<p>Tanaman nilam tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah dengan curah hujan relatif tinggi dan merata sepanjang tahun. Tanaman dalam kondisi kekurangan air terus menerus akan mengalami strcs air dan berpengaruh terhadap proses fisiologis, menurunkan permukaan trans- pirasi, luas daun menurun, dan mempercepat dcfiidrasi protoplasma. Penelitian pengaruh ketersediaan air terhadap petumbuhan dan produksi 2 (dua) klon nilam dilakukan di rumah kaca Instalasi Penelitian Cimanggu, Balittro Bogor mulai bulan Nopember 1999 sampai dengan Mei 2000. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh ketersediaan air terhadap partumbuhan dan produksi dua klon nilam (klon Sidikalang dan klon Situak) sekaligus diamati pengaruhnya terhadap kadar dan kualitas minyak nilam (rendemen, warna dan kandungan patchouly alkohol). Percobaan dilakukan dalam polibag menggunakan tanah kering jenis latosol Cimanggu Bogor yang diaduk dengan pupuk kandang sapi (3:1) sebanyak 10 kg/polibag disusun menggunakan rancangan factorial (dua faktor) dalam rancangan acak lengkap (RAL), diulang 3 kali. Ukuran plot 8 polibag/ perlakuan. Faktor pertama : klon nilam terdiri dari 2 jenis (K) yaitu : Kl = klon Sidikalang dan K2 = klon Situak. Faktor kedua: tingkat ketersediaan air (A) 4 taraf yaitu Al = 25% kapasitas lapang, A2 = 50% kapasitas lapang, A3 = 75% kapasitas lapang, dan A4 = 100 % kapasitas lapang. Peubah yang diamati meliputi persentase tumbuh tunas, tinggi tanaman, luas daun, bobot daun basah dan bobot daun kering, kadar minyak digambarkan dari rendemen dan kualitas minyak (wana dan kandungan patchouly alkohol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk jumlah tunas tidak ada interaksi antara tingkat ketersediaan air dan klon yang diuji, tetapi untuk jumlah daun ada interaksi. Tingkat pemberian air 75% kapasitas lapang (KL) secara keseluruhan memberikan pertumbuhan optimum bagi kedua klon, kecuali untuk parameter jumlah daun. Pada klon Situak. tingkat pemberian air 100% KL yang memberikan jumlah daun terbanyak. Perlakuan ketersediaan air 100% KL pada klon Sidikalang memberikan bobot daun kering tetinggi dibanding perlakuan lainnya, sedang untuk klon Situak, ketersediaan air pada taraf 75% KL memberikan bobot daun kering tetinggi. Rendemen minyak klon Situak dengan tingkat ketersediaan air 25% KL tertinggi (4.0%) dengan wana minyak kuning muda tcrang, diikuti tingkat 50% KL (3.0%) dengan wana minyak kusam/kemh. Kandungan patchouly alkohol klon Situak rata-rata (30%) lebih baik daripada klon Sidikalang, diperoleh dari perlakuan ketersediaan air 25% KL. Dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh petumbuhan dan produksi yang tinggi, ketersediaan air dalam tanah diperlukan antara 75 - 100% KL. Namun, untuk mendapatkan kandungan patchouly alkohol tinggi ketersediaan air yang dibutuhkan lebih rendah yaitu 25 % - 50%) KL.</p><p>Kata kunci: Nilam, Pogostemon cablin, ketersediaan air, petumbuhan, produksi</p><p> </p><p><strong>ABSTRACT</strong></p><p><strong>The effect of water availability the growth and production of two patchouly clones </strong></p><p>Patchouly plant grows and produces very well in the area with high and everly rain fall through the year. Plants with continuous shortage of water would face water stress and affect physiologis process, transpiration surface, leaf area and protoplasmic dehydration. Several levels of water needs were tested in this experiment, which was carried out in a glass house of Cimanggu Installation, Indonesian Spice and Medicinal Crops Research Institute, Bogor, rom November 1999 to May 2000. The objective was to find out the effect of water availability on two clones of patchouly growth, production and oil content (rendement, colour and patchouly alcohol). The experiment was conducted in polybags using Cimanggu Latosol soil mixed with cow dung (3:1), 10 kg/polybag, arranged in a factorially completely random design with 3 replications. Plot size was 8 polybag/treatment. The first factor was two clones of patchouly : K, = Sidikalang and K2 = Situak. The second factor was 4 levels of water availability: 2J% (A,), 50% (A2). 75% (A,), and 100% (A,) ield capacity (FC). Variables observed were percentage of shoot growth, plant height, leaf area, fresh weight and dry weight, oil content (rendement, colour and patchouly alcohol). The result showed that there was no interaction between the two factors for number of shoots. Clone of Sidikalang had higher plant height than that of Situak. The water availability of 75% (FC) gave optimum growth for the two clones, except the number of leaves. For Situak the water avaibility of 100% (FC) gave the highest number of leaves. For Sidikalang the water availability of 100% gave the highest dry weight of leaves. Oil rendement for Situak with 25% FC was the highest (4.0) with bright yellow colour. The content of patchouly alcohol for Situak was higher than that of Sidikalang (30%). Therefore, it can be concluded that to obtain the optimum growth and the higest production it needed 75 - 100% (FC) water availability, while for high patchouly alcohol content, it needed buzer the water availability, i.e. 25-50% (FC).</p><p>Key words: Patchouli, Pogostemon cablin, water level, growth, production</p>