Jurnal Harkat Media Komunikasi Gender
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

80
(FIVE YEARS 60)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Lp2m Universitas Islam Negeri (Uin) Syarif Hidayatullah Jakarta

2655-7428, 1412-2324

2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 126-131
Author(s):  
Tri Partuti

Abstract. Work productivity is a concept that shows the relationship between work results and the unit of time needed to produce the product. A worker is said to be productive if he is able to produce more output than other workers for the same unit of time. Work productivity is influenced by several factors, including gender, age, health status / nutritional status, biological disorders of the female workforce, education, years of service and disruption in the work environment. A study of women has been carried out in a number of Gipang Small and Medium Industries (IKM) in the Cilegon area, Banten to determine the relationship between the nutritional status of female workers on the productivity of their work in making gipang (a typical Banten food made from sticky rice mixed with sugar water). The number of respondents as many as 40 people with criteria for female workers aged 20-45 years with healthy conditions, no menstruation, not pregnant, not in the puerperium and menopause, have worked to make gipang at least 2 years and at least educated at the level of junior / equivalent. Data analysis was performed using the statistical regression analysis method. The results of data processing showed that Fcount <Ftable (0.362 <0.55) showed that the nutritional value or Body Mass Index (BMI) did not significantly influence the productivity of female workers in GIPang Gipang. The p-value (Significance F) = 0.55 indicates that height and weight did not significantly influence the nutritional value of female workers. Tcount <ttable also shows that nutritional status does not have a significant effect on work productivity.Abstrak. Produktivitas kerja adalah suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk. Seorang tenaga kerja dikatakan produktif jika ia mampu menghasilkan keluaran (output) yang lebih banyak dari tenaga kerja lain untuk satuan waktu yang sama. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jenis kelamin, usia, status kesehatan/status gizi, gangguan biologis tenaga kerja wanita, pendidikan, masa kerja dan gangguan di lingkungan kerja. Telah dilakukan penelitian kajian wanita di beberapa Industri Kecil Menengah (IKM) gipang di daerah Cilegon, Banten untuk mengetahui hubungan antara status gizi pekerja wanita terhadap produktivitas kerjanya dalam membuat gipang (makanan khas daerah Banten yang terbuat dari ketan dicampur dengan air gula). Jumlah responden sebanyak 40 orang dengan kriteria tenaga kerja wanita usia 20-45 tahun dengan kondisi sehat, tidak mengalami menstruasi, tidak hamil, tidak dalam masa nifas dan menopouse, telah bekerja membuat gipang minimal 2 tahun dan minimal berpendidikan setingkat SLTP/sederajat. Analisa data dilakukan dengan metode analisis statistik regresi.  Hasil pengolahan data didapatkan Fhitung < Ftabel (0,362 < 0,55) menunjukkan bahwa nilai gizi atau Indeks Masa Tubuh (IMT) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas pekerja wanita pada IKM gipang. Nilai  p-value (Significance F) = 0,55 menunjukkan bahwa tinggi badan dan berat badan  tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai gizi pekerja wanita. Nilai thitung < ttabel juga menunjukkan bahwa status gizi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja.


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 96-105
Author(s):  
Umi Supraptiningsih ◽  
Erie Hariyanto

Abstract. Child marriages as well as the prosession are happen due to the role of both ulama (the Islamic leaders) and the community leaders. This paper aimed at exploring the perception of ulama and the community leaders in line with the factors of child marriage as well as the minimum age of marriage. The descriptive qualitative were implemented in this study. Meanwhile, the data were gathered by conducting observation, interview, and documentation. The first finding of the study is in line with the factors of child marriages. The educational background of the parents and the children, economic factors, cultural factors, and the uncontrolled relationship among teens were regarded to influence the child marriage in Pamekasan. Second, the ulama and the community leader argued that the child marriage should be avoided because it determine the life of the spouse after marriage. It must be considered that marriage is a time to realize the happy family (sakinah). Therefore, maturation is important in attempt to mentally and economically prepare for the marriage. Also, the limitation of marriage is not merely about the minimum age, but also the preoparation and the in-depth understanding of the spouse. Third, there is no clear statement in Alquran regard to the minimum age of marriage. Alquran stated akil baligh as the requirement. Meanwhile, the marriage law stated that minimum age for man is 19 years old and 16 years old for woman. In child protection laws, the minimum age for both man and woman are 18 years old. Abstrak. Perkawinan Anak dapat terjadi karena peran serta dari para ulama atau tokoh masyarakat, begitu pula prosesi perkawinan dengan restu keduanya. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui peranan ulama dan tokoh masyarakat Kabupaten Pamekasan dalam terwujudnya perkawinan anak serta pendapat tentang batasan usia perkawinan. Metode penelitian mengunakan pendekatan kualitatif (qualitative approach) dan metode deskriptif, sedangkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ada beberapa temuan dalam penelitian ini yaitu pertama Perkawinan anak masih saja terjadi diwilayah Kabupaten Pamekasan, hal ini dilatar belakangi beberapa faktor, yaitu faktor rendahnya pendidikan baik dari orang tua maupun anak, tidak adanya aktifitas atau kegiatan karena selepas dari pesantren atau MA mereka menganggur, faktor ekonomi, faktor budaya atau tradisi, dan faktor pergaulan bebas; kedua Para ulama dan tokoh masyarakat berpendapat bahwa perkawinan anak harus dihindarikarena berdampak pada kelangsungan rumah tangga yang tentunya pasca perkawinan adalah waktu yang panjang untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah. Pendewasaan perkawinan penting karena untuk mempersiapkan mental dan ekonomi dalam sebuah perkawinan. Batasan perkawinan tidak hanya sekedar usia namun persiapan dan pemahaman hak dan kewajiban bagi pasangan yang harus matang. Ketiga Batasan usia pernikahan dalam Al Qur’an dan hadis tidak secara jelas disebutkan hanya menjelaskan akil baliq, sedangkan dalam Undang- Undang Perkawinan usia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan. Dalam UU Perlindungan ana laki-laki dan perempuan sama yaitu 18 tahun ke atas.


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Front Matter

2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 106-115
Author(s):  
Julhan Efendi Lubis

Abstract. This method aims to find out and understand more deeply how cooperative play can reduce sibling rivalry behavior in children. The approach taken is to use pre-post test interventions. The subjects in this study were selected using purposive sampling techniques and data collection techniques, which were carried out by the method of observation and in-depth interviews. Topics in this study amounted to two people aged five years and four years. The results showed that cooperative play could reduce sibling rivalry behavior in children. Abstrak. Metode ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam mengenai bagaimana cooperative play untuk menurunkan perilaku sibling rivalry pada anak. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunan intervensi pre post test. Subjek dalam penelitian ini dipilih dengan teknik pusposive sampling dan Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan metode oberservasi dan wawancara mendalam. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang yang berusia 5 tahun dan 4 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cooperative play mampu menurunkan perilaku sibling rivalry pada anak.


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 70-80
Author(s):  
Syamsuri Syamsuri

Abstract. This paper examines child parenting that occurs in working mothers in Paiton Probolinggo, East Java. On the one hand, the demands of fulfilling the family economy forced the mothers to work hard outside the home. On the other hand, they are required to care for and assist children in proper parenting intensely. Based on this fact, it is necessary to study how changes in parenting happened to work mothers and how fathers and mothers worked together in families to do co-parenting. These two problems are then examined from a gender mainstreaming perspective and then analyzed through fiqh so that the concept of gender relations in parenting can be found in accordance with the values of Islamic teachings. Through a case study approach, collecting, processing, and analyzing data with qualitative research principles, this study resulted in the finding of delegating parenting from parents to others resulting in low-quality supervision and assistance from caregivers to children and low levels of child satisfaction. This study also found no occurrence of parenting that involved fathers and mothers in the principle of partnership and ignorance. In the perspective of parenting fiqh, the parenting patterns that occur in Paiton Probolinggo are not in accordance with the values and laws of parenting fiqh. Abstrak. Tulisan ini mengkaji tentang pola asuh anak yang terjadi pada ibu pekerja di Paiton Probolinggo Jawa Timur. Di satu sisi tuntutan pemenuhan ekonomi keluarga memaksa para ibu untuk bekerja keras di luar rumah. Di sisi yang lain mereka dituntut untuk secara intens merawat dan mendampingi anak dalam pola asuh yang tepat. Berdasarkan fakta ini, perlu dikaji bagaimana perubahan pola asuh yang terjadi pada ibu pekerja serta bagaimana kerjasama ayah dan ibu dalam keluarga melakukan coparenting. Kedua permaslahan tersebut selanjutnya dikaji dari perspektif gender mainstreaming untuk kemudian dianalisis melalui fiqih sehingga dapat ditemukan konsep relasi gender dalam pengasuhan anak yang berkesesuain dengan nilai nilai ajaran Islam. Melalui pendekatan case study, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data dengan prinsip-prinsip penelitian kualitatif, kajian ini menghasilkan temuan adanya pendelegasian pola asuh anak dari orang tua kepada orang lain yang berakibat rendahnya mutu pengawasan dan pemdampingan dari pengasuh terhadap anak serta rendahnya tingkat kepuasan anak. Kajian ini juga menemukan tidak terjadinya coparenting yang melibatkan ayah dan ibu dalam prinsip kemitraan dan kesalingan. Dalam perspektif fiqih parenting, pola pengasuhan anak yang terjadi di Paiton Probolinggo ini tidak sesuai dengan nilai dan prinsip fiqih parenting.


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 89-95
Author(s):  
Lina Dina Maudina

Abstract. This study aims to determine what factors are actually causing early marriage in the village of Bedahan. As well as any impacts arising from early marriage in the village of Bedahan This research is a qualitative study, data collection techniques by conducting observations, interviews and documentation. The sampling technique in this study uses purposive sampling, which is a sampling technique based on criteria, meaning that the natives living in the village of Bedahan are perpetrators of early marriage. The factors causing early marriage in the village of Bedahan are the factors of parents who want to quickly marry off their children, some are pregnant out of wedlock, economics and also education. However, the most dominant factor is due to the parents' factor so that the child can be married quickly and easily understand the proposal of the male candidate. While the impact of early marriage in Bedahan Village is broadly three, namely psychological, health, and social impacts. the economy. When viewed from the psychological impact, they often experience problems such as easy emotions, stress, and burdened, in terms of health due to immature reproductive organs of women prone to giving birth premature babies, if viewed from a socio-economic perspective that is the lack of socialization to the local community shame because of their education disconnected, they only work improvised to meet their needs and are still dependent on their parents.Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang sebenarnya mengakibatkan pernikahan dini di Desa Bedahan.  Serta dampak apa saja yang ditimbulkan dari pernikahan dini di Desa Bedahan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan atas kriteria, maksudnya penduduk asli yang tinggal di Desa Bedahan yang merupakan pelaku pernikahan dini. faktor penyebab terjadinya pernikahan dini di Desa Bedahan yaitu faktor orangtua yang ingin cepat-cepat menikahkan anaknya, ada pula yang hamil diluar nikah, ekonomi dan juga pendidikan. Namun yang paling dominan adalah karena faktor orang tua agar si anak cepat-cepat untuk dinikahkan dan mudah menerimana pinangan si calon pria .Sedangkan dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini di Desa Bedahan secara garis besar ada tiga yaitu dampak psikologis, kesehatan, dan juga sosial-ekonomi. Jika dilihat dari dampak psikologis masih sering mengalami masalah seperti mudah emosi,stress,dan terbebani , dari segi kesehatan karena belum matangnya alat reproduksi perempuan rentan mengalami melahirkan bayi prematur,jika dilihat dari segi sosial-ekonomi yaitu kurangnya bersosialisasi kepada masyarakat setempat malu karena pendidikannya pun terputus, mereka hanya bekerja seadanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan masih bergantung kepada orangtuanya.


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 116-125
Author(s):  
Siti Zulaiha

Abstract. The use of social networking media or commonly called social media in daily activities, has been carried out by all levels of society ranging from children, adolescents, to adults. Is that social media used as a medium for communication with various groups, as a medium of entertainment, as a medium for doing business, as a source of multiple information, and so forth. But in reality, social media is often misused, such as to post immoral content, hoaxes, hate speech, etc. that can harm users of social media and the wider community. Internet access that is not limited by space and time provides the opportunity in the use of social media anytime, anywhere, and by anyone. This will undoubtedly harm the use of social media. Therefore education is needed for social media users in utilizing social media, especially in receiving, analyzing, processing, and posting information well, especially for children and adolescents who tend to still lack knowledge about the negative impacts of social media abuse. These community service activities are carried out in the form of education and training on how to properly social media, the use of social media for positive things, and how the impact and legal sanctions in the event of social media abuse.Abstrak. Penggunaan media jejaring sosial atau yang biasa disebut media sosial dalam aktifitas keseharian sudah dilakukan oleh semua kalangan masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, sampai ke orang dewasa. Apakah itu media sosial digunakan sebagai media untuk komunikasi dengan berbagai kalangan, sebagai media hiburan, sebagai media untuk berbisnis, sebagai sumber berbagai informasi, dan lain sebagainya. Namun pada kenyataannya media sosial sering kali disalahgunakan, seperti untuk memposting konten-konten yang asusila, hoax, ujaran kebencian, dan lain sebagainya yang dapat memberikan dampak negatif bagi pengguna media sosial dan masyarakat luas. Akses internet yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu memberikan kesempatan dalam penggunaan media sosial kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja. Hal ini tentunya akan berdampak pada penggunaan media sosial yang negative. Oleh sebab itu diperlukan edukasi terhadap pengguna media sosial dalam memanfaatkan media sosial terutama dalam menerima, menelaah, mengolah, dan memposting informasi dengan baik, terutama bagi kalangan anak-anak dan remaja yang cenderung masih minim pengetahuan tentang dampak negatif dari penyalahgunaan media sosial. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk edukasi dan pelatihan tentang bagaimana bermedia sosial yang benar, penggunaan media sosial untuk hal-hal yang positif, dan bagaimana dampak dan sanksi hukum apabila terjadi penyalahgunaan media sosial.


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 81-88
Author(s):  
Reflianto Muslim ◽  
Joni Indra Wandi

Abstract. In the industrial revolution era of 4.0, A leader is no longer referring to gender differences but rather on competence  and performance. This study aimed to analyze the gender perception and its contribution to women leadership in their career and family in Surabaya. This is a quantitative study with method survey design where the data was collected by using questionnaire and ended closed interview form. Populations of this research are dual-career marriage women in Surabaya. To confirm the quantitative results, need interview sessions with all related respondents. Samples were determined by proportional random sampling amount are 449 respondents where, 103 full career women, 205 of them as part time career and 141 of them as housewives. The results showed that there is significant contribution toward women leadership character in three career model as independent variables those are full career, part time career and family duty as reviewed from gender perception. It showed that there are correlation between women leadership character with gender perception between their career and leadership character in their family.Abstrak. Era revolusi industri 4.0, seorang pemimpin tidak lagi merujuk pada perbedaan gender tetapi lebih pada kompetensi dan kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi gender dan kontribusinya terhadap kepemimpinan perempuan dalam karier dan keluarga mereka di Surabaya. Ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode desain survei di mana data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan mengakhiri formulir wawancara tertutup. Populasi penelitian ini adalah wanita nikah karir ganda di Surabaya. Untuk mengkonfirmasi hasil kuantitatif, perlu sesi wawancara dengan semua responden terkait. Sampel ditentukan dengan jumlah proporsional random sampling yaitu 449 responden di mana, 103 perempuan karier penuh, 205 di antaranya sebagai karier paruh waktu dan 141 di antaranya sebagai ibu rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kontribusi yang signifikan terhadap karakter kepemimpinan perempuan dalam tiga model karir sebagai variabel independen yaitu karir penuh, karir paruh waktu dan tugas keluarga yang ditinjau dari persepsi gender. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara karakter kepemimpinan perempuan dengan persepsi gender antara karier dan karakter kepemimpinan mereka dalam keluarga.


2019 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 10-23
Author(s):  
Dewi Ratnawati ◽  
Sulistyorini Sulistyorini ◽  
Ahmad Zainal Abidin

Abstract. Educational discrimination often occurs in people's lives. This is influenced by the distinction that appear from the community itself. This distinction can be seen from the perspective of the community to educational rights of men and women. The main factors that influence the emergence of discrimination against the right to education include normal or traditional rules that kill the character of women, the physical form of women, the economic pace, misinterpretation of religious teachings, and cultural beliefs that grow in the lives of rural communities. This requires a maximum effort in aligning the paradigm between rural communities and communities by involving religious teachings as supporters of the realization of equal educational rights for men and women. By using exploratory-descriptive eruption studies, it results in findings that the viewpoints related to equality of education rights of men and women are divided in two. First, the viewpoint of the community which encompasses patriarchal culture, humanism, economics, and education. Second, the viewpoint of the Hadith and the Al-Qur'an. Abstrak. Diskriminasi pendidikan kerapkali terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh distingsi yang muncul dari masyarakat itu sendiri. Distingsi itu dapat dilihat dari sudut pandang masyarakat terhadap hak pendidikan laki-laki dan perempuan. Faktor utama yang mempengaruhi munculnya diskriminasi terhadap hak pendidikan meliputi normal atau aturan tradisional yang membunuh karakter perempuan, bentuk fisik perempuan, laju ekonomi, penafsiran yang salah terhadap ajaran agama, serta keyakinan budaya yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Hal ini membutuhkan usaha maksimal dalam penyelarasan paradigma antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dengan melibatkan ajaran agama sebagai pendukung terhadap realisasi kesetaraan hak pendidikan laki-laki dan perempuan. Dengan menggunakan studi leterasi berupa eksploratif-deskriptif, mengahasilkan temuan bahwa sudut pandang terkait kesetaraan hak pendidikan laki-laki dan perempuan dibagi dua. Pertama, sudut pandang masyarakat yang meliputi budaya patriarki, budaya humanisme, ekonomi, dan edukasi. Kedua, sudut pandang perspektif hadits dan Al-Qur’an. 


2019 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Ulfah Fajarini

Abstract. The development of the city of Jakarta, has an impact on the surrounding area, especially in the Ciputat region, accompanied by very rapid population growth. This article discusses social pathology. Qualitative research methods in the form of interviews and observations. There are social pathologies (social ills), such as stress, increased crime, unemployment, juvenile delinquency, and prostitution. The negative impact also occurs in adolescents in the Ciputat-Tangerang sub-district, which is located in South Jakarta. Abstrak. Perkembangan kota Jakarta, berdampak pada wilayah sekitarnya, khususnya di wilayah Ciputat, diiringi dengan  pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Artikel ini membahas mengenai patologi sosial. Metode penelitian kualitatif berupa wawancara dan pengamatan. Adanya  patologi sosial (penyakit sosial), seperti stress, meningkatnya kriminalitas, pengangguran, kenakalan remaja serta prostitusi.. Dampak negatif tersebut juga terjadi pada remaja di daerah kecamatan Ciputat- Tangerang, yang berada di Selatan Jakarta. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document