Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

302
(FIVE YEARS 66)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 1)

Published By Agency For Marine And Fisheries Research And Development

2527-4805, 2088-8449

2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Ririn Irnawati ◽  
Dini Surilayani ◽  
Adi Susanto ◽  
Ani Rahmawati ◽  
Aris Munandar ◽  
...  

Provinsi Banten memiliki lokasi yang strategis dan potensi sumber daya ikan yang besar. Salah satu jenis sumber daya ikan yang produksinya cukup tinggi dan memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan teri. Produksi ikan teri di Provinsi Banten pada tahun 2015 berkisar 6.474,5 ton atau sebesar 28% dari produksi ikan pelagis kecil dan 14% dari produksi total ikan laut. Jumlah produksi ikan teri yang cukup tinggi ini dapat bermanfaat untuk mendukung pengembangan dan pembangunan daerah maupun nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi basis perikanan teri dan memetakan jalur pemasarannya di Provinsi Banten. Penelitian dilakukan di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon, dari Februari hingga November 2017. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei dan skoring terhadap kriteria yang ditetapkan. Data jalur pemasaran ikan teri dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil skoring, lokasi potensial basis perikanan teri di Provinsi Banten adalah Pandeglang, Kab. Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon. Berdasarkan nilai LQ, Kabupaten Pandeglang bukan merupakan wilayah basis produksi teri. Namun, berdasarkan hasil survei diperoleh data dan informasi bahwa pusat pendaratan dan pengolahan teri dengan volume produksi tinggi dan kontinu sepanjang tahun berada di sepanjang pesisir Selat Sunda yaitu mulai dari Kecamatan Panimbang, Citeureup hingga Sumur. Jalur distribusi pemasaran ikan teri yang terdapat di Banten adalah jenis saluran tingkat dua dan saluran tingkat tiga. Saluran tingkat dua yaitu produsen-pengepul-pengecer-konsumen, mempunyai dua perantara penjualan. Pada pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan sekaligus pengecer. Saluran tingkat tiga terdiri dari produsen-pengepul-pengecer-distributor-konsumen yang mempunyai tiga perantara penjualan.Title: Analysis of Determining the Base Location of Anchovy Fisheries and its Marketing Distribution in The Banten ProvinceBanten has strategic location and abundant fisheries resources. The anchovy is one of the largest fish resources in terms of production and economic value. Its production came out to about 3,972.1 tons or 22.2% of small pelagic fish production and 14% of total marine fish production. The production of anchovy is highly beneficial to support both regional and national development. This research aimed at mapping potential location of anchovy and its marketing line in Banten Province. The research was conducted at Pandeglang Regency, Lebak Regency, Tangerang Regency, Serang Regency, Serang and Cilegon from February to November 2017 with survey and scoring method. Data regarding the marketing channel of anchovy were analyzed descriptively. The scoring results showed that the potential location of anchovy fisheries in Banten Province were based in Pandeglang, Serang Regency, Serang and Cilegon. Based on LQ value, Pandeglang Regency was not an anchovy production base area. However, the survey resulted in a data and information that the anchovy landing and processing center with high and continuous production volumes throughout the year were located along the Sunda Strait strating from Panimbang, Citerureup to Sumur subdistrict. Marketing distribution channel for anchovy in Banten were second level and third level channels. The second tier channel were producer-wholesaler-retailer-consumer which has two seller. In the consumer market, they were wholesalers and retailers. The third tier channel consisted of producer-wholesaler-retailer-distributor-consumer who had three sales intermediaries.


2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 199
Author(s):  
Mu Soffan ◽  
Moh. Holis

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Branta sama dengan pasar tradisional yaitu sebagai tempat yang kumuh, kotor dan bau. Padahal kegiatan membeli ikan segar merupakan kegiatan menarik yang bisa dijadikan sebagai wisata untuk melihat beberapa jenis ikan. Oleh karena itu, dengan pengembangan konsep yang lebih menarik menjadikan TPI Branta Pesisir sebagai wisata bahari ikan segar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji kelayakan TPI Branta sebagai pasar ikan wisata bahari di Pamekasan dan untuk mengkaji strategi pengembangan tempat pelelangan ikan dari hasil uji kelayakan. Deskriptif dan SWOT digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner kepada 30 responden dengan teknik purposive sampling dan analisis objek potensial sesuai dengan Pedoman Objek Operasional Daerah dan Analisis Objek Wisata Alam Direktur Jenderal PHKA tahun 2003 dengan kriteria Daya Tarik, Aksesibilitas, Akomodasi, dan Fasilitas. Sebagai alat untuk merancang strategi pengembangan TPI Branta menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis bahwa TPI Branta layak untuk dikembangkan sebagai pasar ikan wisata bahari dengan tingkat kelayakan 70,7%. Strategi pengembangannya yaitu: (1) menambah wahana permainan keluarga, taman bunga, fotospot, fasilitas umum dilengkapi tempat tunggu yang free wifi; (2) membentuk POKDARWIS (kelompok Sadar wisata) dengan dukungan pemerintah dan masyarakat; (3) meningkatkan produk ekonomi kreatif dan memperbaiki manajemen TPI; (4) meningkatkan keamanan, keramahan, kebersihan, perbaikan jalan dan pelestarian lingkungan, dan; (5) meningkatkan promosi TPI sebagai wisata.Title: FeasibilityStudy and Development of Fish Auction Branta As A ‘Bahari’ Tourism Fish Market In PamekasanFish Auction Branta is the same as a traditional market, which is a dirty and smelly place. Though, fresh fish buying could be an interesting tour activity. Therefore, the more interesting concept of its development could promote Fish Auction Branta as a marine tourism for fresh fish. The aimed of this study was to determine the feasibility of the Branta Fish Auction Place as a marine tourism fish market in Pamekasan, and to analysed the development strategy for fish auction place based on the feasibility test. The research used descriptive and SWOT analysis. Data were collected through questionnaires towards 30 respondents with purposive sampling method and analysis of potential object in accordance with the Regional Operational Objectives Guidelines and Analysis of Nature Tourism Objects Director General of PHKA in 2003 with criteria of Attraction, Accessibility, Accommodation, and Facilities. The development strategies for developing Branta Fish Auction Place were designed based on SWOT analysis. The results showed that Branta Fish Auction Place is feasible to be developed as a marine tourism fish market with a feasibility rate of 70.7%. The development strategies are as follows: 1). Build family games, flower gardens, photospots, special public facilitiy, waiting rooms and free wifi, 2). Create tourism conscious group “POKDARWIS” to get support from the government and community, 3) Improve the economic creative products of local community and the management of Branta Fish Auction Place, 4). Improve safety, friendliness, cleanliness, road repair and environmental preservation, and 5). Improve promotion of Branta Fish Auction Place as tourism place.


2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 185
Author(s):  
Muhammad Firdaus ◽  
Gazali Salim ◽  
Rita Rita ◽  
Agus Indarjo ◽  
Permana Ari Soejarwo ◽  
...  

Banyak masyarakat nelayan di Desa Salimbatu menggunakan alat tangkap pukat belanak dengan hasil tangkapan utama ikan belanak sebagai salah satu mata pencaharian di Desa Salimbatu Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan. Tujuan penelitian untuk mengetahui kelayakan usaha nelayan alat tangkap pukat belanak. Metode penelitian menggunakan desktiptif kuantitatif. Metode pengambilan sampel dan data penelitian dilakukan selama 3 bulan dari November 2018 – Januari 2019 dengan survei lapangan menggunakan metode observasi dan wawancara dengan bantuan kuesioner. Analisis finansial digunakan dalam penelitian ini. Hasil analisis tingkat pendapatan nelayan untuk investasi sebesar Rp10.009.700,- dan penerimaan sebesar Rp14.252.250,-/bulan dengan biaya total produksi sebesar Rp5.087.008,-. Keuntungan tiap bulan sebesar Rp9.573.242,-. Analisis usaha diketahui nilai BEP 15 Kg/hari dan 450 kg/bulan, ROI per bulan dan per hari 1,802 dan Nilai Benefit Cost Ratio (R/C) rata-rata 3,75. Rekomendasi kebijakan analisis tersebut memiliki nilai positif dan layak untuk dijalankan.Title: Business Feasibility Analysis of ‘Pukat Belanak’ Fishers in the Salimbatu Village, Tanjung Palas Tengah Sub Regency of Bulungan RegencyThere are a lot of gillnet fishers for mullet fish in Salimbatu Village as one of the asset of livelihood in Salimbatu Village, Tanjung Palas District, Bulungan Regency. The research objective was to determine the business feasibility of gillnet fishing. The research used quantitative descriptive method. Data were collected for three months in November 2018 to January 2019 with a field survey through observation and interview questionnaires. Financial analysis was used in this research. The analysis resulted the fishers’ income level for investment was IDR10,009,700,00, revenue of IDR14,252,250,00/month with a total production cost of IDR5,087,008,00. The monthly profit is IDR9,573,242,00. The business analysis determined the calculation of BEP is 15 kgs/day and 450 kgs/month, ROI per month and 1.802 per day, and the average cost ratio (R/C) is 3.75. The study recommended that the business have positive values and are worth undertaken.


2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 169
Author(s):  
Cornelia Mirwantini Witomo ◽  
Nuddin Harahap ◽  
Andi Kurniawan

Penelitian ini mengambarkan pola pemanfaatan pariwisata terumbu karang di Taman Wisata Perairan (TWP) Gita Nada dan mengestimasi nilai manfaat ekosistem terumbu karang dengan pendekatan biaya perjalanan sebagai dasar rujukan perencanaan pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Lombok Barat. Penelitian dilakukan di Taman TWP Gita Nada Sekotong Lombok pada bulan Januari-Maret 2020. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuisoner dan observasi segala aktivitas pariwisata yang ada di TWP Gita Nada. Data sekunder dikumpulkan dengan cara penelusuran literatur pada hasil penelitian terdahulu serta publikasi yang dilakukan oleh instansi terkait. Metode analisis yang digunakan adalah Zona Travel Cost Method (ZTCM). Perairan TWP Gita Nada memiliki kombinasi perairan dangkal dengan tipe fringing reefs dan letak TWP Gita Nada yang berbatasan dengan Selat Lombok. Atraksi wisata yang ditawarkan di TWP Gita Nada adalah wisata pantai dan bahari. TWP Gita Nada dengan luas terumbu karang sebesar 1279 ha memiliki nilai manfaat pariwisata Rp3.004.031.073/ha dengan jumlah total pengunjung per 1000 penduduk pada kedua zona adalah sebanyak 51.228 orang. Berdasarkan model fungsi permintaan pariwisata TWP Gita Nada pengembangan kedepan adalah wisata alam yang dikemas menjadi wisata edukasi yang fokus pada anak muda dengan minat belajar tinggi. Perbaikan aksesibiltas dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana yang memadai akan menambah daya tarik TWP Gita Nada, dan kedepan lokasi wisata harus mampu memberikan jaminan 2H yaitu healthy dan hygiene.Title: Benefit Value of Coral Reef Ecosystem Tourism in The Marine Park Gita Nada Sekotong LombokThis study describes the use patterns of coral reef tourism in Marine Park Gita Nada. It estimates the benefit value of coral reef ecosystem with travel cost approach as a reference for planning the development of tourism areas in West Lombok Regency. The research conducted at Marine Park Gita Nada Sekotong Lombok in January to March 2020. Primary data were collected by interview questionnaires and observations of entire tourism activities in Marine Park Gita Nada. Secondary data were collected by literature review on the results of previous research and publications of related agencies. The research used zona travel cost method (ZTCM) analysis.The waters of Marine Park Gita Nada is a combination of shallow water with fringing reef circulation, and Marine Park Gita Nada is located in the border of Lombok Strait. Marine Park Gita Nada offers beach and marine attraction, and coral reefs cover 1279 ha in the area. Marine Park Gita Nada has a tourism benefit value of Rp3,004,031,073/ha with total number of visitors in both zones are 51,228 people per 1000 inhabitants. Based on tourism demand function, the future development for Marine Park Gita Nada would be educational nature-based tourism focusing on young people with high learning interests. Improvement of accessibility and quality of infrastructure will attract more tourists to TWP Gita Nada, and in the future it must guarantee the healthy and hygiene (2H) of the tourism park.


2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Rahadi SFM

2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 145
Author(s):  
Agus Dwi Nugroho ◽  
Andi Rifani ◽  
Winaryo Winaryo ◽  
Edy Masduqi ◽  
Dyah Wahyuning Tyas ◽  
...  

Pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Cilacap belum menunjukkan kinerja optimal. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa kebijakan pengembangan minapolitan masih belum efektif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui eksisting kawasan minapolitan Kabupaten Cilacap dan penguatan strategi untuk pengembangan kawasan tersebut. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai dengan Agustus 2019 di kawasan minapolitan Kabupaten Cilacap. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari wawancara dan FGD serta data sekunder yang diperoleh dari studi dokumen. Metode yang digunakan dalam analisis data antara lain deskriptif dan SWOT. Kondisi alam yang bagus serta sumber daya manusia yang cukup baik merupakan kekuatan utama pengembangan minapolitan. Namun, minapolitan Kabupaten Cilacap masih menghadapi masalah infrastruktur yang rusak serta akses permodalan, pemasaran, dan pengolahan hasil yang belum sepenuhnya mendukung pengembangan minapolitan. Untuk meningkatkan kinerja kawasan minapolitan, Kabupaten Cilacap perlu melakukan strategi S-O melalui penguatan kelembagaan perikanan dan regenerasi SDM, memperluas jaringan kemitraan, baik hulu dan hilir serta sektor lain (pariwisata); promosi komoditas perikanan; dan pengadaan/pembuatan infrastruktur budi daya dan pemasaran produk.Title: Reinforcement Strategy for the Development of Minapolitan in the Cilacap RegencyThe development of minapolitan area in Cilacap Regency has not shown an optimal performance. This is an indication that development strategy of minapolitan area has not been effective. The study aimed to identify the existing minapolitan area in Cilacap Regency as well as to reinforce the development strategy for the area. The research was conducted from May to August 2019 in the minapolitan area of Cilacap Regency. The study used primary data that were collected from interview and FGD as well as secondary data that were collected from document study. The analysis models used descriptive and SWOT analysis. The great natural and human resources are the main forces in minapolitan development. However, this minapolitan area is facing infrastructure damage and poor access of capital, marketing and product processing. Therefore, it is necessary to undertake an S-O strategy through reinforcement of fisheries institution and human resources, expansion of partnership networks, both upstream to downstream and other sectors (tourism); promotion of fisheries commodities; and procurement / manufacturing of aquaculture infrastructure and product marketing.


2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Estu Sri Luhur ◽  
Freshty Yulia Arthatiani ◽  
Siti Hajar Suryawati

Tingkat konsumsi ikan per kapita Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan potensi ikan yang melimpah. Kondisi ini tidak terlepas dari perilaku dan preferensi konsumen dalam mengambil keputusan membeli ikan. Studi ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi dan faktor-faktor penentu keputusan membeli ikan rumah tangga di Kabupaten Sumba Barat Daya. Penelitian menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dengan wawancara pada 45 responden rumah tangga. Faktor yang menjadi peubah penjelas terdiri atas umur, pendidikan,jumlah anggota keluarga, jenis ikan, harga, dan pengeluaran, sedangkan variabel tidak bebas adalah keputusan pembelian ikan. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui uji chi square, korespondensi, dan analisis multivariat (regresi logistik). Hasil uji chi square dan korespondensi menunjukkan pola konsumsi ikan yang meningkat pada kelompok usia > 25 tahun dan keluarga dengan jumlah anggota > 5 orang. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian ikan adalah umur dan jumlah anggota keluarga. Rekomendasi kebijakan yang dirumuskan adalah: (1) kampanye gemar makan ikan masyarakat difokuskan pada keluarga dengan usia < 25 tahun dan rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga < 5 orang melalui pemberian pengetahuan dan informasi terkait gizi dan manfaat dari ikan; dan (2) menggiatkan program promosi variasi produk olahan melalui kegiatan lomba atau pameran produk-produk olahan ikan yang disukai berupa olahan ikan kaleng, ikan asin, dan ikan pindang; (3) melibatkan antropolog dan sosiolog dalam merumuskan program/kebijakan peningkatan konsumsi ikan untuk memahami adat dan budaya terkait preferensi masyarakat.Title: Determinants of Purchasing Decisions for Fish in Southwest Sumba Regency, Nusa Tenggara Timur ProvinceThe level of Indonesian fish consumption per capita is still relatively low compared to the abundant potential of fish. This condition is inseparable from consumers’ behavior and preferences in decision making of fish purchase. This study aimed to analyze consumption patterns and the determinants of fish purchase decisions in Southwest Sumba Regency. The study used primary data which were collected through interviewed questionnaires to 45 household respondents. The independent variables consist of age, education, number of family member, fish species, prices, and expenditure, while the dependent variable is purchasing decision of fish. Data were analyzed descriptively through chi square test, correspondence, and multivariate analysis (logistic regression). Results of the chi square test and correspondence showed that fish consumption patterns have increased in the age group > 25 years and families with > 5 members. The logistic regression results showed that the most dominant factors influencing fish purchasing decisions are age and number of family members.The recommended policy are: (1) eat fish campaign focusing on household with young age under 25 years old and household with a number of families under 5 people throughout knowledge and information on nutrition and benefits of fish; and (2) intensified promotion program of various fish processed products through competitions or exhibitions of favourite processed fish products like canned fish, salted fish and pindang; 3) involvement of anthropologists and sociologists in policy making on increased consumption of fish to understand custom and culture related to community preferences for fish consumption.


2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 135
Author(s):  
Annis Susanti ◽  
Achmad Fahrudin ◽  
Tridoyo Kusumastanto

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak ekonomi akibat IUU fishing pada perikanan tangkap pelagis besar di WPPNRI 715. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus dengan teknik pengambilan sampel menggunakan multistage random sampling, metode analisis data yang digunakan adalah bioekonomi model. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018 sampai dengan Agustus 2019 dan sampling pengambilan data di provinsi Sulawesi Utara dan DKI Jakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa produksi legal ikan pelagis besar pada maximum economic yield (MEY) adalah sebesar 368.522,25 ton per tahun dengan effort sebanyak 554 902 trip per tahun dan perolehan rente sebesar Rp3,06 trilyun/tahun sedangkan produksi total (legal dan IUU fishing) adalah sebesar 530.451,63 ton per tahun dengan effort sebanyak 929 414 trip per tahun dan rente sebesar Rp6,73 trilyun/tahun. IUU fishing menimbulkan dampak hilangnya potensi perolehan rente ekonomi pada pemanfaatan sumber daya ikan pelagis besar di WPPNRI 715 yaitu sebesar Rp3,66 trilyun/tahun. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa IUU fishing merugikan perikanan tangkap pelagis besar di WPPNRI 715 sehingga diperlukan rumusan kebijakan dalam pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan berupa peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam bidang perikanan, penggunaan satelit pemantauan dan kebijakan peningkatan kesadaran dan penegakkan hukum di laut.Title: Economic Impact of IUU Fishing on Big Pelagic Fish in WPPNRI 715This research aims to determine the economic impact of IUU fishing large pelagic fish in WPPNRI 715. The research is a case study with multistage random sampling. Data were analysed with bioeconomics model for fisheries. The research was conducted from December 2018 to August 2019, and the sampling areas of data collection was in the provinces of North Sulawesi and DKI Jakarta. The results of the analysis showed that the legal production of large pelagic fish at maximum economic yield (MEY) is 368,522.25 tons per year with an effort of 554 902 trips per year, and economic rent at IDR3.06 trillions/year. The total production (legal and IUU fishing) is 530,451.63 tons per year with an effort of 929.414 trips per year and economic rent of IDR 6.73 trillions/year. IUU fishing has an impact on the loss of potential economic rent on the large pelagic fish resources in the WPPNRI 715 amounting to IDR 3.66 trillion/year. The results showed that IUU fishing has a detrimental economic impact on the large pelagic fish in WPPNRI 715. Therefore, a policy is necessary to increase supervision of marine and fishery resources by improving the quality of fishery human resources, the use of monitoring satellites and policies to increase awareness and law enforcement at sea.


2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 251
Author(s):  
Devia Sari ◽  
Firman Nugroho ◽  
Trisla Warningsih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemiskinan penerima PKH apakah penerima bantuan ini sudah tepat sasaran atau tidak, untuk mengetahui pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Hulu sebelum dan sesudah adanya PKH. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018. Metode yang digunakan adalah metode survei dan wawancara kepada nelayan penerima PKH, jumlah responden sebanyak 39 responden dengan pengambilan sampel secara acak. Untuk menganalisis pengaruh PKH terhadap tingkat pendapatan nelayan maka dilakukan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan penerima PKH terdiri dari 92,30% miskin dan 7,70% tidak miskin. Dengan hasil uji-t 0,00 <0,05 dapat dilihat bahwa ada pengaruh yang signifikan pada pendapatan sebelum dan setelah menerima PKH. pendapatan rata-rata rumah tangga nelayan sebelum menerima PKH sebanyak Rp17.858.462,- per tahun, sedangkan pendapatan rata-rata setelah menerima PKH diperoleh sebesar Rp20.144.359,- per tahun atau sekitar 13% dari pendapatan rumah tangga nelayan per tahunnya. Pengaruh PKH terhadap tingkat pendapatan masyarakat nelayan di Kelurahan Bagan Hulu sudah efektif berdasarkan tujuan programnya yakni menambah penghasilan rumah tangga miskin dalam meningkatkan taraf hidupTitle: The Influence of “Program Keluarga Harapan (PKH)” on the Income Level of Fishers at Bagan Hulu, Bangko Sub-Regency, Rokan Hilir RegencyThis study aims to determine the poverty level of PKH recipients whether the recipients of this assistance have been on target or not, to determine the income of fishermen in Bagan Hulu Village before and after the existence of PKH. This research was conducted in May 2018. The method used was survey and interview methods to PKH recipient fishers, the number of respondents was 39 respondents with random sampling. To analyze the effect of PKH on the income level of fishers, the t-test was carried out. The results showed that the poverty rate of PKH recipients consisted of 92.30% poor and 7.70% non-poor. With the results of the t-test 0.00 <0.05, It can be seen that there is a significant effect on income before and after receiving PKH. The average income of fisher’s households before receiving PKH was IDR 17,858,462 per year, while the average income after receiving PKH was IDR 20,144,359 per year or about 13% of fisher’s household income per year. The influence of PKH on the income level of the fishing community in Bagan Hulu Village has been effective based on the program objectives, that is; to increase the income of poor households in order to improve their standard of living.


2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 237
Author(s):  
Umi Hanik ◽  
Mutmainah Mutmainah

Model social learning merupakan suatu pendekatan menggunakan teori observational learning. Model ini telah digunakan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Pamekasan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sayangnya, model social learning belum sepenuhnya berdampak pada peningkatan sumber daya manusia melalui program-program yang dijalankan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kinerja dan kebutuhan guna mengetahui masalah yang dihadapi petani garam Kabupaten Pamekasan dan menentukan kebutuhan yang harus dimiliki oleh petani garam Kabupaten Pamekasan agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis kajian studi kasus. Teknik pengambilan data menggunakan wawancara mendalam ke pihak-pihak terkait, uji keabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber dan metode, dan analisis datanya menggunakan metode induktif. Hasil analisis kinerja menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala dari beberapa aspek dalam pelaksanaan program dan analisis kebutuhan menunjukkan bahwa petani garam membutuhkan kompetensi keterampilam dan pengetahuan untuk membuat garam dan kompetensi untuk mengubah pola pikir dengan diimbangi sistem penyampaian informasi yang tidak menyebabkan terputusnya informasi.Title: Performance and Need Analysis of Salt Farmers in Pamekasan Regency as a Based of Development of the Design of Social Learning ModelThe social learning model is an approach using observational learning theory. This model has been used by the Pamekasan District Fisheries Office to improve the quality of human resources. Unfortunately, the social learning model has not fully impacted the improvement of human resources through the implemented programs. This study aimed to analyze the performance and needs in order to determine the problems and the needs of the salt farmers in Pamekasan Regency in order to improve the quality of human resources. This research was a case study qualitative research with. Data were collected through in-depth interviews with related parties, their validity were tested using triangulation of sources and methods, and their data analysis were using inductive method. The results of the performance analysis showed that there are several obstacles from several aspects of the program’s implementation and needs analysis showed that the salt farmers need the competence of skills and knowledge to produce salt as well as the change of mindset with a balanced information delivery system that does not cause interruption of information.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document