metel Concept Attainment Model Kelas X MIPA 5 SMA Negeri 1 Karangrayung Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019?; 2) Bagaimanakah hasil belajar peserta didik materi SPLTV Menggunakan Metel Concept Attainment Model kelas X MIPA 5 SMA Negeri 1 Karangrayung Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019?. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Concept Attainment Model dapat meningkatkan nilai sikap peserta didik kelas X MIPA 5 SMA Negeri 1 Karangrayung Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa nilai sikap peserta didik kategori sangat baik pada kondisi awal dan siklus siklus I sebesar 0,00% meningkat pada siklus II menjadi 6,45%. Sedangkan nilai sikap peserta didik kategori baik pada kondisi awal menunjukan angka sebesar 45,16% meningkat pada siklus I menjadi 70,97% dan meningkat pada siklus II menjadi 93,55%. Nilai sikap peserta didik kategori cukup pada kondisi awal sebesar 54,84% mengalami penurunan pada siklus I menjadi 29,03% dan pada siklus II menjadi 0,00%. Nilai sikap peserta didik kategori kurang pada kondisi awal, siklus I dan siklus II menunjukan angka 0,00%. Pembelajaran dengan model pembelajaran Concept Attainment Model dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik materi bahasan SPLTV di kelas X MIPA 5 SMA Negeri 1 Karangrayung Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik yang tuntas atau memperoleh nilai ≥ 70 pada kondisi awal sebesar 41,94% meningkat pada siklus I menjadi 67,74% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Sedangkan hasil belajar peserta didik yang tidak tuntas atau memperoleh nilai ≤ 70 pada kondisi awal sebesar 58,06% turun pada siklus I menjadi 32,26% dan pada siklus II turun menjadi 0,00%.


Author(s):  
Nuning Minarsih

Penelitian ini dilator belakangi oleh rendahnya pemahaman konsep polimorphisme, akan diupayakan pemecahanya dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Pemilihan model tersebut disesuaikan dengan konsep polimorphisme berbantuan video tutorial yang menuntut peserta didik untuk memperhatikan secara sungguh–sungguh tutorial yang disajikan dan mempraktekannya secara langsung. Kegiatan proses pembelajaran pada mata pelajaran Pemrograman Berorientasi Objek, menekankan pemberian pengalaman secara langsung. Oleh karena itu, para peserta didik perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses supaya mereka mampu memahami Konsep polimorphisme. Materi konsep polimorphisme ini akan lebih baik jika pembelajaran diberikan secara tutorial. Penelitian ini berusaha memecahkan masalah tentang masih rendahnya kualitas proses dan hasil belajar Pemrograman Berorientasi Objek pada materi konsep polimorphisme SMK N 8 Semarang dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Contextual Teaching and Learning. Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar polimorphisme dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning berbantuan video tutorial pada peserta didik peserta didik XI RPL 2 SMKNegeri 8 Semarang tahun 2018/2019?; 2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar konsep polimorphisme dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning berbantuan video tutorial pada peserta didik peserta didik XI RPL 2 SMK Negeri 8 Semarang tahun 2018/2019?. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) meningkatkan keaktifan belajar konsep polimorphisme dengan menggunakan model Conteptual Teaching and Learning berbantuan video tutorial pada peserta didik XI RPL 2 SMK Negeri 8 Semarang tahun 2018/2019. 2) Meningkatkan hasil belajar konsep polimorphisme dengan menggunakan model Conteptual Teaching and Learning dengan berbantuan video tutorial pada peserta didik XI RPL 2 SMK Negeri 8 Semarang tahun 2018/2019. Subjek penelitian adalah semua peserta didik Kelas XI RPL 2 SMK Negeri 8 Semarang dengan jumlah 34 peserta didik terdiri dari laki-laki 16 dan perempuan 18. Pemilihan kelas XI RPL 2 karena peneliti mengajar dikelas tersebut. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes diperoleh melalui nilai tes tertulis dan tes unjuk kerja. Tes tertulis adalah tes untuk mengetahui tingkat pengetahuan dengan memberi peserta didik beberapa pertanyaan tentang materi Konsep Polimorphisme. Sedangkan tes unjuk kerja adalah tes untuk mengetahui keterampilan peserta didik dalam berdiskusi. Teknik nontes dikumpulkan melalui angket lembar kerja dan kuesioner. Data nontes digunakan untuk mengetahui keaktifan, kekompakan kelompok dalam berdiskusi. Pengumpulan data non tes dilakukan dengan menggunakan Lembar pengamatan dan dokumentasi foto. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan peserta didik yang dibuktikan pada hasil pra siklus yang awalnya peserta didik yang tergolong aktif sebanyak 11 peserta didik (32,35%), sedangkan peserta didik yang tergolong tidak aktif sebanyak 23 peserta didik (67,65%), terjadi peningkatan keaktifan pada siklus I dengan kategori peserta didik yang aktif sebanyak 19 peserta didik (55,88%) dan kategori peserta didik tidak aktif sebanyak 15 peserta didik (44,12%). Pada siklus II hasil keaktifan peserta didik kembali mengalami peningkatan yaitu peserta didik kategori aktif meningkat menjadi 31 peserta didik (91,15%) sedangkan yang tergolong tidak aktif hanya 3 peserta didik (8,33%) saja. Hasil Belajar peserta didik mengalami peningkatan, yang dibuktikan pada hasil pra siklus yang awalnya peserta didik yang mendapat nilai tuntas hanya sebanyak 13 peserta didik (38,24%), sedangkan yang tidak tuntas ada sebanyak 21 peserta didik (67,76%). Terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik pada siklus I, yaitu peserta didik yang tuntas meningkat menjadi sebanyak 23 peserta didik (67,65%) dan peserta didik yang tidak tuntas berkurang menjadi 11 peserta didik (32,35 %). Hasil belajar peserta didik semakin meningkat pada siklus II dengan data peserta didik yang tuntas meningkat menjadi 33 peserta didik (97,5%) dan peserta didik yang tidak tuntas hanya 1 peserta didik (2,94%).


Author(s):  
Supriyadi

Pembelajaran seni musik materi bernyanyi lagu populer apabila dikaitkan dengan usia peserta didik sangat asing, walau dalam kehidupan sehari-hari mendengar dan menyanyikan lagu tersebut. Pembelajaran secara teori dan praktek dikelas masih asing dan jauh dari harapan. Perkembangan musik dan lagu menuntut ada aspek kreativitas, ekspresi, pemahaman lagu secara totalitas dan rasa percaya diri yang tinggi pada peserta didik. Pembuatan video bernyanyi secara kelompok tidak mudah dilakukan, dibutuhkan penguasaan pengambilan gambar, latihan, hasil atau proses lainnya membutuhkan keterampilan secara khusus. Aspek lain yang dibutuhkan adalah memanfaatkan teknologi digital handphone dan photo kamera yang baik guna membuat vidio bernyanyi lagu populer yang dilakukan baik secara individu atau kelompok. Hal ini menjadi tantangan peserta didik untuk menguasainya, walau secara sederhana untuk melaksanakan aspek teknik video bernyanyi lagu populer secara kelompok kompetensi memahami teknik bernyanyi musik modern dan menyanyikan musik modern sederhana secara perorangan maupun kelompok. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah peningkatan pembelajaran seni musik materi bernyanyi lagu populer melalui model Project Based Learning pada peserta didik Kelas IX B Tahun 2020/ 2021 Di SMP Negeri 2 Mranggen?; 2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar Seni Musik materi bernyanyi lagu populer melalui model Project Based Learning pada peserta didik Kelas IX B Tahun 2020/ 2021 Di SMP Negeri 2 Mranggen?; Berdasarkan hasil penilaian kreativitas prasiklus, siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan menunjukkan hasil penilaian yang signifikan, prasiklus dengan rata-rata nilai 61,20 kategori kurang (D), siklus1 rata-rata nilai 73, kategorin cukup (C) dan siklus 2 rata rata nilai 83 kategori baik (B). Hasil belajar penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: hasil belajar pada pra siklus, peserta didik yang tuntas hanya 7 peserta didik (23,33%), sedangkan peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 23 peserta didik (76,67%). Pada siklus I hasil belajar pada peserta didik yang tuntas 18 peserta didik (60,00%), sedangkan yang tidak tuntas12 peserta didik (40,00%). Pada siklus II, 29 peserta didik semua tuntas (96,67%), sedangkan peserta didik yang tidak tuntas 1 peserta didik (3,33%). Hasil penelitian dinyatakan berhasil, berdasarkan diperoleh data: 1) Kreativitas peserta didik IX B SMP Negeri 2 Mranggen, Demak dengan menerapkan project based learning mencapai nilai rata rata B memenuhi kriteria baik. 2) hasil belajar peserta didik IX SMP Negeri 2 Mranggen, Demak dengan menerapkan project based learning mencapai 96,67% berarti peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar 65 melebihi tarjet 90%.


Author(s):  
Riena Sutrisno
Keyword(s):  

Pada Proses pembelajaran banyak peserta didik mengalami kesulitan untuk memahami materi dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM). Metode yang digunakan guru adalah ceramah, sehingga proses pembelajaran selalu berpusat pada guru dan akibatnya banyak peserta didik yang kurang berminat mengikuti pelajaran ini. Guru mengejar pencapaian materi kepada peserta didik sesuai dengan kurikulum dan kurang memperhatikan daya serap peserta didik. Seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran maupun karakteristik peserta didiknya agar pembelajaran dapat diserap secara maksimal oleh peserta didik. Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah peningkatan keaktifan peserta didik materi memahami bentuk surat pemberitahuan pajak dengan model pembelajaran Group Investigationpada peserta didik kelas XI Akuntansi 3 SMK Negeri 3 Karawang Tahun 2019/2020?; 2)Bagaimanakah peningkatan hasil belajar peserta didik materi memahami bentuk surat pemberitahuan pajak dengan model pembelajaran Group Investigationpada peserta didik kelas XI Akuntansi 3 SMK Negeri 3 Karawang Tahun 2019/2020? Subjek penelitian adalah peserta didikKelas XI Akuntansi 3 dengan jumlah 35 orang peserta didik perempuan semua. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Terjadi peningkatan keaktifan peserta didik pada materi memahami bentuk surat pemberitahuan pajak dengan model pembelajaran group investigation pada peserta didik kelas XI Akuntansi 3 SMK Negeri 3 Karawang. Hal tersebut dibuktikan pada keaktifan belajar peserta kategori sangat aktif mengalami peningkatan dari pra siklus sebanyak 0 peserta didik (0%) meningkat pada siklus I menjadi 6 peserta didik (17,14%) dan pada siklus II meningkat menjadi 12 peserta didik (34,29%).Peserta didik dengan kategori aktif pada prasiklus sebanyak 17 peserta didik (48,57%) meningkat pada siklus I menjadi 18 peserta didik (51,43%) dan pada siklus II menjadi sebanyak 23 peserta didik (65,71%). Peserta didik kategori kurang aktif pada prasiklus sebanyak 18 peserta didik (51,43%) menurun pada siklus I menjadi 11 peserta didik (31,43%) dan pada siklus II menurun menjadi 0 peserta didik (0%). Sedangkan peserta didik kategori tidak aktif baik pada prasiklus, siklus I maupun siklus II sebanyak 0 peserta didik (0%). 2) Terjadi peningkatan keaktifan peserta didik pada materi memahami bentuk surat pemberitahuan pajak dengan model pembelajaran group investigation pada peserta didik kelas XI Akuntansi 3 SMK Negeri 3 Karawang. Hal tersebut dibuktikan pada hasil belajar peserta didik pada prasiklus yang tuntas hanya 15 peserta didik (42,86%), pada siklus I meningkat menjadi 22 peserta didik (62,86%) dan pada siklus II meningkat menjadi 35 peserta didik (100%). Sementara peserta didik yang tidak tuntas pada prasiklus sebanyak 20 peserta didik (57,14%) menurun pada siklus I menjadi 13 peserta didik (37,14%) dan pada siklus II menjadi 0 peserta didik (100%).


Author(s):  
Iis Herawati

Berdasarkan observasi awal pembelajaran pada peserta didik kelas XI Administrasi Perkantoran 1, tingkat keaktifan dan hasil belajar peserta didik kelas XI Administrasi Perkantoran 1 untuk pembelajaran mata pelajaran Administrasi Kepegawaian kompetensi dasar mengemukan daftar urut kepangkatan masih rendah. Hasil pretest kompetensi dasar mengemukan daftar urut kepangkatan, dari 36 peserta didik terdapat 9 peserta didik tuntas belajar (25%) dan 27 peserta didik (75%) dibawah ketuntasan belajar yang ditetapkan 75. Tingkat keaktifan peserta didik dalam pembelajaran terdapat 11 peserta didik (30.55%) dengan kategori aktif, sedangkan 25 peserta didik dengan kategori tidak aktif. Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar kompetensi dasar mengemukakan daftar urut kepangkatan menerapkan model think pair share pada peserta didik kelas XI Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 9 Semarang semester genap tahun pelajaran 2017-2018?; 2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar kompetensi dasar mengemukakan daftar urut kepangkatan dengan menerapkan model think pair share pada peserta didik kelas XI Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 9 Semarang semester genap tahun pelajaran 2017 - 2018?. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan Model Think Pair Share dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Kompetensi Kompetensi Mengemukakan Daftar Urut Kepangkatan peserta didik kelas XI Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 9 Semarang 2017 - 2018. 1) Model Pembelajaran Think Pair Share berhasil meningkatkan keaktifan belajar peserta diddik. Keaktifan belajar peserta didik pada Prasiklus menunjukkan bahwa peserta didik yang sangat aktif 0 peserta didik (0%), aktif 9 peserta didik (30,56%), kurang aktif 16 peserta didik (52,78%) dan tidak aktif 11 peserta didik (16,66%). Pada siklus I sangat aktif 6 peserta didik (16,67%), aktif 21 peserta didik (69,44%), kurang aktif 9 peserta didik (13,89%), dan tidak aktif 0 peserta didik (0%). Keaktifan belajar pada siklus II menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang sangat aktif 11 peserta didik (30,56%), peserta didik aktif 24 (66,67%) peserta didik yang kurang aktif 1 peserta didik (2,77%) dan peserta didik yang tidak aktif sebanyak 0 peserta didik (0%). Model Pembelajaran Think Pair Share berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik pada prasiklus yang tuntas atau memperoleh nilai ≥ 75 (KB) pada pra siklus 9 peserta didik (25,00%), siklus I sebanyak 26 peserta didik (72,22%) dan siklus II sebanyak 35 peserta didik (97,22%). Sedangkan peserta didik yang tidak tuntas atau memperoleh nilai ≤75 (KB) pada prasiklus sebanyak 27 peserta didik (75%), siklus I sebanyak 10 peserta didik (27,78%) dan siklus II sebanyak 1 peserta didik (2,78%).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document