scholarly journals HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA STIK IMMANUEL BANDUNG

2019 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Indah Palupi

Abstrak Remaja sering kali mengalami permasalahan gizi, baik gizi kurang maupun gizi lebih. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang dapat mempengaruhi status gizi pada remaja. Salah satunya adalah kebiasaan makan remaja yang melewatkan waktu makan, makan tidak teratur, tidak menyukai makanan tertentu, serta mengurangi frekuensi makan. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi pada mahasiswa STIK Immanuel Bandung. Desain dalam penelitian ini menggunakan cross sectional study, dengan pendekatan purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIK Immanuel Bandung. Rumus yang digunakan untuk perhitungan sampel adalah slovin, sehingga berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan 68 sampel. Kebiasaan makan diukur menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire dan status gizi diukur menggunakan alat microtoise serta timbangan berat badan. Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil dalam penelitian didapatkan nilai signifikan 0,648 (p > 0,05) ini berarti tidak adanya hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi pada mahasiswa STIK Immanuel Bandung. Kata Kunci : kebiasaan Makan, Status Gizi, Mahasiswa Abstract Teenagers often experience nutritional problems, both malnutrition and over weight. This is because many factors can affect nutritional status in adolescents. Adolescents have many eating habits. Some of adolescents often skip meals, eat irregularly, do not like certain foods, and reduce the frequency of eating. The aimed of this study was to determine the relationship between food behaviour with nutritional status in Immanuel Institute of Health Science’s Student College. Design of this study was cross sectional, with purposive sampling. 68 student college from Immanuel Institute of Health Science used as participant. Food behaviour was measured by Food Frequency Questionnaire (FFQ). Nutritional status was measured by stature meter and weight scales. Data were analyzed by Chi-quare. Results showed that there were no relationship between food beaviour and nutritional status in Immanuel Institute of Health Scince’s student college (r = 0,648; p = > 0.05). Keyword : food behaviour, nutritional status, student college.

2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Youvita Indamaika Simbolon ◽  
Triyanti Triyanti ◽  
Ratu Ayu Dewi Sartika

Latar belakang: Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Metode: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 203-211
Author(s):  
Permadina Kanah

Status gizi merupakan keadaan yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik terhadap energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur. Status gizi dipengaruhi oleh faktor status kesehatan, pengetahuan, ekonomi, dan juga dapat dipengaruhi oleh pola konsumsi. Pengetahuan gizi yang rendah dapat penyebab timbulnya masalah gizi dan perubahan kebiasaan makan, serta pola konsumsi makanan bergizi pada masa remaja. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan pola konsumsi dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kesehatan UNUSA. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 6 Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Prodi Gizi Fakultas Kesehatan UNUSA. Teknik pemilihan sampel dengan cara Purposive Sampling dan didapatkan jumlah sampel sebesar 79 mahasiswa. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan gizi, pola konsumsi dengan Food Frequency Questionnaire (FFQ), dan status gizi menggunakan pengukuran IMT. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 21 tahun yaitu 46 mahasiswa (58,20%). Sebagian besar berjenis kelamin perempuan, yaitu 65 mahasiswa (82,30%). Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan, pola konsumsi dengan status gizi pada mahasiswa dimana p = 0,001 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin rendah pengetahuan mahasiswa tentang gizi dan semakin kurang baik pola konsumsi mahasiswa maka akan semakin besar kemungkinan untuk memiliki status gizi kurus atau gemuk. Saran agar mahasiswa perlu memperhatikan pola konsumsi makan yang sesuai dengan gizi seimbang guna tercapai status gizi yang baik.


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Sumartini Sumartini

Mahasiswa merupakan sumber daya manusia untuk pembangunan di masa mendatang. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia banyak faktor yang mempengaruhi. Salah satu faktor penting untuk menjaga kualitas hidup manusia yang optimal adalah kesehatan dan gizi, sedangkan kualitas sumber daya manusia digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia, harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi, pola konsumsi dan raihan  nilai pada matakuliah ilmu gizi pangan pada mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan FT UNPAS Bandung. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pola konsumsi sesuai dengan pengetahuan gizi sehingga siswa dapat memperoleh status gizi ideal dan meningkatkan kesadaran akan kebiasaan makan yang baik di Program Studi Teknologi Pangan FT UNPAS Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional analitik dengan menggunakan pengetahuan gizi, pola konsumsi dan status gizi sebagai variabel. Total populasi adalah 300 mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan FT UNPAS yang mengambil matakuliah ilmu gizi pangan Bandung. Sampel sebanyak 175  siswa ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan gizi dan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data tabulasi dan analisis data disajikan dalam persentase dan analisis korelasi dengan metode Chi Square. Berdasarkan penelitian menunjukkan: (1) ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi, (2) ada hubungan antara pola konsumsi dengan status gizi, (3) ada hubungan antara pengetahuan gizi dan pola konsumsi dengan status gizi pada mahasiswa (4) ada hubungan antara raihan nilai dengan status gizi, pada mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan FT UNPAS  dan jajanan yang ada di kampus IV UNPAS sudah memenuhi asupan gizi untuk makanan siang mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan FT UNPAS.  


Author(s):  
Vonny Persulessy ◽  
Abidillah Mursyid ◽  
Agus Wijanarka

<p>ABSTRACT</p><p><br />Background: Nutrition has an important role in human life cycle. Undernourishment in infants and underfives can cause growth and development disorder. Development of Papua community begins from village empowerment, such as nutrition improvement, health service, and people’s economy. There are<br />544 fisherman families at District of Jayapura Utara. Main stipend of Papua community consists of rice, sago, hipere, taro and banana. Sago is consumed by the majority of people residing at coastal areas. Nutrition Status Monitoring of Jayapura Municipal Health Office in 2008 indicated that 3.4% of underfives<br />were malnourished, 17.8% undernourished, 76% well nourished and 2.8% overnourished.</p><p><br />Objectives: To identify correlation between level of income and diet pattern with nutritional status of underfive in fi sherman area of Jayapura District Jayapura Municipality.</p><p><br />Methods: The study was observational with cross sectional design. The independent variables were level of income and eating pattern; the dependent variable was nutritional status. The study was undertaken in October-December 2010 at District of North Jayapura, Jayapura Municipality involving 162 underfives (of 12-59 moths), and mothers of underfives as respondents. Data were obtained through questionnaire of income, eating pattern using food frequency questionnaire, nutritional status measured from anthropometry<br />based on weight/age standard of WHO 2005. Data analysis used bivariate with chi square, multivariate with multiple logistic regression.</p><p><br />Results: There was signifi cant correlation between income level with nutritional status with (p=0.000) and between diet pattern with nutritional status (p=0.000).</p><p><br />Conclusions: Underfives having parents with sufficient income had better nutritional status than those having parent with insufficient income. Underfives with good diet pattern had better nutritional status than those with poor diet pattern.</p><p><br />KEYWORDS: income, diet pattern, nutrition status of underfives, fisherman area</p><p>ABSTRAK</p><p><br />Latar belakang: Secara nasional, prevalensi balita gizi buruk dan kurang menurun sebanyak 0,5% menjadi 17,9%. Prevalensi gizi buruk dan kurang Provinsi Papua menurut Riskesdas tahun 2010 sebanyak 16,3%. Data neraca bahan makanan (NBM) Provinsi Papua secara kuantitas menunjukkan rata-rata peningkatan produksi bahan makanan di antaranya beras, jagung, umbi-umbian. Secara kualitas, energi dan protein melebihi angka kecukupan gizi (AKG), tetapi status gizi buruk dan kurang di Kota Jayapura mencapai 21,2% yang dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu tingkat pendapatan, pola makan, pengetahuan ibu, jumlah anggota dalam keluarga.</p><p><br />Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dan pola makan dengan status gizi balita di daerah nelayan Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura.</p><p>Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 162 balita (usia 12-59 bulan) dan ibu balita sebagai responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tingkat pendapatan, pola makan anak dalam keluarga menggunakan food frequency questionnaire (FFQ), status gizi diukur menggunakan antropometri berdasarkan BB/U standar baku WHO 2005. Analisis data bivariat menggunakan chi-square, sedangkan analisis multivariat menggunakan multiple logistic regression.</p><p><br />Hasil: Tingkat pendapatan dengan status gizi menunjukkan hubungan yang bermakna dengan nilai (p=0,000). Pola makan dengan status gizi menunjukkan hubungan yang bemakna yaitu (p= 0,010). Variabel luar pengetahuan ibu dengan status gizi, jumlah anggota keluarga dengan status gizi tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, yaitu p&gt;0,05.<br />Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan dengan status gizi, pola makan dengan status gizi.Tetapi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi, dan jumlah anggota keluarga dengan status gizi.</p><p>KATA KUNCI: tingkat pendapatan, pola makan, status gizi balita, daerah nelayan</p>


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 69-78
Author(s):  
Nurlaili Handayani ◽  
Muhammad Dawam Jamil ◽  
Ika Ratna Palupi

Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan belajar anak, termasuk pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada pada usia remaja dan disiapkan sebagai tenaga terampil sesuai bidang keahliannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor gizi yang meliputi asupan energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan zink), kebiasaan sarapan, dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMK di Sleman, DIY. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional pada 100 siswa kejuruan dengan jurusan bidang teknik kendaraan ringan yang berasal dari SMKN 2 Depok, SMKN 1 Seyegan dan SMK Muhammadiyah Prambanan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik individu dan semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Status gizi ditentukan dengan indikator IMT/U dan prestasi belajar diukur dari nilai ujian praktik mata pelajaran kejuruan. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan subjek memiliki asupan energi defisit (68%), protein defisit (40%), lemak defisit (57%), karbohidrat defisit (65%), vitamin C defisit (27%), zat besi defisit (59%), zink defisit (93%), status gizi normal (67%), dan kebiasaan sarapan jarang (35%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dan zat gizi serta status gizi dengan prestasi belajar (p>0,05) tetapi ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan (p=0,010) serta pekerjaan ayah dan ibu (p=0,030 dan p=0,031) dengan prestasi belajar. Disimpulkan bahwa kebiasaan sarapan merupakan faktor gizi yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa SMK.


2021 ◽  
Vol 10 ◽  
Author(s):  
Sabuktagin Rahman ◽  
Patricia Lee ◽  
Santhia Ireen ◽  
Moudud ur-Rahman Khan ◽  
Faruk Ahmed

Abstract A validation study of an interviewer-administered, seven-day semi-quantitative food frequency questionnaire (7-d SQFFQ) was conducted in Bangladeshi rural preschool age children. Using a cross-sectional study design, 105 children from 103 households were randomly selected. For the SQFFQ, a list of commonly consumed foods was adapted from the Bangladesh national micronutrient survey 2011–12. The data on the actual number of times and the amount of the children's consumption of the foods in the preceding 1 week were collected by interviewing the mothers. The intake was compared with two non-consecutive days 24-h dietary recalls conducted within 2 weeks after the SQFFQ. Validity was assessed by the standard statistical tests. After adjusting for the energy intake and de-attenuation for within-subject variation, the food groups (cereals, animal source foods, milk and the processed foods) had ‘good’ correlations between the methods (rho 0⋅65–0⋅93; P < 0⋅001). Similarly, the macronutrients (carbohydrate, protein and fats) had ‘good’ correlations (rho 0⋅50–0⋅75; P < 0⋅001) and the key micronutrients (iron, zinc, calcium, vitamin A, etc.) demonstrated ‘good’ correlations (rho 0⋅46–0⋅85; P < 0⋅001). The variation in classifying the two extreme quintiles by the SQFFQ and the 24-h recalls was <10 %. The results from Lin's concordance coefficients showed a ‘moderate’ to ‘excellent’ absolute agreement between the two methods for food groups, and nutrients (0⋅21–0⋅90; P < 0⋅001). This interviewer-administered, 7-d SQFFQ with an open-ended intake frequency demonstrated adequate validity to assess the dietary intake for most nutrients and suitable for dietary assessments of young children in Bangladesh.


Author(s):  
Benjamin Miller ◽  
Paul Branscum

The purpose of this study was to evaluate the association between non-nutritive sweetener (NNS) consumption and stress and anxiety, among a sample of college students. Two-hundred and twenty-seven students from a large mid-western university participated in this cross-sectional study. Students completed an online survey that evaluated NNS using a validated food frequency questionnaire. Stress and anxiety were evaluated using previously validated instruments. Most students reported very low/low/average concern for stress (63.9%), and had low/moderate anxiety (82.3%). Participants experiencing high and very high levels of stress had significantly higher NNS consumption compared to those with a very low and low risk, and concern for stress ( p < .046; d = 0.28). There was no difference however for NNS intake and anxiety. Reduction of artificial sweetener intake may be associated with stress levels among college students. However, more research is needed to examine any causal relationship between artificial sweetener intake and stress.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Septi Lidya Sari ◽  
Diah Mulyawati Utari ◽  
Trini Sudiarti

Latar Belakang: Minuman berpemanis kemasan merupakan jenis minuman padat kalori dan tinggi gula, namun rendah nilai gizi. Konsumsi minuman berpemanis secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes melitus tipe II, dan penyakit kardiovaskular. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan dan mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan karakteristik individu dan penggunaan label informasi nilai gizi (ING) pada kalangan remaja. Metode: Desain studi yang digunakan, yaitu cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 167 siswa kelas X dan XI pada salah satu SMA swasta (SMAS) di Jakarta Timur. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner online dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) secara mandiri. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan pada sebagian besar responden (55,1%) tergolong tinggi (≥3 kali per hari). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan jenis kelamin (p=0,03) dan kemampuan membaca label ING (p=0,011). Kesimpulan: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan cenderung lebih tinggi pada responden laki-laki dan juga pada responden dengan kemampuan membaca label ING rendah.


Author(s):  
Q. H. Khan ◽  
Garima Arora ◽  
Susheel Kumar Nalli

Background: Nutritional status is the best indicator of the child health. Malnutrition has both short and long term adverse ramifications. As per NFHS III 47% children are stunted in the state of Chhattisgarh. However still many communities in the tribal dominated and naxal affected state may remain affected, hence the study was planned to identify the nutritional status of children and find out its determinant.Methods: Present cross-sectional study was conducted among 12-59 months children in the urban slum of Jagdalpur city, Bastar region of Chhattisgarh. Predesigned and pretested questionnaire was administered to the caregiver of the child, information on socio-demographic characteristics was obtained and anthropometric measurements were taken. Statistical Analysis: all frequencies were derived for completeness of data. WHO Anthro Software version 3.1.0 was used to classify the malnutrition status. Chi-square test was applied to find association between dependent variables.Results: Out of 225 children 53.3% were boys and 46.7% were girls. The overall prevalence of underweight stunting and wasting was 28.4%, 41.3%, and 19.1% respectively.Conclusions: Prevalence of underweight has reduced in the district over a period of years. However high level of stunting, a sign of chronic hunger points towards the pivotal role of socio-demographic and behavioral practices prevalent in the district. Interaction with health system in the form of ANC, institutional delivery and safeguarding effective 100% immunization coverage has shown preventive effect.


2019 ◽  
Author(s):  
Mohammed Bukari ◽  
Muzamil Mohammed Abubakari ◽  
Mohammed Majeed ◽  
Abdul-Razak Abizari ◽  
Anthony Wemakor ◽  
...  

Abstract This study sought to assess maternal growth monitoring knowledge and its effect on stunting, wasting and underweight among children 0-18 months in the Tamale Metropolis. An analytical cross-sectional study design, involving 340 mother-child pairs randomly selected from 4 health facilities in the Tamale Metropolis, was used. A structured questionnaire was used to collect information on socio-demographic characteristics and maternal growth monitoring knowledge. Weight and length of children were taken to assess nutritional status (stunting, underweight and wasting). Chi-square/Fisher’s exact test was used to determine the association between maternal growth monitoring knowledge level and child nutritional status.This study sought to assess maternal growth monitoring knowledge and its effect on stunting, wasting and underweight among children 0-18 months in the Tamale Metropolis. An analytical cross-sectional study design, involving 340 mother-child pairs randomly selected from 4 health facilities in the Tamale Metropolis, was used. A structured questionnaire was used to collect information on socio-demographic characteristics and maternal growth monitoring knowledge. Weight and length of children were taken to assess nutritional status (stunting, underweight and wasting). Chi-square/Fisher’s exact test was used to determine the association between maternal growth monitoring knowledge level and child nutritional status.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document