Bycatch is non-target species which mostly caught at fishing operation. High quantity of bycatch mortality was predicted as one factor of fish stock depletion. Additionally, the high demand to improve fisheries production will be able to lead over fishing. This situation will affect improvement of bycatch and discarded species which will endanger the fish stock. The objective of this research was to identify bycatch composition, ratio between target species and bycatch and size distribution of dominant bycatch at yellow tail fishing operation in Seribu Islands. The research was carried out at Seribu Islands on July-August 2020. The fishing activity used pot with size length x width x height : 100 x 75 x 32.5 cm. Result of research indicated that yellow tail pot bycatch was dominated by brownstripe snapper (Lutjanus vitta) with catch amount of 330 fishes ( 15.9% of total catch) and weight of 50,861 kg (11.5% of total catch weight) followed by squirrelfishes (Sargocentron rubrum) with catch amount of 324 fishes (15.6 % of total catch) and weight of 51,181 kg (11.6%). Another dominant bycatch was striped spinecheek (Scolopsis margaritiferus) with catch amount of 289 fishes (13.9% of total catch) and weight of 40,042 kg (9.1% of total weight). Ratio of target of catch : bycatch in weight was 42.6% : 57.4%. It means, to catch 1 kg of yellow tail there will be caught 1.7 kg bycatch. Total length size of brownstripe snapper at range of 12-27 cm, squirrelfishes at range of 9-27 cm and striped spinecheek at range of 11-29 cm.Keywords:BycatchPotDiscard speciesYellow tailCatch compositionABSTRAKHasil tangkapan sampingan merupakan spesies hasil tangkapan non target yang relatif tinggi tertangkap pada operasi penangkapan. Tingginya jumlah kematian hasil tangkapan sampingan diduga menjadi salah satu penyebab menurunnya stok sumberdaya ikan di seluruh penjuru dunia. Adanya permintaan yang tinggi untuk meningkatkan produksi perikanan dapat memicu peningkatan upaya penangkapan secara berlebihan. Kondisi ini mengakibatkan hasil tangkapan sampingan akan meningkat dengan meningkatnya upaya penangkapan sehingga membahayakan stok dan populasi sumberdaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi hasil tangkapan sampingan, rasio antara hasil tangkapan utama dengan hasil tangkapan sampingan dan ukuran hasil tangkapan sampingan dominan yang tertangkap pada operasi penangkapan ikan ekor kuning di Perairan Kepulauan Seribu. Penelitian dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu pada bulan Juli-Agustus 2020 dengan menggunakan bubu ekor kuning (ukuran p x l x t : 100 x 75 x 32,5 cm). Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil tangkapan sampingan bubu ekor kuning didominasi oleh ikan kakap (Lutjanus vitta) dengan total jumlah hasil tangkapan mencapai 330 ekor ( 15,9%) dengan total bobot mencapai 50.861 kg (11,5%) disusul oleh ikan swanggi (Sargocentron rubrum) mencapai 324 ekor (15,6 %) dengan total bobot hasil tangkapan sebesar 51.181 kg (11,6%) dan ikan serak (Scolopsis margaritiferus) dengan jumlah hasil tangkapan mencapai 289 ekor (13,9%) dan bobot sebesar 40.042 kg (9,1%) dari total bobot hasil tangkapan bubu ekor kuning. Proporsi bobot hasil tangkapan utama dibanding dengan hasil tangkapan sampingan adalah 42,6% : 57,4%. Hal ini berarti untuk menangkap 1 kg ekor kuning maka akan tertangkap 1,354 kg hasil tangkapan sampingan. Ukuran hasil tangkapan sampingan dominan yang tertangkap pada bubu ekor kuning meliputi ikan kakap yang tertangkap pada selang ukuran panjang total 12-27 cm, ikan swanggi dengan selang ukuran panjang total berkisar 9-27 cm dan ikan serak dengan selang ukuran panjang total berkisar antara 11-29 cm.Kata kunci:Hasil tangkapan sampinganBubuDiscard spesiesIkan ekor kuningKomposisi hasil tangkapan